Part 6

Setelah beberapa menit pembicaraan antara aku Ardian. Aku pun meminta ijin untuk segera menyelesaikan kewajiban ku yang tertunda.

" maaf ya Ardian, aku harus sholat dahulu. Keburu waktu nya habis. Kalau masih ada yang perlu dibicarakan, bisa kita bicarakan besok di sekolah." ucapku.

" oh ya, maaf sekali lagi. Kalo aku mengganggu kamu. Silahkan laksanakan kewajiban mu. Besok aku jemput ya yang, kita berangkat bareng." ucap Ardian meminta persetujuan ku.

" Gak usah repot-repot jemput, Aisyah besok gak masuk sekolah. Soalnya ada acara keluarga" sela Radit.

Aku yang bingung dengan ucapan Radit pun hanya diam membisu.

" Loh yang emang ada acara apa? Kok kamu diam aja" tanya Ardian tidak percaya.

" Udah sana cepet pulang, tahu kan arah keluar. Apa perlu bantuan?" ucap Radit mengusir.

Radit menarik masuk aku, lalu menutup pintu dengan keras.

Aku yang masih bingung, hanya menurut apa yang dilakukan Radit. Radit menarik tanganku menuju kamar mandi dekat musholla keluarga.

" udah cepetan ambil air wudhu keburu waktu Maghrib nya habis." perintahnya.

Aku yang tersadar lalu segera mengambil air wudhu dan bergegas menuju musholla keluarga.

Di Sana sudah berdiri Radit di bagian shaf depan. Lalu ia menoleh kearah ku yang sedang memakai mukena.

" sudah siap? " tanya nya.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Radit memulai melakukan sholat. Lantunan ayat-ayat suci yang dibacakan Radit, terdengar begitu merdu.

Setelah selesai mengerjakan sholat. Tiba-tiba Radit menoleh kearah ku memandangku yang sedang menggunakan mukena.

" Aisyah Humaira, Masya Allah kamu lebih cantik jika menutup aurat mu." ucap Radit lalu berdiri meninggalkan aku yang terkejut dengan ucapan nya.

Untuk beberapa menit aku masih setia dengan keterkejutan ku akan sikap Radit. setelah tersadar kulepaskan mukena ku. beranjak pergi mencari Radit.

Aku menuju keruang keluarga yang kuduga Radit ada di sana.

Dan ternyata dugaan ku benar, Radit sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil memainkan ponselnya.

" Radit apa maksud kamu tadi?" tanyaku meminta penjelasan.

" Yang mana, Masalah ucapanku di musholla tadi atau tentang Ardian yang gak bisa jemput kamu besok?" tanya nya kembali.

" emmm... dua-duanya." ucapku.

" Kamu muslim kan, pasti tau kewajiban seorang muslim untuk menutup aurat sebagai perempuan gak usah aku jelasin. Yang kedua, bunda dan mama tadi ngasih tau aku. Kalo besok kita harus ikut ke kota Y karena ada acara disana yang mengharuskan kita ada. udah jelas, kalo kamu gk percaya coba kamu telpon bunda tanya langsung." jelasnya.

" Emang ada acara apaan di kota Y? Kok mendadak banget sih." ucapku tak percaya.

" Kenapa gak sekalian hari Sabtu aja sih, nanggung tinggal satu hari lagi." gerutuku.

" Udah gk usah banyak protes, protes nya tunda dulu. Cepetan siap-siap, aku tunggu didepan. Aku mau pulang dulu, dari tadi belum mandi. Lagian aku juga butuh siap-siap. Jangan lupa gak pake lama" ucapnya meninggalkan aku.

" Dasar cerewet, muka kaku kayak kanebo kering. Ihhhh sebel banget." teriak ku meluapkan rasa kesal ku.

Aku berlari menuju kamarku, bergegas memasukkan beberapa baju dan beberapa keperluan pribadi ke dalam tas ransel ku. Setelah dirasa cukup, kemudian aku masuk ke kamar mandi membersihkan diri sekalian berganti baju.

Baju yang aku pilih adalah celana jeans dan kaos yang sedikit kebesaran. Tak lupa memakai make up ala kadarnya. Rambut ku yang panjang dan ikal ku ikat model ekor kuda. Setelah kurasa sudah rapih, lalu aku memakai sepatu dan meraih tas ransel ku.

Aku keluar kamar dan berjalan ke keluar rumah. Dari pintu sudah terlihat mobil yang sudah terparkir didepan rumah ku.

Tiba-tiba ada sosok cowok dengan pakaian santainya terlihat tampan keluar dari balik mobil. Dan berjalan mendekati ku.

" Ayo udah siap semua? Ucapnya.

Aku hanya diam saja terpesona akan sosok itu. Yang ternyata adalah Radit yang sudah mengganti bajunya.

" Aisyah.... hei Ais." ucapnya menyadarkan ku.

" emm i..iya a..apa?" jawabku gugup.

" sudah siap semua, gak ada yang ketinggalan kan?" tanyanya sekali lagi.

" udah kok, gak ada yang lupa." jawabku.

" ya udah ayo, kita kerumah mbah uti dulu. Ketemu yang lain." ucapnya sambil menggandeng tanganku mengajak ke arah mobil yang terparkir.

Aku hanya mengikuti langkah Radit. Entah kenapa setiap kali Radit menggenggam tanganku ada rasa yang tak biasa yang aku rasakan. Namun setiap kali itu juga aku mencoba menepis perasaan itu. Karena aku baru merasa baru mengenalnya. Dan ada hati Ardian yang harus aku jaga.

Setelah sampai didekat mobil, Radit membuka kan pintu mobil untuk ku. Aku pun masuk ke dalam mobil itu. Aku duduk di bagian depan disamping kursi sopir.

Yang ternyata Radit sendiri yang duduk dibalik kemudi itu.

Ku letakkan tas ransel ku di kursi belakang tak lupa sebelumnya kuambil ponsel yang berada di dalam saku tas ransel ku. Sedangkan Radit tak menunggu lama langsung melajukan mobil menuju tempat tujuan yaitu rumah Mbah uti.

Selama perjalanan hanya terdengar musik yang mengalun berasal dari radio. Diantara aku dan Radit hanya ada kebisuan. Radit yang fokus menyetir, sedangkan aku fokus melihat kearah jalan yang kami lewati.

Hingga bunyi ponsel ku yang berdering.

(Halo, assalammualaikum

.........................................

aku lagi dijalan sama Radit, mau kerumah uti.

........................................

........................................

Aku juga tahu ada acara apa. Maaf ya soal sikap Radit tadi.

........................................

Nanti kalo ada waktu aku kabarin kamu.

..................................

waalaikumussalam,kamu juga jaga diri.)

Ku Tutup panggilan itu yang ternyata dari Ardian. Kemudian aku beralih melihat ke aplikasi pesan. Disana terdapat beberapa chat dari bunda, Hesty, Naura dan juga dari Ardian yang baru sempat aku buka. Setelah membalas pesan satu persatu. Aku baru menyadari tidak ada pesan dari no yang tidak kukenal.

Aku buka chat dari no tidak kukenal yang terakhir dikirim tadi siang. Aku baca dari chat yang pertama kali dikirim sampai yang terakhir. Ada rasa penasaran saat aku melihat membaca chat tersebut. Di ruang chat tersebut juga tak nampak foto profil si pemilik no. Hanya ada foto 2 orang anak kecil yang saling bergandengan menghadap kearah sunset dipinggir pantai.

Dalam foto tersebut nampak perbedaan usia diantara kedua anak kecil yang berlainan jenis gender. Saat aku melihat foto profil tersebut nampak tidak asing dengan suasana tersebut. Tapi aku tidak bisa mengingatnya.

Hingga tak terasa mobil pun berhenti di sebuah rumah yang bernuansa Jawa. Tanpa menunggu Radit membukakan pintu, aku segera turun. Tak lupa kuraih tas ransel ku di kursi belakang. Namun sebelum aku meraih tas ku, Radit lebih dulu meraihnya.

" Kamu masuk duluan aja. Biar tas nya aku yang bawa." ucapnya.

Aku hanya bisa pasrah menurut apa yang Radit katakan. Karena untuk saat ini aku tak mau berdebat dengan nya. karena tubuh ku sudah terasa sangat lelah.

Aku langsung masuk ke dalam rumah. Tanpa menghiraukan Radit yang berjalan di belakang ku.

" Assalamualaikum" ucapku sambil berjalan memasuki ruang tamu.

" Waalaikumussalam, kok lama to nduk. Uti udah nunggu lama Lo. Mana Radit kok ditinggal." sambut Mbah uti.

Aku pun menyalami uti dengan takzim dan memeluknya.

" Radit mungkin masih didepan uti. Maaf ya uti, tadi Aisyah ada keperluan sedikit." ucapku menjelaskan.

" Loh nduk, itu kenapa dengan bibirmu. Kok ada lebamnya? Kamu habis ngapain sampai kayak gitu. Udah diobati belum, wes Iki engko lek bundamu weruh Kowe koyok ngene iki bakalan repot nduk.( sudah ini nanti kalo bundamu tahu kamu kayak begini pasti bakalan repot)" ucap mbah uti.

" Assalamu'alaikum Mbah uti. Kenapa masih disini?" ucap Radit dari arah belakang.

Mbah uti yang mendengar suara dari belakang pun menoleh kearah suara tersebut.

Radit pun berhenti dihadapan Mbah uti kemudian mencium tangan uti.

" Ini satu lagi, muka nya malah lebih hancur. Wes ciloko iki.....( sudah celaka ini)." ucap mbah uti sambil menggelengkan kepalanya.

Aku dan Radit hanya saling pandang.

" Ayo Ndang masuk semua orang lagi ngumpul di ruang tamu. kalian tadi sudah makan belum? Kalo belum makan dulu. Tasnya biar dibawa mbok Yem ke kamar kalian" ucap mbah uti menggiringku kearah meja makan.

" Sore tadi makan nya uti tapi sekarang lapar lagi. Tas nya biar Radit bawa sendiri aja uti." ucap Radit.

Setelah sampai di meja makan, aku duduk dan segera mengisi piring ku dengan makanan yang ada di meja makan. Sedangkan Radit yang duduk didepan ku hanya diam saja. Aku menatap sikap aneh Radit. Mbah uti yang sejak tadi menyaksikan kami hanya diam saja lalu pergi entah kemana.

" Radit, katanya kamu laper. Kok nggak makan?" tanyaku.

" ehmmm...." dehem Radit sambil menyodorkan piring nya padaku.

Aku yang mengerti maksud Radit, segera mengisi piringnya dengan nasi dan berbagai lauk. Setelah itu kuserahkan kembali piring itu pada Radit.

Radit yang mungkin sudah merasakan kembali, langsung melahap habis makanan yang ada didalam piringnya. Begitupun juga aku, tanpa memedulikan keadaan sekitar.

Setelah selesai menghabiskan makan malam, tak lupa aku membereskan piring kotor bekas kami makan. Setelah selesai mencuci piring kotor. Aku segera berjalan menuju kamar yang biasa aku tempati ketika aku menginap dirumah Mbah uti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!