Setitik Rasa

"Bantu aku berdiri!"

Raksa terkesiap saat mendengar ucapan Anne yang spontan. Maklum, lelaki itu masih terhanyut dalam tatapan yang memikat. Sebenarnya, Anne juga sempat merasakan hal yang sama. Hanya saja, dia lebih dulu bisa mengontrol perasaan.

Dalam keadaan yang setengah gugup, Raksa menggenggam tangan Anne, sekaligus merangkul dan menahan berat tubuhnya.

"Anda bisa berdiri, Nona?" tanya Raksa.

"Mmm."

Anne hanya menjawab dengan gumaman pelan. Jantungnya mendadak berdetak cepat saat Raksa merangkulnya. Dalam hati seolah ada dorongan kuat untuk menatap lagi wajah Raksa, yang jika diamati tak kalah tampan dengan Nero.

"Jika sulit, lepaskan saja high heels Anda, Nona!" ucap Raksa.

"Mmm."

Lagi-lagi Anne hanya menggumam. Setengah pikirannya masih terhanyut dalam kharisma yang terpancar dari wajah Raksa. Sampai lelaki itu membungkuk dan mengambil high heels, mata Anne belum beralih dari wajah Raksa.

"Anda bisa berjalan, Nona?" Raksa bertanya sambil menoleh, dan tanpa sengaja keduanya kembali beradu pandang.

Jantung Raksa makin tak karuan, detaknya berpacu tak menentu seperti bom waktu yang siap meledak. Sial! Raksa benar-benar kesulitan menahan diri. Ingin rasanya merangkul Anne lebih erat lagi, membawanya merapat dengan tubuhnya dan membisikkan kata cinta yang akan mengikat mereka berdua nantinya. Ahh, sungguh pikiran yang gila.

"Aku ... bisa."

Ucapan Anne sangat gugup. Namun, cukup untuk menyadarkan Raksa dari keinginan konyolnya. Apalagi setelah Anne mulai melangkah, Raksa bisa meninggalkan pikiran gilanya dan lebih fokus menjaga keseimbangan tubuh Anne. Kendati begitu, benak Raksa belum sepenuhnya normal. Sampai tiba di mobil pun, detak jantung dan debar hati masih di atas rata-rata.

"Sadar, Raksa, dia pacarnya bosmu. Gila kali kalau kamu suka sama dia," batin Raksa, memperingatkan diri sendiri yang mulai goyah.

Lantas demi meluruskan pikiran yang sempat melantur, Raksa hanya fokus dengan kemudi. Tidak sekali pun ia menatap atau sekadar melirik ke arah Anne, meski aroma tubuh wanita itu sangat menggodanya.

Di sisi lain, Anne juga diam dan lebih banyak menatap ke luar. Dia sibuk membayangkan, andai kejadian barusan melibatkan Nero. Pasti bunga-bunga dalam hatinya kembali bermekaran, tidak layu dan nyaris kering seperti sekarang. Dirinya butuh cinta dan kebersamaan, bukan sekadar harta seperti yang Nero gaungkan.

Dalam pikiran yang masih ke mana-mana, Anne terkejut dan spontan menoleh ke arah Raksa. Pasalnya, mobil berhenti dengan tiba-tiba, padahal apartemennya masih jauh.

"Kenapa berhenti?" tanya Anne sambil menatap apotek yang ada di hadapan mereka.

Raksa tersenyum. "Tunggu sebentar, Nona, saya akan membeli sesuatu."

Anne tidak protes. Pikirnya, mungkin Raksa akan membeli obat. Bukan urusannya. Yang penting tidak lama dan secepatnya mengantar dirinya ke apartemen.

Namun, alangkah terkejutnya Anne saat Raksa kembali dan menyerahkan sebungkus salep untuknya.

"Kamu ... membeli ini untukku?" Anne keheranan.

"Benar, Nona. Sejauh pengamatan saya, salep ini sangat ampuh untuk kaki keseleo dan terkilir. Mudah-mudahan kaki Anda nanti juga cepat sembuh dengan ini."

"Berapa harganya?" tanya Anne seraya meraih salep tersebut.

"Saya harap Anda tidak berencana menggantinya, Nona," jawab Raksa, masih dengan senyumannya.

"Aku nggak mau berhutang budi."

Raksa tertawa renyah. "Saya tidak merasa menghutangi Anda, Nona. Tenang saja."

Alih-alih menjawab lagi, Anne malah tertegun dengan tawa yang keluar dari bibir Raksa. Kesannya begitu tulus dan bebas, rasanya ... ingin melihat untuk kedua kalinya.

"Duh, mikir apa sih aku. Dia kan sekretarisnya Nero, masa aku mau tertarik sama dia. Sangat gila dong," batin Anne.

Sekilas dia teringat bahwa Raksa adalah sekretaris kekasihnya, yang seharunya tidak ada sesuatu yang berlebihan di antara mereka. Namun, sekilas kemudian Anne tersadar akan satu hal, rasa kesal dalam hati telah hilang dengan sendirinya.

Mengapa?

Mengapa justru Raksa yang mampu mengikis kekesalan itu?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Luzi

Luzi

mampir lagi thor,,,kyknya seru juga

2024-03-12

0

Biarkan aku menangis

Biarkan aku menangis

ayolah gas!

2023-12-13

1

ria

ria

wkwkwk..
lama2 cinta hadir karena terbiasa dan nyaman..
cinta kadang tak ada logika..

2023-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!