Pacar Spikopat 2
"Mah... Mama." Teriak Nara memanggil orang yang amat ia sayang.
"Mama kemana si, aku kan mau berangkat." Ucapnya kesal setelah mencari-cari disekeliling rumah, namun sang mama tak juga ia temukan.
"Apa mama ada rumah disebelah ya? Sejak ada tetangga baru, aku dilupain. Ada apa disana, betah banget pagi-pagi gini udah ngilang." Tak lama Ibu Sukma yang tak lain adalah mama dari Nara, datang dengan membawa jinjingan plastik berisi makanan.
"Kenapa kamu pagi-pagi udah cembetut aja." Ibu sukma datang dengan santainya mengucapkan kalimat yang membuat Nara semakin kesal.
"Aku tuh lagi sebel sama Mama, darimana aja si mah. Aku kan harus berangkat, jadi nungguin mama dulu nih." Sahutnya, walau sedikit kesal Nara tetap mengucapkan kalimat itu sambil memeluk tubuh sang mama.
"Maaf, Mama tadi dari rumah bu Darma." Jawabnya.
"Hmm, gak salah tebakan aku." Sela Nara.
"Hati-hati mah jangan terlalu dekat, kita kan belum tau siapa mereka." ucap Nara.
"Justru karena Mama udah kenal sama mereka, makanya mama bisa dekat." Balas bu Sukma meyakinkan anaknya.
"Emang siapa, Mama gak pernah cerita sama aku?" Tanya Nara penasaran.
"Nanti mama ceritain, kalo kamu lagi gak sibuk. Kamu aja jarang dirumah, gimana Mama bisa cerita." balas bu Sukma.
"hehehe Maaf ya Mah. Yaudah aku berangkat ya. Udah telat nih." Ucap Nara.
"Oia mah, kemungkinan aku pulang agak malam ya. hari ini ada midnight sale jadi harus lembur deh." lanjutnya.
"Iya, Jaga diri. kalau sekiranya sudah larut malam, menginap saja dirumah teman mu. Mama kan gak mau anak gadis mama kenapa-kenapa karena harus pulang malam." Pesan sang mama.
"Siap Mah, nanti Nara kabari ya." Nara pun pamit setelah mencium punggung tangan ibunya.
Sejak suaminya meninggal dunia 5tahun yang lalu, Nara dan bu sukma hanya tinggal berdua. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing., Nara sibuk kuliah sambil bekerja, sedangkan bu Sukma bekerja dari rumah kerumah sebagai ART.
Tidak ada waktu untuk mereka merajut kasih, bahkan tak pernah ada dipikiran Nara untuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Padahal bu Sukma sudah berkali-kali memintanya untuk menikmati masa mudanya dengan memperbanyak teman atau memiliki seorang kekasih yang membuat hidupnya berwarna. Tapi Nara tidak pernah mau, karena baginya hanya akan membuang banyak energi.
Nara juga sebaliknya meminta ibunya untuk melupakan sang Ayah dan menikah dengan Pria baik. Tapi tidak mudah bagi bu Sukma untuk melupakan suaminya, karena baginya suaminya adalah dunianya yang tidak bisa ia tinggalkan sampai ia meninggalkan dunianya sendiri. Benar-benar Ibu dan anak yang rumit ya Hehehe!!.
Setibanya ditempat kerja, Nara langsung diminta untuk bergegas masuk kedalam Mall, karena banyaknya pengunjung yang datang untuk mencari barang-barang dengan harga murah. Nara bekerja sebagai SPG disebuah mall, dia terbilang anak yang baik dan juga ramah, banyak senior atau junior yang menyukai sikapnya. Bahkan hari ini ia sudah membantu lebih dari 20 custumer dalam beberapa jam, sungguh sangat melelahkan baginya.
Ia berlari kesana-kemari, menebar senyuman, bersikap anggun dan mencoba ramah dengan para pengunjung. Ada yang bertanya ia akan melayani dengan senang hati, walau akhirnya tidak jadi membeli, sudah bukan masalah besar bagi Nara.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, Nara berjalan lunglai menyusuri jalanan gang menuju rumahnya. Rasanya sudah tidak sanggup lagi untuknya berjalan, karena sebelumnya ia berdiri terus tanpa beristirahat. Tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang wanita meminta tolong disebuah rumah kosong yang dil ewati Nara.
Gadis itu mencoba mencari dimana suara itu, setelah diam-diam memperhatikan tanpa di sadari ia menyaksikan kekejaman seorang pria yang sedang menginjak kepala seorang wanita yang sudah terbaring lemah ditanah.
Tak hanya itu terkadang pria itu masih dengan tega menginjak perut dan kaki wanita yang sudah hampir sekarat itu.
Nara ingin sekali menolongnya, tapi ia juga tidak punya keberanian karena takut bisa saja ia akan menjadi korban selanjutnya. Akhirnya dengan perasaan bersalah nara memutuskan untuk pergi dari tempat itu, namun sayangnya ia terjatuh saat dirinya menabrak tubuh seorang pria yang sudah berdiri dibelakangnya.
"Argh.." Nara jatuh terduduk.
"Kau sedang apa?" Tanya Pria itu dengan nada dingin.
"Kak, tolong Kak. Didalam rumah itu ada wanita yang dianiaya sama seorang pria. Tolong bantu dia kak." Nara dengan sigap meminta bantuan pada pria yang tidak ia kenal.
Pria itu diam lalu melangkah memasuki rumah yang ditunjuk oleh Nara, gadis itu pun mengikutinya dibelakang dan mencoba bersembunyi dibalik punggung pria tersebut.
"Dasar Bodoh, sudah ku bilang untuk berhati-hati." Ucap pria itu sambil memukul wajah Pria satunya.
Nara terkejut bukan main, ternyata pria yang dimintai tolong olehnya, adalah teman dari pria jahat itu. Nara berjalan mundur dan berhasil lari dari orang-orang jahat itu, ia berdoa semoga tidak terjadi hal yang tak diinginkan.
"Kau urus wanita ****** ini, aku akan mengurus wanita itu. Kalau perlu kau buang jauh-jauh agar tidak ada seorang pun yang dapat menemukannya." titahnya .
"tolong... lepaskan... aku. Aku... berjanji... tidak... akan... menganggumu lagi." Terdengar suara lirih dari wanita yang tubunya memar penuh luka.
"Pergilah kau ke neraka!!." Ucapnya lalu meninggalkan wanita itu.
Nara berhasil bersembunyi di sebuah gang sempit tanpa adanya cahaya lampu yang menyorot, membuatnya merasa aman dan terus berdoa berharap pria itu tidak mengejarnya.
30menit pun berlalu, akhirnya Nara memutuskan untuk keluar. Ia mengintip ke kanan ke kiri memastikan pria itu benar-benar tidak mengikutinya. Saat dirinya sudah bersiap akan berlari, tiba-tiba saja ponselnya berdering begitu keras, membuat Nara terpaksa harus mengangkatnya.
Karena malam yang begitu sunyi, membuat dering ponsel Nara terdengar begitu keras sampai memecah keheningan malam dengan lagu nada dering andalannya.
"Halo Mah." Jawabnya dengan tenang, Nara mengangkat panggilan telepon sambil berjalan, suara sang mama benar-benar membuatnya tidak takut.
"Nara sudah di gang kok mah. bentar lagi sampai." Ucapnya, setelah sang mama menanyakan keberadaannya.
"Iya Mah, mama tidur duluan aja. bentar lagi Nara sampai kok. Gak usah khawatir. Aku tutup ya, Assalamualaikum." Nara menutup telepon dan menaruh handphone miliknya kedalam tas ransel andalannya.
Tapi tiba-tiba sebuah tangan mencengkram lengan Nara dengan begitu kuat, membuat gadis itu kesakitan. Seseorang itu menyeret tubuh Nara hingga berbenturan dengan dinding rumah orang.
Mata Nara terbelalak saat melihat wajah pria yang sudah ia kenal, Nara memukul-mukul tubuh pria yang dengan sengaja bersembunyi untuk mengejutkan Nara.
"Argh...Lepas..." Nara berteriak berharap ada yang mendengar teriakannya. Tapi dengan cepat pria itu mencekik leher Nara dengan tangannya, sehingga membuat gadis itu kesulitan untuk bernafas. namun Nara tak ingin menyerah, tangannya masih terus memukul-mukul tubuh pria misterius itu,
"Kau.. akan... membunuhku?" Tanya nara dengan suara terbata-bata.
"Jika..aku..mati!!! to..tolong buang... tubuh.... ku!!! di..rumah itu." Ucapnya menunjuk sebuah rumah yang biasa ibunya kunjungi. Perlahan tangan pria itu mengendur dan melepaskan Nara hingga tersungkur jatuh ketanah.
"Uhuk...uhukk.... haaa..haaa...haaa....haaa" Nara mencoba mengambil nafas setelah lehernya terbebas dari jeratan tangan pria itu.
"Kau benar-benar.... Tidak punya hati..." ucapnya sambil mengatur nafas yang hampir terputus.
"Setelah menganiaya wanita itu, kau masih ingin membunuhku?" lanjutnya.
"Diam.. atau kau ingin bernasib sama seperti wanita yang kau lihat tadi?" Nara terdiam saat mendengar ancamam pria itu.
"Dimana rumah mu?" Tanyanya. Nara diam dengan tatapan sinis pada pria itu.
"Ku tanya dimana rumah?" Tanyanya lagi.
"Bukankah tadi kau menyuruh ku untuk diam." Sahutnya.
"Sepertinya kau ingin melihat ibu mu bernasib sama seperti wanita tadi." Ucapnya tiba-tiba.
"Apa.. ibuku. Apa maksudnya. apa hubungannya dengan mama, kenapa tiba-tiba dia berbicara seperti itu." Batin Nara terusik, beribu pertanyaan muncul dibenaknya.
"Bu Sukma Jayanti. bukankah itu ibu mu?" Bisik pria itu ditelingan Nara.
"Menyingkirlah." Nara mendorong tubuh pria itu.
Tanpa aba-aba pria itu langsung menarik tangan nara untuk mengikuti langkahnya dan membuat Nara terpaksa harus berjalan dibelakang pria itu. Nara sudah berkali-kali mencoba untuk melepaskan tangan pria itu dari tangannya, tapi tenaganya tak cukup menandingi kuatnya cengkraman pria tersebut.
Mau tidak mau, Nara akhirnya menyerah dan membiarkan tangan itu mengikat erat ditangannya. Mereka pun berjalan menyusuri jalan sesuai petunjuk yang diarahkan oleh Nara, tak butuh waktu lama akhirnya mereka pun sampai didepan rumah Nara.
"Ini Rumah mu?" Tanyanya, Nara mengangguk Ragu.
"Masuklah, aku harap kita tidak akan bertemu lagi" ucapnya.
"Iya, aku juga berharap yang sama." Jawabnya tanpa basa-basi.
"Tapi." Lanjut Erik.
"Tapi apa?" Tanya Nara yang sudah sangat penasaran.
"Kalau kita bertemu lagi, aku tidak akan pernah melepaskan mu." Bisiknya. Pria itu pergi meninggalkan kesan yang mendalam dihati dan pikiran Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments