Skandal Dengan Pacar Bos

Skandal Dengan Pacar Bos

Raksa Saskara

'Pekerjaanku belum selesai, mungkin nanti agak telat datangnya.'

Sebaris pesan yang berisi kata maaf berhasil membangkitkan emosi Keanne Syahira Dirgantara—direktur utama di perusahaan cabang Victory—di Kota Surabaya. Sementara kantor pusatnya, ada di Kota Jakarta.

"Selalu seperti ini. Kerja! Kerja! Kerja! Bahkan, di hari ulang tahunku dia masih mementingkan kerjaan. Ah, sial sekali aku punya kekasih seperti dia." Anne menggerutu sembari membanting kasar ponselnya ke atas meja. Dia sudah lelah dengan tingkah calon tunangannya—Nero Morvion.

Meski tampan dan kaya raya, tetapi dalam hidup Nero nyaris tak ada kata santai. Setiap harinya hanya disibukkan dengan pekerjaan, memang ambisinya untuk menjadi pebisnis besar cukup tinggi. Pikirnya, masa depan akan cerah jika uang berlimpah. Namun sayangnya, prinsip itu tidak sejalan dengan Anne.

Sebagai wanita dewasa yang sudah memiliki kedudukan tinggi, ada kalanya Anne juga ingin menikmati hidup dengan bersenang-senang.

"Punya pasangan, tapi apa-apa selalu sendiri. Tahu nggak, kamu itu sangat jahat, Nero!" Anne kembali mengambil ponselnya dan memaki dengan intonasi tinggi, sampai-sampai mencuri perhatian beberapa pengunjung yang ada di restoran itu.

Akan tetapi, Anne tidak peduli. Dia hanya ingin meluapkan kekesalannya saja.

Dengan wajah yang ditekuk, Anne meletakkan ponselnya begitu saja. Lantas, kembali memanggil pelayan dan memesan minuman untuk yang ketiga kalinya. Ya, dua gelas sudah tandas tak tersisa, dan kini ia butuh gelas ketiga untuk menemaninya menunggu Nero, yang belum jelas berapa lama lagi datangnya. Anne sudah cukup bersabar, bukan?

"Kalau sampai malam ini kamu nggak datang, aku benar-benar marah, Nero," gumam Anne sambil mengembuskan napas kasar.

Tak berselang lama, pelayan datang dan mengantarkan minuman yang dia pesan. Dengan senyum yang sangat dipaksakan, Anne meraih gelas tersebut dan mulai meneguknya.

Satu kali, dua kali, tiga kali, sampai akhirnya ... gelas minumannya kembali kosong. Namun, tak ada jua tanda-tanda kedatangan Nero di sana.

'Aku sudah lumutan menunggumu. Kamu di mana?'

Anne mengirimkan satu pesan lagi, tetapi sialnya tak kunjung dibalas. Bahkan saat Anne mencobanya meneleponnya, tak ada jawaban sama sekali. Padahal, tidak hanya dua atau tiga kali, melainkan lebih dari lima kali.

"Kesabaranku sudah habis. Aku nggak akan menunggu kamu lagi." Anne menggeram seorang diri, sembari beranjak dari tempat duduknya.

Tekad Anne sudah bulat untuk pergi. Karena menunggu pun percuma, Nero pasti tidak akan datang.

Namun, baru saja Anne keluar dari pintu restoran, seorang lelaki menghampirinya dengan langkah yang tergesa-gesa. Bahkan, napas pula terdengar memburu. Tampaknya, dia dikejar waktu untuk tiba di hadapan Anne.

"Maaf, Nona, saya sedikit terlambat."

Anne menatap jeli pada lelaki yang kini menunduk hormat di hadapannya. Raksa Saskara, begitulah Anne mengenalnya. Dia adalah tangan kanan Nero. Bukan pertama kali ini Raksa datang menemuinya, melainkan sudah beberapa kali. Apa lagi penyebabnya kalau bukan kesibukan Nero, memang sialan lelaki itu.

"Aku tidak butuh kamu. Pergilah!" Anne berkata pedas. Biarlah, ia sudah sangat kesal malam itu, dan kedatangan Raksa yang ada malah menambah emosi.

"Tapi, Nona, saya___"

Anne pergi begitu saja, meninggalkan Raksa yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

Namun, sebagai seseorang yang mengemban tugas dari sang tuan, Raksa pantang menyerah. Dia turut mengambil langkah dan mengikuti Anne, yang kala itu sedang menuju ke mobil.

"Nona, tunggu sebentar!" Dengan terpaksa Raksa menghalangi langkah Anne. Pikirnya, dari pada gagal menjalankan perintah.

"Sudah kubilang aku tidak butuh kamu!"

"Tuan Nero menyuruh saya untuk memberikan ini pada Anda." Raksa menyodorkan kartu kredit milik Nero. "Tuan masih ada pertemuan dengan rekannya, jadi tidak bisa menemui Anda. Sebagai gantinya, Anda bebas membeli apa pun dengan kartu ini. Kata Tuan, anggap saja itu sebagai hadiah ulang tahun. Tuan tidak membatasi berapa juta yang akan gunakan nanti," sambungnya.

Anne tersenyum miring. Uang lagi, uang lagi. Padahal yang ia butuhkan hanyalah kehadiran Nero. Karena kalau uang, ia pun tak pernah kekurangan.

"Katakan pada tuanmu, aku tidak butuh itu! Aku bisa membeli apa pun dengan uangku sendiri," ucap Anne sambil bersiap pergi.

Namun, lagi-lagi Raksa menahan.

"Tolong jangan mempersulit saya, Nona! Ambil kartu ini dan belanjakan sesuka hati Anda. Ini perintah dari Tuan. Jika Anda menolak, sama saja dengan saya gagal menjalankan perintah. Dan nanti bonus saya tidak cair, Nona."

"Berapa bonusnya? Biar aku ganti sekarang juga. Asal kamu pergi dan jangan menghalangi jalanku lagi!" jawab Anne saking kesalnya. Kalaupun Raksa setuju, anggap saja itu sebagai bukti bahwa dirinya juga banyak uang, agar Nero tak lagi mengutamakan materi dalam hubungan mereka.

"Maaf, Nona, saya hanya akan menerima gaji dari Tuan Nero."

Anne tak menjawab lagi, hanya kakinya yang kembali mengayunkan langkah. Namun, dengan cekatan Raksa mengambil tempat di depannya. Berdiri dan menghalangi jalan, seraya menyodorkan kartu kredit yang belum jua Anne sentuh.

"Nona, saya mohon, jangan mempersulit saya!" ucap Raksa. Pelan, sopan, tetapi juga memaksa.

Karena telanjur kesal, akhirnya Anne mengambil kartu tersebut.

"Baik, kartunya kuambil. Sekarang pergi dan katakan pada tuanmu, aku akan menggunakan kartu ini untuk menyewa gi-golo. Sebagai hadiah ulang tahun karena dia sendiri tidak bisa datang!"

Usai berkata demikian, Anne mendorong tubuh Raksa dan kemudian melangkah cepat menuju mobilnya.

Sementara itu, Raksa yang terkejut dengan kata 'gi-golo', tidak sempat menahan langkah Anne. Bahkan ketika dikejar, Anne sudah lebih dulu masuk mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.

"Dia hanya bercanda, kan? Bisa mampus kalau sampai serius, karena pasti aku yang disalahkan. Emang dasar ya, satu gila kerja, satu emosian. Kenapa nggak putus saja coba. Kalau begini, aku yang pusing. Nggak ikut pacaran, tapi ikut ruwetnya. Sial banget! Untung gajinya gede," gerutu Raksa sambil berkacak pinggang, menatap ke arah jalan di mana mobil Anne berbelok dan menghilang.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Biarkan aku menangis

Biarkan aku menangis

kasih ke aku napa itu

aku butuh duit drpd cintaaaa

2023-12-02

2

Asma Susanty

Asma Susanty

aku mampir..🥰

2023-11-26

1

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

wah Raksa calon selingkuhan Anne

2023-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!