Part 4

Dan banyak lagi teks pesan yang terkirim. Lagi-lagi hanya aku baca tanpa berniat aku membalas chat tersebut. Kumasukkan ponselku kedalam tas setelah sebelumnya ku nonaktifkan. Kemudian aku kembali fokus memperhatikan pelajaran.

Waktu terus berlalu, hingga jam menunjukkan pukul 2 siang. Waktunya untuk bersiap-siap pulang. Bel pulang pun berbunyi, para siswa berhamburan keluar. Aku, Hesty dan Naura keluar kelas bersama-sama. Tanpa ku duga diluar kelas sudah menunggu Ardian.

" Ayo yang pulang bareng. Aku antar kamu." ucap Ardian.

" Ardian, hari ini aku mau ke mall bareng Hesty dan Naura buat cari bahan tugas kelompok pak Harun. Jadi maaf aku gak bisa pulang bareng kamu." ucapku tidak enak menolak ajakan Ardian lagi.

" Aku antar aja kamu ke mall. Nanti kita ketemuan di sana aja. Gak papakan Hes, Nau kalo Aisyah bareng aku aja."tanya Ardian kepada kedua teman ku.

Aku memberikan kode untuk menolak permintaan Ardian. Namun Hesty dan Naura tak menyadari kode dari ku.

" Ya udah deh, Aisyah kita tunggu di food court biasa ya. Jagain besti aku Ar, jangan sampe lecet." ucap Naura sedikit mengancam.

" Yuk cepetan, keburu kemalaman nanti pulangnya." ajak Hesty.

Naura dan Hesty berjalan lebih dulu didepan ku. Sedangkan aku berjalan dibelakang bersama Ardian. Sepanjang jalan menuju ke lahan parkir, semua mata menatap ke arah kami. Malu sudah pasti, apalagi saat ini posisi tangan ku di genggam erat oleh Ardian.

Tiba-tiba di tengah jalan, aku berpapasan dengan seseorang yang aku kenal. Sosok itu berjalan mendekat ke arahku.

" Ais, kata bunda. Aku disuruh nganterin kamu ke mall. Soalnya habis dari mall aku disuruh langsung nganter kamu ke rumah Mbah uti. Ayah sama bunda kamu di sana." ucap Ardian dengan aura dinginnya.

" Ra...dit. Kamu juga sekolah disini? Kok kamu gak bilang sih. Lagian bunda GK ngabarin aku kok. Tau dari mana kamu kalo ayah ada di rumah uti." jawabku.

" Makanya kalo punya ponsel itu jangan di buat pajangan aja. Coba cek ponselmu, ada notifikasi gak. Lagian kemarin malem kamu GK tanya." ucap nya lagi.

Ardian, Hesty dan Naura hanya diam menyaksikan perdebatan antara aku dan Radit. Lalu aku mencari ponsel ku di dalam tas. Dan ternyata aku lupa untuk mengaktifkan kembali ponsel ku. Setelah tadi aku matikan karena ponsel ku terus bergetar karena ada banyak pesan masuk dari no yang tidak kukenal.

" Astaghfirullah, emaknya macan bisa ngamuk nih" ucapku saat melihat banyak sekali notifikasi panggilan dari bunda.

" Kenapa yang? Kok keliatannya kamu panik banget. Dan siapa dia, sepertinya anak baru ya?" tanya Ardian sambil menatap tajam ke arah Radit.

" Ais, kamu kenal Ama cowok ganteng ini? Kok nggak bilang sih. Kenalin kita dong, saudara kamu Ais?" tanya Naura beruntun.

Radit masih dengan mode dinginnya.

" Ayo cepetan, jadi ke mall nggak. Bunda pesen pulang nya harus cepetan" ucap Radit lagi sambil menggenggam tanganku yang satu nya.

Lalu menarik ku mengikuti langkahnya tanpa menghiraukan teriakan Ardian. Sedangkan kedua teman ku hanya diam menyaksikan ulah Radit. Dengan langkah lebarnya, Radit mengajak ku ke tempat dimana motor sport Radit diparkir.

" Radit, jalannya bisa pelan-pelan nggak sih. Lagian kamu narik tangan ku kenceng banget. Liat tangan aku merah, sakit tau?"teriak ku.

Seketika Radit langsung berhenti saat mendengar teriakan ku lalu sedikit melonggarkan genggamannya. Dan berjalan sedikit melambat tanpa menoleh kearah ku. Setelah sampai, ia langsung memasangkan helm ke kepala ku dengan wajah dinginnya.

Kemudian diapun memakai helm untuk dirinya sendiri. Lalu segera menaiki motor sportnya. Aku yang diam menyaksikan segala tingkah lakunya. Sedikit merasa kagum apalagi saat dia memasangkan helm padaku tadi. Karena jarak kami yang sangat dekat, aku bisa melihat jelas wajah dingin Radit. Aku akui aku terpesona dengan wajah dingin itu, apalagi matanya tersirat keteduhan.

" Cepetan naik" titahnya sambil menyalakan motornya.

Aku pun hanya diam, bingung bagaimana cara nya aku bisa naik motor sport itu. Karena aku belum pernah naik motor sejenis itu apalagi rok ku yang diatas lutut. Radit yang sadar akan kediaman ku, dan menyadari kebingungan ku. Lekas melepas jaket nya, lalu berdiri mendekati ku. Kemudian mengikatkan jaketnya ke pinggangku.

" Udah cepetan naiknya, apa mau aku gendong buat naik ke motor?Dasar ngrepotin aja" ucap Radit.

Aku mencoba naik ke motor Radit, yang memang sedikit bingung awalnya. Lalu aku beranikan untuk naik, dan berhasil. Ada senyum bahagia ketika aku bisa naik motor sport untuk pertama kalinya.

" Gitu aja lama banget, pegangan yang erat." titahnya sambil menarik kedua tanganku ke pinggangnya.

Aku sedikit terkejut dengan ulah Radit. Jantungku berdetak kencang apalagi jarak kami sangat dekat. Aku bisa merasakan punggung lebar Radit.

Lalu motor Radit melaju meninggalkan sekolah. Sekilas nampak Ardian menatap kearah ku. Dengan raut yang susah ku tebak. Sedangkan kedua besti terlihat sudah masuk kedalam mobil.

Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian. Hingga laju motor sedikit melambat ketika melewati masjid. Motor Radit melaju memasuki halaman masjid lalu berhenti.

" Kita sholat dulu." ucapnya singkat.

Aku pun turun dari motor begitu juga Radit. Ia melangkah masuk ke dalam masjid, aku mengikuti nya dari belakang.

" Tempat wudhu perempuan sebelah sana, setelah selesai aku tunggu kamu disini." ucap Radit menunjukan kearah tempat khusus perempuan.

Tanpa banyak bicara aku berjalan kearah yang ditunjukkan Radit setelah melepas sepatuku. Sedangkan Radit kearah sebaliknya. Aku bergegas mengerjakan kewajibanku sebagai muslim. Selesai mengerjakan sholat, aku keluar dari dalam masjid berjalan ke tempat dimana Radit menunggu ku. Tampak Radit sudah duduk menunggu ditempat semula. Aku duduk disampingnya sambil memakai kembali sepatu ku.

" Udah, ayo" ucapnya sambil menggenggam tanganku.

Aku hanya diam menurut, entah kenapa rasanya suara seperti terkunci.

Lalu motor pun kembali melaju cepat menuju mall yang dimaksud. Beberapa menit kemudian sampailah dilahan parkir mall. Radit segera memarkirkan motornya. Aku turun dari motor begitu juga Radit. Lagi dan lagi tanpa basa basi Radit kembali menggenggam tangan ku. Berjalan santai mengimbangi langkah ku. Tak ada obrolan diantara kami.

Kadang tanpa dia sadari aku mencuri pandang kearahnya. Wajah Radit yang dingin namun terlihat sangat tampan. Wajar jika di sepanjang jalan, banyak para cewek-cewek yang sibuk menatap kagum padanya.

" Kita mau kemana?" tanya Radit tanpa melihat ku.

" Ya.. Eh ke lantai 2 yang ada food court nya." jawab ku terkejut.

Radit hanya mengangguk mengerti, kami berjalan menuju ketempat yang dituju.

Dari kejauhan terlihat Hesty, Naura dan juga Ardian. Aku berjalan lebih cepat untuk menghampiri mereka.

" kalian udah lama nunggu, maaf ya soalnya aku mampir dulu sholat." ucapku.

" Heem hemmm, gandengan nya lepasin dulu kali. gak liat nih yang di sebelah gue udah keluar asap dari kepalanya." ucap Naura berdehem.

Aku pun melihat kearah yang dituju oleh mereka. Tanpa sadar dari tadi tangan Radit masih menggenggam tanganku. Dan nampak jaket Radit masih setia bertengger di pinggangku.

Lalu kulepaskan genggamannya. Namun semakin aku berusaha melepaskan genggaman Radit semakin erat genggamannya.

" Radit tolong lepasin tangan kamu, gk enak diliatin orang." ucapku sedikit memaksa.

Tapi Radit tak menghiraukan ucapan ku. Dia masih kekeh menggenggam tanganku. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Tatapan ku beralih pada Ardian. Dari raut wajah nya tampak sedang menahan emosi.

" Radit, tolong lepasin tangan aku. Please...." ucap ku memohon.

" Udah ayo cepetan, kamu mau cari bahan tugas kan." jawab Radit sambil menarik tangan ku.

Karena sakit kerasnya tarikan Radit, aku pun hampir jatuh. Untung saja Radit dengan sigap menolongku.

" Udah deh bro, gue gak tau siapa loe. Kasian Aisyah, kalo emang gk mau gk usah dipaksa." ucap Ardian menghampiriku.

" Lagian gue pacarnya, yang berhak ada disampingnya ya gue. Emangnya loe siapanya Ais, kalo boleh gue tahu." imbuh Ardian sambil berusaha meraih tanganku.

Radit masih setia menggenggam erat tangan ku. Ia menepis tangan Ardian yang sudah meraih tanganku.

Ardian pun tersulut emosi, amarah yang sejak tadi ditahan akhirnya keluar. Terjadilah aksi tarik menarik, aku pun meringis kesakitan. Naura dan Hesty sudah berusaha melerai. Namun tidak ada yang mau mengalah.

Ardian yang lama kelamaan merasa bertambah emosi. Memukul Radit, hingga terjadi pertengkaran sengit di mall tersebut. Aku tidak tinggal diam, aku berusaha melerai.

" Radit, Ardian bisa nggak kalian berhenti. Ini ditempat umum bukan lapangan tinju." teriakku.

Mereke pun masih menyerang satu sama lain tanpa memedulikan keadaan sekitar mereka. Karena suasana sudah tak terkendali. Aku mencoba sekali lagi melerai mereka yang berakhir aku terkena pukulan di pipiku. Aku jatuh ke lantai karena kerasnya pukulan Radit.

Hesty dan Naura mencoba menolongku. Ada darah segar mengalir dari sudut bibirku. Suasana semakin ricuh dengan banyaknya para pengunjung yang berkumpul disekitar kami. Hingga muncullah security yang mencoba melerai Radit dan juga Ardian. Setelah berhasil di tenangkan. Radit dan Ardian yang baru tersadar, akan perbuatan mereka. Kemudian menatapku, mereka melihat keadaan luka di wajahku.

Radit berusaha berlari kearah ku, yang juga diikuti Ardian. Para pengunjung pun bubar.

" Ais, aku minta maaf udah buat kamu begini" ucap Radit menyesal. Tampak dari sudut matanya keluar air yang sepertinya ia tahan.

" Yang, aku minta maaf. Ayo aku antar kamu berobat" ucap Ardian.

Namun sebelum Ardian menyentuhku. Radit lebih dulu membawaku keluar dari mall. Sebelum itu ia menghampiri Hesty dan Naura.

" Maaf atas kejadian ini, gara-gara kejadian ini kalian urung mencari apa yang kalian mau. Tapi tolong terima ini, kalian bisa kan cari sendiri bahannya. Aisyah biar pulang duluan sama aku" ucap Radit sambil merogoh saku celana seragam nya.

Dan menyerahkan beberapa lembar uang kepada Hesty. Hesty yang tahu maksud Radit menerima uang itu dan mengangguk.

" Iya, Ais. Kamu pulang aja duluan, biar tugasnya kita aja yang cari" jawab Naura yang melihat ku tak tega.

Sedangkan Ardian masih diam terpaku. Melihatku dibawa Radit berjalan kearah keluar. Hesty dan Naura pun menghampiri Ardian. mencoba menguatkan Ardian yang entahlah bagaimana perasaan nya saat ini.

Terpopuler

Comments

NotLiam

NotLiam

Beberapa hari sudah bersabar, tolong update sekarang ya thor!

2023-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!