Nara dan bu Sukma sudah siap untuk berangkat kerumah bu Darma, walau sebenarnya hanya acara kecil, tetap saja mereka menggunakan pakaian yang sopan dan bukan memakai daster atau kaos oblong biasa. Tidak menggunakan make up yang berlebihan juga, hanya berhias sedikit memberi rona di bibir saja agar tidak terlihat pucat.
"Sudah lama banget yaa Mah, kita gak jalan bareng kaya gini." Ucap Nara, berjalan sambil memeluk erat tangan sang Mama.
"Iya.. Karena kita sudah sibuk satu sama lain. jadi gak pernah ada waktu buat jalan bareng kaya gini. Makanya kita bersyukur bisa diundang kerumah bu Darma. Jadi kita punya moment untuk jalan-jalan malam ini." Balas bu Sukma.
"Kapan-kapan kita jalan-jalan yuk mah, hmm kemana gitu." Ajak Nara.
"Kamu atur aja, mama mah tinggal nebeng hihihi." Jawab bu Sukma. Gak kerasa obrolan mereka udah harus diakhiri, karena mereka sudah tiba didepan rumah keluarga Darma.
"Assalamualaikum..." salam Bu Sukma.
"Assalamualaikum.." Salam kedua disusul Nara.
"Wa'alaikumsalam... Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Sini masuk, ayo duduk disini." Jawab bu Darma, mempersilahkan tamu istimewanya masuk kedalam rumah.
"Maaf ya bu, tadi Nara ketiduran. Mama juga baru pulang, jadi agak telat datangnya." Bu Sukma merasa bangga pada anaknya, karena berani berterus terang dan tak lupa untuk mengucapkan kata Maaf terlebih dahulu.
"Iyaa gak apa-apa. Ibu ngerti kamu pasti capek banget kan." balas bu Darma.
"Karena kalian udah pada datang, kita mulai aja acara makan-makannya." Ucap Pak Darma, membuat bu Sukma merasa tidak enak.
"Loh kenapa harus nungguin kami si pak, aku kira acaranya sudah selesai loh." Ucap bu Sukma.
"Enggak, kami emang sengaja adain acara ini untuk kalian, biar kita bisa semakin dekat. Kan disini cuma tinggal beberapa rumah saja jadi gak banyak yang bisa deket sama kami." Jawab Pak Darma.
"Kami jadi terharu Pak, jadi kami dianggap seperti tamu istimewa saja." Jawab bu Sukma.
"Kalian memang tamu istimewa, yang sudah seperti saudara kami, iya kan bu. udah berkali-kali Sukma bantuin dirumah, kami sangat bersyukur sekali bisa bertetangga dengan orang-orang baik seperti kalian." Tukas Pak Darma.
"Jadi ini hanya sambutan kecil, untuk tanda terima kasih kami." Lanjut Pak Darma.
Bu Sukma benar-benar merasa terharu sampai ia meneteskan air mata. begitu juga dengan Nara, berfikir jika ibunya gak salah sudah baik sama keluarga Pak Darma, ternyata mereka juga keluarga yang baik, yang sama-sama mengerti apa itu saling menghargai sesama tetangga.
"Ayo dimakan. ngobrol mulu jadi gak makan-makan." Ajak Bu Darma.
"Anak ibu kemana?" Tanya bu Sukma.
"Ada dikamar." Jawab bu Darma.
"Enggak ikut makan-makan sama kita." tanya bu sukma.
"Dia baru aja pulang, sekarang lagi mandi, nanti juga ikut gabung." Jawab bu Darma.
"Mah, Bu, Pak.. Maaf Nara pamit sebentar mau angkat telefon dari teman." Nara meminta izin kepada orang yang lebih tua darinya, dan mereka pun mempersilahkan.
Nara keluar dari rumah agar tidak menganggu mereka yang sedang makan, sepertinya Nara mendapatkan telefon dari teman satu shiftnya.
"Hallo, ada apa Tia?" Jawabnya setelah mengangkat telepon.
"Nara, besok kita tukar shift yuk. aku ada quis pagi dikampus. kamu mau gak besok shift siang?" terdengar suara disebrang telepon.
"Haduuh.. gimana ya. Sorenya aku juga ada acara." Jawabnya.
"Aku mohon Nara. Bantu aku." ucapnya memelas. Sebenarnya Nara tidak ada acara, ia menolak hanya karena takut jika harus pulang malam.
"Nanti aku kabari ya, bisa atau enggak nya." Jawab Nara.
"Aku tunggu ya Ra.. aku bener-bener ada quis besok." Ucap Tia memaksa.
"Iya Tia, nanti aku kabari. Udah dulu ya. Gak enak aku lagi ada Tamu." Ucapnya, lalu memutus panggilang telepon itu, kemudian masuk kedalam rumah menyusul ibunya.
"Maaf Pak, bu. Tadi telpon dari temen mau tukar Shift, jadi agak lama." Jelasnya, saat duduk dimeja makan.
"Iya gak apa-apa. Ayo langsung makan." jawab Bu Darma, setelah mengambilkan nasi dan beberapa lauk untuk Nara.
Saat dirinya selesai mengucapkan doa makan, lalu menyendokkan nasi dan lauk kedalam mulutnya. Nara dikagetkan dengan sosok pria yang baru duduk bersebrangan dengannya. Pria yang sangat-sangat tak diinginkan keberadaannya, karena terkejut, Nara sampai tersedak hingga terbatuk-batuk.
"Haduh Nara pelan-pelan dong sayang, baca doa dulu maka nya." ucap bu Sukma, mengelus-ngelus punggung Nara.
"Maaf Bu, toiletnya dimana yaa?" Tanya Nara.
"Disana Nak, hati-hati kok bisa sampai tersedak gitu si." ucap bu Darma sampai bingung sama sikap Nara.
Nara segera berlari menuju kamar mandi, membuang makanan yang masih didalam mulutnya. kemudian ia membersihkan dengan air mengalir. Setelah selesai, ia mulai berfikir kenapa pria itu ada disana, siapa sebenarnya dia.
"Haduh aku harus gimana ini, kenapa aku bisa sampe ketemu dia lagi si." Nara cemas bukan main. ia terus berusaha tenang dengan sesekali mengambil nafas lalu membuangnya.
15 menit lamanya Nara berada didalam kamar mandi, membuat sang mama khawatir dan ingin menyusulnya. Tapi untung saja Nara segera datang sebelum ibunya tiba disana.
"Kamu ngapaian aja, kok lama banget si?" Tanya bu Sukma cemas.
"Maaf mah, tiba-tiba saja perut aku mual." Balasnya.
"Maaf ya Pak, bu." Ucap Nara sedikit canggung kepada keluarga pak Darma.
"Gak apa-apa. Kamu sakit? Ibu punya tolak angin, mau minum tolak angin?" Tanya ibu Darma yang ikut mencemaskan Nara.
"Enggak usah bu, udah sedikit enakan kok." Tolak nara secara halus, walau sesekali melirik kearah pria dihadapannya, yang diam tanpa berkomentar dan asik dengan makanan yang dimasak ibunya.
"Erik, Kamu kok diem aja si, malah asik makan." Tanya bu Darma.
"Sudah banyak yang mencemaskannya bu, untuk apa aku ikut cemas." Jawabnya Acuh.
"Ya.. tapi..." Lanjut Bu Darma, namun di selak oleh Nara.
"Ibu, Enggak apa-apa bu. Kak Erik gak salah kok. dia ada benernya juga." ucapnya membela pria yang seharusnya tidak ia bela.
"Mah, aku pulang duluan ya." Pinta Nara.
"Ibu antar ya." Tawar sang ibu.
"Enggak perlu Mah, aku bisa pulang sendiri kok. kaya anak kecil aja." Jawabnya canggung.
"Maaf ya Pak, Bu. Nara pulang duluan." ucapnya.
"Tapi kamu belum makan apa-apa Nara, masa udah mau pulang." Jawab bu Darma.
"Enggak apa-apa bu, masih agak mual jadi belum bisa makan dulu. Maaf ya bu." Jawabnya.
"Yasudah, hati-hati dijalan." Ucap Bu Darma. Setelah mendapatkan izin untuk pulang lebih dulu, Nara segera keluar dari rumah itu yang membuatnya bisa bernafas lega.
"Waaaa kenapa harus pria itu yang jadi anaknya bu Darma. Apakah mereka bersikap baik hanya ingin melakukan hal buruk pada mama. Ya Allah bagaimana kalau mama kenapa-kenapa." Nara jadi semakin mencemaskan sang Mama.
Ia masih mengingat jelas ucapan pria itu yang berkata, ibu sukma akan bernasib sama seperti wanita yang dilihatnya pada malam itu. Apa ini hanya akal-akalan keluarga itu saja, mendekati keluarga bu Sukma dengan bersikap baik tapi sebenarnya mempunyai rencana lain.
"Aku harus balik lagi kerumah itu, aku gak mau terjadi sesuatu pada mama." Ucapnya, kemudian bergegas kembali menuju rumah Pak Darma. Dalam perjalanan Nara terus memanjatkan doa semoga sang mama baik-baik saja.
"Mah..mama..." Nara masuk begitu saja menerobos tanpa rasa takut. tapi tiba-tiba suasana rumah pak Darma mendadak sepi dan hanya tersisa pria bernama Erik.
"Dimana mama ku?" Tanya Nara dengan nada bergetar. Tapi Erik hanya diam dan asik duduk santai sambil membaca buku.
"Aku tanya, DIMANA MAMA KU?" Nara berteriak kesal, namun Erik masih saja diam tak mau menjawab.
Nara sudah tidak bisa menahan amarahnya, lalu ia menampar pipi kiri Erik dengan begitu keras. Nara meluapkan kekesalannya pada Erik yang saat ditanya responnya hanya diam saja, padahal jelas-jelas pertanyaanya bukan sekadar pertanyaan main-main. Namun tiba-tiba saja Erik membanting buku yang ia baca dan bangkit dari duduknya, lalu pria itu meraih kedua pundak Nara, dan mendorong tubuh gadis itu ke dinding dengan sangat kencang.
"Argh.." Nara merintih, karena benturan keras mengenai punggungnya. Namun Erik masih enggan melepaskan Nara.
"Aku mohon... Jangan sakiti Mama ku, hanya dia satu-satunya orang yang aku miliki di dunia ini." Nara tertunduk menangis, memohon kepada Erik untuk tidak melakukan hal buruk pada mamanya.
"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain mama, aku mohon jangan sakiti dia, aku mohon." Lanjutnya.
"Nara... Ada apa??" Bu Sukma datang setelah mendengar teriakan Nara, dan melihat peristiwa penamparan yang dilakukan Nara dan juga sikap kasar Erik pada anaknya. Nara terduduk lemah dan menangis, mendapati sang Mama dalam keadaan baik-baik saja.
"Erik, kenapa kamu kasar gitu sama Nara?" Tanya bu Darma. Erik lagi-lagi tak bersuara walau ibunya yang bertanya.
Bu Sukma langsung menghampiri Nara dan memeluk tubuh anaknya, ia mengusap-usap punggung Nara dengan sangat lembut. Begitu juga dengan bu Darma, ia menarik tangan Erik dan membawanya masuk kedalam kamarnya.
"Ayo kita pulang sayang." Ajak bu sukma, nara pun mengangguk dan berjalan keluar dari rumah itu tanpa berpamitan.
Dalam benak bu Darma dan bu Sukma, apa yang sebenarnya sudah terjadi diantara anak-anak mereka. Kenapa Nara menampar Erik, begitu juga dengan Erik, kenapa harus bersikap kasar kepada Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments