Pesona Anak Pembokat
Malam sudah larut. Di kamar tak begitu lebar itu hanya terdengar suara jangkrik kecil di bawah lemari kaca yang sudah usang. Sedang di atas kasur Bi Minah dan anak gadisnya Biduri belum tidur.
"Nduk, kamu itu sudah semakin gede. Payudaramu sudah kelihatan menonjol bokongmu juga. Kamu mbok yang bener berbusana?" kata Bi Minah menasihati.
Dia berkata begitu lantaran Biduri akhir -akhir ini sering mengenakan rok mini dan tshirt tipis longgar yang menurut Bi Minah bisa mengundang perhatian laki-laki. Bila dikaitkan dengan peristiwa yang sangat pribadi yang baru dialami oleh Biduri, nasihat itu sebenarnya sudah terlambat. Ibarat pemadam yang datang setelah api berkobar.
"Bukankah gadis sebayaku banyak juga mengenakan pakaian yang sedang ngetren seperti itu, Bun. Lagian saya kan memakainya di dalam rumah," jawab Biduri sambil siap-siap metebahkan badannya.
"Masalahnya di rumah ini kita ini numpang hidup, Nduk. Bila kamu memakai pakaian seperti itu tiap hari dan den Raka atau tuan Arkan melihatnya, aku malu dikira tidak bisa mendidik kamu," Jelas Bi Minah.
"Tapi aku lihat mereka cuek saja kok kalau Biduri memakai rok mini," kata gadis ABG itu berbohong. Sebab peristiwa yang baru ia alami bisa juga terpicu karena persoalan rok mininya itu.
"Kamu itu memang masih kanak-kanak. Tidak paham omongan Bunda. Badanmu saja yang gede tapi otakmu kosong!" kata Bi Minah kesal.
"Apa sih, Bun. Rok mini itu kan pakaian model anak zaman sekarang. Sudah umum dipakai cewek seusiaku," ucap Biduri dengan santainya.
"Pakaian model jaman sekarang yang lain kan ada. Tapi yang kamu pakai itu kurang sopan, Nduk. Karena kamu sudah besar sekarang," Bi Minah menurunkan nada bicaranya. Karena percuma bersikap keras kepada anaknya yang belum genap 16 tahun itu.
"Sebel aah! Aku mau tidur!" seru Biduri kelihatan tak suka dinasihati oleh ibunya.
Bi Minah geleng-geleng kepala. Lalu ia perhatikan tubuh anak gadisnya itu yang sudah berbaring memeluk bantal.
Walaupun belum genap 16 tahun. Tapi postur tubuh Biduri sudah seperti gadis dewasa. Kakinya yang jenjang dengan kulit putih bersih sudah ditumbuhi rambut halus. Begitu juga lengannya.
Gadis yang sedang dipikirkan oleh Bi Minah itu cuek saja rebahan menghadap ke dinding. Matanya yang lentik indah itu terpejam. Namun hati dan pikirannya terjaga penuh. Bahkan masih sibuk mengumpulkan sisa-sisa kenangan tadi siang yang masih tertinggal.
"Sedang apa kau Raka malam-malam begini," gumam Bidari dalam hati sambil membayangkan wajah Raka yang tampan dengan kumisnya yang baru tumbuh tipis itu.
Siang tadi anak pertama Tuan Arkan itu secara tak sengaja bertindihan dengan Biduri di hamparan rumput area taman yang ada di belakang rumah. Biduri saat itu sedang mencabuti rumput liar. Tiba-tiba dari belakang Raka terpental karena kursi rodanya terantuk batu. Biduri yang mencoba mendekapnya hilang keseimbangan. Akibatnya fatal mereka jatuh bersama di atas rerumputan dengan posisi bertindihan.
Siang itu kebetulan Bi Minah sedang belanja ke pasar kota. Sedangkan Tuan Arkan dan istrinya Nyonya Elzatie sudah berangkat ke kantornya masing-masing. Praktis hanya Raka dan Biduri yang tinggal di rumah.
Apa yang terjadi setelah mereka jatuh ke rumput dengan posisi bertindihan. Tanpa dikomando kedua remaja lain jenis itu langsung berciuman. Memang Raka yang memulai duluan. Tetapi Biduri tidak menghindar malah membalas ciuman itu dengan sangat manis.
"Kamu tahu sebenarnya aku sudah lama menginginkan mement yang indah seperti ini," bisik Raka di telinga Biduri.
"Masa sih, mas Raka. Aku juga begitu. Bahkan aku merasa ini seperti dalam mimpi saja. Tak percaya mas mau denganku," balas Biduri dengan tersenyum manis.
"Aku mencintaimu, Bid," meluncur dengan mudah kalimat itu dari mulut Raka.
"Terlebih aku. Aku sangat tersanjung mas mau denganku."
Mereka lalu berciuman lagi. Kali ini dilakukan dengan sangat mesra.
Biduri tidak bodoh. Setidaknya pernah melihat adegan serupa itu entah di mana. Sedangkan Raka mungkin lebih banyak lagi pengetahuannya dalam menyenangkan seorang gadis. Karena dia mahasiswa semester lima. Orangtuanya kaya raya dan wajah Raka tampan lagi. Cewek mana yang tidak ingin jadi pacarnya.
Sambil berciuman tangan Raka membelai rambut Biduri yang hitam panjang itu dengan penuh perasaan. Lalu turun ke bawah mengusap pipi dan hidungnya yang mancung.
Tanpa diduga oleh Biduri cowok itu tiba-tiba menurunkan tangannya lagi mengelus lehernya sampai ke area dada.
"Awas kalau sampai memegang!" Biduri mengingatkan. Entah apa maksudnya.
Tapi Raka seolah tak mendengarkan. Karena telapak tangannya suah terlanjur menggenggam ****** Biduri yang sudah tumbuh besar.
Sontak kedua mata gadis itu membulat lebar. Tidak menyangka Raka yang biasanya kalem dan terkesan angkuh itu kini begitu serius menggodanya.
Tangan nakal itu kemudian tidak hanya memegang tapi memijit-mijitnya secara perlahan.
Tentu saja Biduri melek merem dan tubuhnya terasa panas dingin. Luapan gairahnya ia lampiaskan dengan melumat bibir Raka sambil mencengkram punggungnya.
Pada menit berikutnya kedua remaja lain jenis itu makin tak terkendali.
Raka pun dengan beraninya mengalihkan permainan tangannya di seputar dada turun ke perut dan detik berikutnya turun ke rok mini yang saat itu dikenakan oleh Biduri.
Seketika itu tubuh Biduri menggelinjang kaget dan secara reflek menaha tangan Raka.
"J - jangan kau sentuh i - tu," suara Biduri terdengar lirih.
Tapi terlambat karena telapak tangan Raka telah menangkup gundukan berselaput CD warna putih itu dengan hangat.
"Disini sudah basah, sayang...." Raka memandang wajah Biduri yang merah padam karena tertekan gairahnya sendiri yang meluap-luap.
"K - kamu nakal, sayang" ucap Biduri tapi dalam hati tidak ingin jari-jari Raka berhenti bermain di daerah sana. Kadang menusuk kadang menaikturunkan ibu jarinya.
"Aakhh..., sayangku...," lirih suara itu keluar dari mulutnya.
Raka tersenyum puas sambil terus menggerakan ibu jarinya. Dia sengaja kali ini hanya ingin menggoda Biduri saja. Walaupun hasratnya sudah ingin lebih jauh dari sekedar bermain-main.
Tapi dasar cowok Raka penasaran ingin tahu bagaimana reaksi Biduri bila tangannya ia telusupkan ke bawah CD. Ternyata membuat Biduri makin menggelinjang merasakan sensasi yang luar biasa.
"Sss - sayang....saya mau keluar!"
Mendengar itu Raka tidak saja menaikturunkan ibu jarinya. Tapi juga menekan dan menggoyangkannya dengan memutar. Hingga Biduri megap-megap dan merasakan dari dalam tubuhnya ada sesuatu yang mau keluar.
"Hupz...sst...Aaaakh," jerit Biduri sebagai tanda adanya pelepasan.
\*\*
"Kamu keterlaluan, sayang...," suara Biduri yang sedang berbaring bersama ibunya terdengar seperti mengigau.
Bi Minah mendengarnya. Karena tidurnya belum pulas betul. Lantas ia duduk dan mengoyang-goyangkan tubuh anaknya itu yang tidur melungker membelakanginya.
"Nduk kamu ngelindur?" tanya Bi Minah dengan muka bingung.
Biduri cerdik tak mau menjawab. Sehingga Bi Minah tahunya gadis itu baru saja memang mengigau.
Biduri tidak mengigau tapi yang benar sedang melukis kembali kejadian tadi siang yang ia lakukan dengan Raka.
Musibah kursi roda yang terantuk batu itu telah membawa Biduri dan Raka bersatu dengan pernyataan cintanya masing-masing.
Mereka sendiri tidak menduga hari itu akan melakukan sesuatu yang bisa membikin gempar seisi rumah bila ada yang tahu.
BERSAMBUNG
🌺 Halo pembaca ini ada novel baru. Baca ya. Jangan lupa setelah baca tinggalkan tanda suka dan subcribenya ya gaes🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments