"Kenapa tidak kau jawab. Kamu mencintaiku atau tidak?" Raka menggertak.
Biduri mau berterus terang bagaimana suara hatinya yang sebenarnya. Tapi takut. Takut kalau Raka kemudian mengajak berciuman apalagi sampai pegang-pegang daerah sensitif seperti kemarin di rerumputan taman.
"Aku ingin mengulang lagi apa yang kita lakukan kemarin, sayang. Karena kamu telah memberikan semangat dalam diriku," Raka bicara dengan serius.
Biduri menatap cowok itu dengan pandangan seperti orang bodoh.
"Aku tahu kamu mencintaiku. Tapi kenapa kamu berat mengungkapkannya. Apakah aku harus minta ijin dulu kepada ibumu kalau aku mencintaimu dan ingin menikahimu?"
"Jangan, Mas!" Biduri cepat menukas. "Aku tidak mau ibuku tahu masalah pribadi kita."
"Kenapa? Kamu takut kalau ibumu tahu bahwa kita pacaran?"
"Pokoknya aku ingin hubungan kita ini hanya kita sendiri yang tahu," jawab Biduri dengan berpikir lebih baik begitu daripada Bunda pingsan mendengar dia sudah berani pacaran dengan anak majikan.
"Ok, aku tidak akan mengatakan kepada siapapun. Asal kamu tidak menolak aku jadikan sebagai istriku?" kata Raka lalu menarik tangan Biduri pelan agar lebih dekat dengannya.
Biduri tidak menolak. Ia dekatkan tubuhnya kepada raka yang duduk di pinggir tempat tidur. Tubuh Biduri yang tinggi semampai dengan bentuk pinggangnya yang aduhai itu, jelas sekali terpampang di depan matanya.
"Dastermu bagus sekali, sayang. Aku senang warnanya," kata Raka berbasa-basi sambil tangannya mengelus kain itu tepat di bagian perutnya.
Biduri tidak bereaksi tetapi tubuhnya sudah gemetar. Kedua matanya terus mengawasi tangan Raka dengan serius. "Bunda salah! Kenapa menyuruhku pakai daster. Bukankah ini lebih gampang tangan nakal ini menyingkapkannya!" Pikiran Biduri gemuruh tidak karuan.
Nah! Betulkan? Lihat tangannya yang nakal itu tak berhenti mengelus perut dan pinggang hingga Biduri makin gemeteran.
Raka malah kesenangan melihat gadis belum genap 16 tahun itu bereaksi cepat dengan dirangsang begitu.
"Kenapa kamu, sayang...?" tanya Raka dengan menahan hasratnya yang sudah mau meledak.
"Mas sering merayu cewek, ya?" Biduri malah bertanya yang tak disangka-sangka oleh Raka.
"Kamu menuduhku playboy?"
"Aku tidak menuduh tapi cowok secakep Mas Raka pasti banyak cewek yang menyukai."
"Aku tidak punya cewek. Di kampus juga tidak punya pacar."
"Bohong! Aku tidak percaya."
"Kamu tidak percaya kalau kamu adalah cintaku yang pertama?"
"Mungkin saja begitu. Karena aku tidak bisa melihat isi hati Mas Raka yang sebenarnya."
"Kamu mau aku mengatakan belalah dadaku kalau mau percaya mencintaimu. Seperti dalam cerita cinta anak-anak saja."
Biduri tersenyum kecil. dia mengamati sikap dan perilaku Raka sejak dulu. Ketika Raka masih sehat bugar dan sibuk belajar serta banyak kegiatan di kampus.
"Kamu itu memang menggemaskan sayang," kata Raka sambil memegang pinggul Biduri.
"Sudah ya ngobrolnya. Nanti bunda curiga kalau aku kelamaan disini," ucap Biduri melepaskan tangan Raka.
Tapi Raka malah merebahkan badannya ke belakang disaat Raka masih memegang pinggulnya. Sehingga otomatis tubuh Biduri ikut tertarik roboh ke tempat tidur. Biduri yang cepat beranjak duduk langsung ditahan tangannya oleh Raka.
"Silahkan kamu pergi kalau kepingin ibumu tahu hubungan kita!" Raka menggertak padahal barusan nampak baik-baik saja ngobrol.
"Kenapa Mas Raka selalu mengancamku begitu?"
"Karena kamu tidak nuruti keinginanku. Aku ini ingin sekali bercumbu denganmu lagi seperti kemarin, sayang," kata Raka merayu.
"Tidak boleh begitu terus-terusan, Mas. Karena kita belum syah menjadi suami istri."
"Kamu pingin aku melamarmu dulu, baru kita berhubungan?"
"Ya, tidak begitu Mas. Saya masih kecil belum pantas menikah."
"Tapi badanmu sudah seperti wanita dewasa dan sexsi."
"Bolehlah kita pacaran dulu. Tapi jangan seperti kemarin ya, Mas," kata Biduri akhirnya memberi alternatif.
"Ya. Aku cuma mau menciumu saja dan membelai rambutmu yang indah itu. Ayo dong rebahkan badanmu."
"Mas Raka pandai merayu," ucap Biduri manja sambil merebahkan badannya.
Raka memang pandai merayu. Dia tidak cuma ingin mencium dan membelai rambut Biduri. Tapi ingin lebih dari yang seperti kemarin dalam kesempatan yang baik itu. Maka setelah Biduri merebahkan badan disampingnya, Raka segera memeluknya dan menciumnya.
Biduri membiarkan Raka eksen di seputar wajahnya sambil berpikir bagaimana bila ibunya tiba-tiba mencarinya ke kamar raka.
"Kamu kenapa, sayang?" tanya Raka curiga karena Biduri cuma diam saja.
"Aku kok masih khawatir Bunda tahu, Mas."
"Aah..., lupakan saja hal itu. Aku yang akan bertanggung jawab kalau nanti ibumu marah."
"Bener lho, Mas..."
"Paling dia tahunya kamu sedang bersih-bersih di ruang depan. Gampang nanti alasannya."
Biduri baru merasa tenang Raka mau bertanggung jawab. Setelah itu ia membalas dengan menciumnya penuh kasih sambil tangannya mengelus-elus kepala belakang Raka.
Beberapa saat tidak ada perkembangan situasi di luar kamar. Seakan rumah besar itu hanya dihuni oleh mereka berdua. Raka dan Biduri pun lupa batas-batas yang sudah disepakati bersama. Kini tangan Raka sudah merambah kemana-mana. Daster yang baru dipakai Biduri itu pun sudah tersingkap sampai ke dada.
Biduri tak mau tinggal diam. Dia lebih berani dari eksennya kemarin. Bahkan gila! Ia menyentuh bagian bawah tubuh Raka. Sehingga cowok itu tersentak merasa bagian sensitifnya ada yang meremas-remas.
"Hissssth...," desah itu terdengar lalu Raka melorotkan celananya sendiri agar Biduri bisa lebih leluasa.
"Kali ini aku yang harus membuat kamu mengejang," bisik hati Biduri senang.
"Ayolah, sayang. Buat aku bahagia hari ini," ucap Raka dengan posisi telentang. Seakan telah pasrah apabila Biduri mau menaklukannya dalam beberapa menit lagi.
Sedangkan Biduri sebenarnya tidak begitu paham bagaimana caranya menyenangkan lawan jenis. Tapi entah darimana ide itu datang, tiba-tiba ia meloncat ke atas tubuh Raka. Lalu disingkapkannya gaun panjang yang mengganggu gerakannya ke atas melewati kepalanya.
Melihat itu kedua mata Raka membulat lebar. Sungguh luar biasa! Sekarang ia benar-benar melihat pesona anak pembokat itu yang masih alami. Sampai ia tak sabar meraih dua buah mangga yang menggantung ranum.
Detik berikutnya Biduri bergerak sangat halus seperti mendayung sampan di tengah danau. Kedua tangannya bertumpu ke dada Raka yang bidang. Sedangkan kedua kakinya di tekuk ke belakang. Luar biasa ekspresi gadis yang belum genap 16 tahun itu.
Dalam waktu sekejap gerakan Biduri mampu membuat cowok lumpuh itu mengerang dan mengejang. Biduri ingin melanjutkan sampai tubuhnya sendiri mengejang. Tapi tiba-tiba terdengar ketukan pintu kamar beberapa kali.
Sontak Biduri melompat ke samping. Lalu meraih dasternya yang tadi ia copot. Sedangkan Raka juga membetulkan celananya yang melorot. Kemudian dibantu Biduri duduk di kursi rodanya.
"Maaf... Den Raka tidak apa-apa. Dari pagi kok tidak keluar kamar." Terdengar suara wanita di depan pintu.
Biduri yang bersembunyi di toilet mendengar suara itu. Jelas dia sangat hafal dan tahu siapa wanita yang bicara dengan Raka setelah pintu terbuka.
"Bunda! Aduuuh....Bagaimana ini?!"
BERSAMBUNG
Monggo yang mau kasih like, koment, subcribe dan hadiah lainnya. Biar semangat menulis cerita lanjutannya. Trims 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments