"Mah... Mama." Teriak Nara memanggil orang yang amat ia sayang.
"Mama kemana si, aku kan mau berangkat." Ucapnya kesal setelah mencari-cari disekeliling rumah, namun sang mama tak juga ia temukan.
"Apa mama ada rumah disebelah ya? Sejak ada tetangga baru, aku dilupain. Ada apa disana, betah banget pagi-pagi gini udah ngilang." Tak lama Ibu Sukma yang tak lain adalah mama dari Nara, datang dengan membawa jinjingan plastik berisi makanan.
"Kenapa kamu pagi-pagi udah cembetut aja." Ibu sukma datang dengan santainya mengucapkan kalimat yang membuat Nara semakin kesal.
"Aku tuh lagi sebel sama Mama, darimana aja si mah. Aku kan harus berangkat, jadi nungguin mama dulu nih." Sahutnya, walau sedikit kesal Nara tetap mengucapkan kalimat itu sambil memeluk tubuh sang mama.
"Maaf, Mama tadi dari rumah bu Darma." Jawabnya.
"Hmm, gak salah tebakan aku." Sela Nara.
"Hati-hati mah jangan terlalu dekat, kita kan belum tau siapa mereka." ucap Nara.
"Justru karena Mama udah kenal sama mereka, makanya mama bisa dekat." Balas bu Sukma meyakinkan anaknya.
"Emang siapa, Mama gak pernah cerita sama aku?" Tanya Nara penasaran.
"Nanti mama ceritain, kalo kamu lagi gak sibuk. Kamu aja jarang dirumah, gimana Mama bisa cerita." balas bu Sukma.
"hehehe Maaf ya Mah. Yaudah aku berangkat ya. Udah telat nih." Ucap Nara.
"Oia mah, kemungkinan aku pulang agak malam ya. hari ini ada midnight sale jadi harus lembur deh." lanjutnya.
"Iya, Jaga diri. kalau sekiranya sudah larut malam, menginap saja dirumah teman mu. Mama kan gak mau anak gadis mama kenapa-kenapa karena harus pulang malam." Pesan sang mama.
"Siap Mah, nanti Nara kabari ya." Nara pun pamit setelah mencium punggung tangan ibunya.
Sejak suaminya meninggal dunia 5tahun yang lalu, Nara dan bu sukma hanya tinggal berdua. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing., Nara sibuk kuliah sambil bekerja, sedangkan bu Sukma bekerja dari rumah kerumah sebagai ART.
Tidak ada waktu untuk mereka merajut kasih, bahkan tak pernah ada dipikiran Nara untuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Padahal bu Sukma sudah berkali-kali memintanya untuk menikmati masa mudanya dengan memperbanyak teman atau memiliki seorang kekasih yang membuat hidupnya berwarna. Tapi Nara tidak pernah mau, karena baginya hanya akan membuang banyak energi.
Nara juga sebaliknya meminta ibunya untuk melupakan sang Ayah dan menikah dengan Pria baik. Tapi tidak mudah bagi bu Sukma untuk melupakan suaminya, karena baginya suaminya adalah dunianya yang tidak bisa ia tinggalkan sampai ia meninggalkan dunianya sendiri. Benar-benar Ibu dan anak yang rumit ya Hehehe!!.
Setibanya ditempat kerja, Nara langsung diminta untuk bergegas masuk kedalam Mall, karena banyaknya pengunjung yang datang untuk mencari barang-barang dengan harga murah. Nara bekerja sebagai SPG disebuah mall, dia terbilang anak yang baik dan juga ramah, banyak senior atau junior yang menyukai sikapnya. Bahkan hari ini ia sudah membantu lebih dari 20 custumer dalam beberapa jam, sungguh sangat melelahkan baginya.
Ia berlari kesana-kemari, menebar senyuman, bersikap anggun dan mencoba ramah dengan para pengunjung. Ada yang bertanya ia akan melayani dengan senang hati, walau akhirnya tidak jadi membeli, sudah bukan masalah besar bagi Nara.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, Nara berjalan lunglai menyusuri jalanan gang menuju rumahnya. Rasanya sudah tidak sanggup lagi untuknya berjalan, karena sebelumnya ia berdiri terus tanpa beristirahat. Tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang wanita meminta tolong disebuah rumah kosong yang dil ewati Nara.
Gadis itu mencoba mencari dimana suara itu, setelah diam-diam memperhatikan tanpa di sadari ia menyaksikan kekejaman seorang pria yang sedang menginjak kepala seorang wanita yang sudah terbaring lemah ditanah.
Tak hanya itu terkadang pria itu masih dengan tega menginjak perut dan kaki wanita yang sudah hampir sekarat itu.
Nara ingin sekali menolongnya, tapi ia juga tidak punya keberanian karena takut bisa saja ia akan menjadi korban selanjutnya. Akhirnya dengan perasaan bersalah nara memutuskan untuk pergi dari tempat itu, namun sayangnya ia terjatuh saat dirinya menabrak tubuh seorang pria yang sudah berdiri dibelakangnya.
"Argh.." Nara jatuh terduduk.
"Kau sedang apa?" Tanya Pria itu dengan nada dingin.
"Kak, tolong Kak. Didalam rumah itu ada wanita yang dianiaya sama seorang pria. Tolong bantu dia kak." Nara dengan sigap meminta bantuan pada pria yang tidak ia kenal.
Pria itu diam lalu melangkah memasuki rumah yang ditunjuk oleh Nara, gadis itu pun mengikutinya dibelakang dan mencoba bersembunyi dibalik punggung pria tersebut.
"Dasar Bodoh, sudah ku bilang untuk berhati-hati." Ucap pria itu sambil memukul wajah Pria satunya.
Nara terkejut bukan main, ternyata pria yang dimintai tolong olehnya, adalah teman dari pria jahat itu. Nara berjalan mundur dan berhasil lari dari orang-orang jahat itu, ia berdoa semoga tidak terjadi hal yang tak diinginkan.
"Kau urus wanita ****** ini, aku akan mengurus wanita itu. Kalau perlu kau buang jauh-jauh agar tidak ada seorang pun yang dapat menemukannya." titahnya .
"tolong... lepaskan... aku. Aku... berjanji... tidak... akan... menganggumu lagi." Terdengar suara lirih dari wanita yang tubunya memar penuh luka.
"Pergilah kau ke neraka!!." Ucapnya lalu meninggalkan wanita itu.
Nara berhasil bersembunyi di sebuah gang sempit tanpa adanya cahaya lampu yang menyorot, membuatnya merasa aman dan terus berdoa berharap pria itu tidak mengejarnya.
30menit pun berlalu, akhirnya Nara memutuskan untuk keluar. Ia mengintip ke kanan ke kiri memastikan pria itu benar-benar tidak mengikutinya. Saat dirinya sudah bersiap akan berlari, tiba-tiba saja ponselnya berdering begitu keras, membuat Nara terpaksa harus mengangkatnya.
Karena malam yang begitu sunyi, membuat dering ponsel Nara terdengar begitu keras sampai memecah keheningan malam dengan lagu nada dering andalannya.
"Halo Mah." Jawabnya dengan tenang, Nara mengangkat panggilan telepon sambil berjalan, suara sang mama benar-benar membuatnya tidak takut.
"Nara sudah di gang kok mah. bentar lagi sampai." Ucapnya, setelah sang mama menanyakan keberadaannya.
"Iya Mah, mama tidur duluan aja. bentar lagi Nara sampai kok. Gak usah khawatir. Aku tutup ya, Assalamualaikum." Nara menutup telepon dan menaruh handphone miliknya kedalam tas ransel andalannya.
Tapi tiba-tiba sebuah tangan mencengkram lengan Nara dengan begitu kuat, membuat gadis itu kesakitan. Seseorang itu menyeret tubuh Nara hingga berbenturan dengan dinding rumah orang.
Mata Nara terbelalak saat melihat wajah pria yang sudah ia kenal, Nara memukul-mukul tubuh pria yang dengan sengaja bersembunyi untuk mengejutkan Nara.
"Argh...Lepas..." Nara berteriak berharap ada yang mendengar teriakannya. Tapi dengan cepat pria itu mencekik leher Nara dengan tangannya, sehingga membuat gadis itu kesulitan untuk bernafas. namun Nara tak ingin menyerah, tangannya masih terus memukul-mukul tubuh pria misterius itu,
"Kau.. akan... membunuhku?" Tanya nara dengan suara terbata-bata.
"Jika..aku..mati!!! to..tolong buang... tubuh.... ku!!! di..rumah itu." Ucapnya menunjuk sebuah rumah yang biasa ibunya kunjungi. Perlahan tangan pria itu mengendur dan melepaskan Nara hingga tersungkur jatuh ketanah.
"Uhuk...uhukk.... haaa..haaa...haaa....haaa" Nara mencoba mengambil nafas setelah lehernya terbebas dari jeratan tangan pria itu.
"Kau benar-benar.... Tidak punya hati..." ucapnya sambil mengatur nafas yang hampir terputus.
"Setelah menganiaya wanita itu, kau masih ingin membunuhku?" lanjutnya.
"Diam.. atau kau ingin bernasib sama seperti wanita yang kau lihat tadi?" Nara terdiam saat mendengar ancamam pria itu.
"Dimana rumah mu?" Tanyanya. Nara diam dengan tatapan sinis pada pria itu.
"Ku tanya dimana rumah?" Tanyanya lagi.
"Bukankah tadi kau menyuruh ku untuk diam." Sahutnya.
"Sepertinya kau ingin melihat ibu mu bernasib sama seperti wanita tadi." Ucapnya tiba-tiba.
"Apa.. ibuku. Apa maksudnya. apa hubungannya dengan mama, kenapa tiba-tiba dia berbicara seperti itu." Batin Nara terusik, beribu pertanyaan muncul dibenaknya.
"Bu Sukma Jayanti. bukankah itu ibu mu?" Bisik pria itu ditelingan Nara.
"Menyingkirlah." Nara mendorong tubuh pria itu.
Tanpa aba-aba pria itu langsung menarik tangan nara untuk mengikuti langkahnya dan membuat Nara terpaksa harus berjalan dibelakang pria itu. Nara sudah berkali-kali mencoba untuk melepaskan tangan pria itu dari tangannya, tapi tenaganya tak cukup menandingi kuatnya cengkraman pria tersebut.
Mau tidak mau, Nara akhirnya menyerah dan membiarkan tangan itu mengikat erat ditangannya. Mereka pun berjalan menyusuri jalan sesuai petunjuk yang diarahkan oleh Nara, tak butuh waktu lama akhirnya mereka pun sampai didepan rumah Nara.
"Ini Rumah mu?" Tanyanya, Nara mengangguk Ragu.
"Masuklah, aku harap kita tidak akan bertemu lagi" ucapnya.
"Iya, aku juga berharap yang sama." Jawabnya tanpa basa-basi.
"Tapi." Lanjut Erik.
"Tapi apa?" Tanya Nara yang sudah sangat penasaran.
"Kalau kita bertemu lagi, aku tidak akan pernah melepaskan mu." Bisiknya. Pria itu pergi meninggalkan kesan yang mendalam dihati dan pikiran Nara.
1 minggu sudah berlalu, tapi peristiwa malam itu masih membuat Nara sangat Trauma. Setelah kejadian malam itu, ia memutuskan pulang dengan naik ojek dan minta diantar sampai depan rumahnya, karena ia benar-benar sangat takut jika harus berjumpa lagi dengan pria misterius itu.
Walau harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membayar Ojek pangkalan, tapi ini semua demi kebaikannya. Nara juga belum sempat bercerita pada sang ibu, karena takut bu Sukma menjadi khawatir dan akan selalu menunggu kepulangannya.
Untung saja hari ini Nara libur kuliah dan juga libur bekerja, jadi ia bisa bersantai didalam rumah tanpa di hantui rasa takut setiap ia pulang malam. Nara harap ucapan pria itu hanya lelucon, walau nantinya akan bertemu kembali, semoga pertemuan itu menjadi terasa asing seperti mereka tidak pernah bertemu.
"Argh.. Stress banget ya Allah." Ucapnya berkeluh kesah.
"Stress kenapa?" Tanya bu Sukma, yang mendengar teriakan Nara didalam Kamar.
"Mama, bikin kaget aja." Sahut Nara.
"Stress kenapa, cerita sama mama." tanya bu Sukma.
"Gak ada mah, aku cuma capek aja kuliah sambil kerja." Jawabnya berbohong.
"Terus gimana, kamu mau cuti kuliah apa mau berhenti bekerja?" Tanyanya balik.
"Enggak dua-dua si mah, hehehe." Jawab Nara bercanda.
"Mama kan sudah bilang, cari pacar jadi kalo lagi stress bukan diam dirumah, tapi jalan-jalan." Ledek bu Sukma.
"Hmmm.. mulai deh. Mama tuh yang harusnya ngajak aku jalan-jalan, bukannya malah nyuruh aku untuk cari pacar. Nanti kalo aku udah punya pacar, mama bakal semakin kesepian karena kesibukan ku bertambah. Mau Kaya gitu?" Ucap Nara.
"Mama Justru akan sangat bahagia, kalau kamu bisa menemukan seorang pria yang bisa menjaga mu dengan baik. Jadi mama gak perlu khawatir, kalo tiba-tiba mama meninggal Kamu udah...." Jelas bu Sukma, namun dibantah oleh Nara.
"Mama ngomong apa si, udah ach Nara malas bahas kaya gitu." Sela Nara. Bu Sukma hanya menghela Nafas mencoba menerima keputusan sang anak.
"Nara, bisa bantu Mama gak?" pinta bu Sukma, mencoba mencairkan suasana.
"Bantu apa?" Jawab Nara dingin.
"Sekarang mama ada kerjaan, jadi mama titip makanan ini buat tetangga sebelah ya." Pintanya.
"Kenapa enggak mama sendiri aja si sekalian jalan. Aku kan gak tau orang nya Mah." tolak Nara.
"Cuma ngasih aja kok, habis itu pulang. bilang aja dari Mama." pesan bu Sukma.
"Iya nanti Nara kasih." Balasnya.
"Makasih ya sayang. Yaudah, Mama berangkat ya, itu ada makanan dimeja makan. Jangan sampai gak dimakan." bu sukma pun pergi meninggalkan Nara sendirian dirumahnya.
Setelah kepergiaan bu Sukma, Nara pun pergi menuju rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya, lingkungan rumah Nara memang terbilang sangat sepi, karena informasi yang didapat lingkungan tersebut akan digusur dan dijadikan sebuah apartemen milik PT.xxxxx. Jadi banyak rumah kosong terbengkalai ditinggal oleh penghuninya.
Nara dan bu Sukma, memang sudah memiliki rencana untuk pindah. Tapi rasanya berat meninggalkan rumah peninggalkan sang Suami. Jadi untuk sementara waktu, mereka memilih untuk tinggal disana sampai ada pemberitahuan lagi.
Saat ini Nara sudah berpakaian rapi dan sopan tentunya untuk menuju rumah ibu atau Pak Darma, dengan membawa beberapa tumpuk makanan dirantang jinjing, Nara mengetuk rumah tersebut, dan tak lama pemilik rumah pun membukakan pintu.
"Assalamualaikum?" Nara mengucap salam, sambil mengetuk-ngetuk pintu rumah tetangganya.
"Wa'alaikumsalam..... Nara ya?" Tebaknya, mendengar namanya disebut Nara pun tersenyum karena tetangganya sudah mengenalnya lebih dulu.
"Ini Bu dari Mama." ucapnya menyodorkan rantang berisi makanan kepada bu Darma.
"Masuk sini, yaa ampun ibu mu ini selalu aja ngasih-ngasih makanan ke kami." Ucapnya membanggakan bu Sukma, Nara hanya tersenyum canggung mendengar bu Darma senang menceritakan ibunya.
"Iya bu." Jawabnya sungkan.
"Tunggu sebentar ya." Pinta bu Darma.
Nara duduk disebuah ruang tamu minimalis, dimana banyak sekali foto-foto tertata rapi diatas rak dan dinding. Nara berjalan menuju sebuah lemari kaca, dimana banyak sekali piala-piala dan piagam penghargaan tentang olahraga.
"Waaah banyak sekali." ucapnya kagum.
"Nara sedang apa?" Tanya bu Darma.
"Ini bu, aku lagi liat-liat ini." jawabnya canggung sambil menunjuk isi dalam lemari kaca itu.
"Itu semua penghargaan anak ibu, dia memang suka sekali dengan olahraga." Jelas Bu Darma, Nara hanya mengangguk kagum.
"Oia, nanti malam kesini lagi ya ajak ibu mu." pinta bu Darma.
"Ada acara apa memangnya bu?" tanya Nara.
"Bukan acara besar kok, cuma sekedar makan malam aja." Jawab Bu Darma.
"Iya bu nanti Nara sampaikan ke Mama, kalau gitu Nara pamit ya bu, nara mau istirahat lagi mumpung lagi libur." ucapnya.
"Loh kok cepet banget si, padahal kita baru juga ketemu." Ucap Bu Darma.
"Iya bu, lain kali Nara main bareng sama Mama." jawab Nara.
"Iya, Jangan lupa nanti malam ibu tunggu ya." Bu Darma mengingatkan.
"Baik bu. Nara pulang ya bu. Assalamualaikum." Nara pun Pamit dan meninggalkan rumah Bu Darma.
Nara berjalan keluar dari rumah bu Darma, tanpa dia sadari ada seseorang yang sudah memperhatikannya dari awal ia datang, sampai ia keluar dari rumah bu Darma. Setibanya dirumah, Nara masuk kedalam sambil menutup pintu tanpa menguncinya dan berjalan kearah kamar, lalu menjatuhkan tubuhnya diatas kasur miliknya.
"Ahh... Rasanya nikmat sekali bisa rebahan kaya gini. Aku mau tidur sampai besok." Ucapnya dan benar saja, baru juga ia sampai tak lama ia pun tertidur dengan lelap.
Jarang sekali Nara mendapatkan waktu seperti ini, biasanya ia mendapatkan jatah libur bekerja tapi tetap harus berangkat kuliah, atau sebaliknya saat libur kuliah ia tetap harus berangkat bekerja. Dan hari ini menjadi kesempatan baginya untuk benar-benar beristirahat seharian full.
Saat Nara sedang beristirahat, masuklah seseorang kedalam rumahnya. Ia datang dengan langkah pelan, melihat-lihat isi rumah Nara. Lalu orang itu berdiri tepat di depan foto Nara yang saat itu sedang tersenyum manis menggunakan pakaian kebaya diacara kelulusan sekolah.
Pria itu tersenyum saat ibu jarinya mengusap lembut bibir Nara dalam foto itu, Lalu ia berpindah tempat untuk mencari keberadaan Nara. gadis itu benar-benar sangat ceroboh, ia tidur pulas didalam kamar, tanpa menutup pintunya. sehingga orang tersebut dengan mudahnya masuk kedalam kamar, dan duduk di tepi ranjang milik Nara.
Orang itu terus memperhatikan gadis berusia 20 tahun, yang memiliki wajah cantik dan manis. Nara memiliki kulit putih dan rambut hitam panjang. Dia benar-benar gadis yang sempurna.
Karena asik terus memperhatikan wajah Nara yang Ayu, lambat laun orang tersebut bergerak mendekati Nara yang sedang tertidur, ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Nara. tanpa ia sadari, orang itu langsung mengecup bibir Nara. lalu ia berpaling dan berbisik ditelinga Nara dengan berkata.
"Sekarang kau sudah menjadi milik ku." Tukasnya.
"Aaaaargh......" Sontak saja kalimat itu membuat Nara menjerit mendengar bisikan tepat digendang telinganya. Suara seseorang yang amat ia kenal, suara seseorang yang ingin ia hindari sejak pertama bertemu.
Nafasnya tidak berarturan, memburu seperti orang kelelahan. jantungnya pun berdetak begitu cepat sampai-sampai rasanya sesak didada. Nara segera bangun dari tidurnya, ternyata itu hanya Mimpi, mimpi yang membuat ketakutannya bertambah.
"Ha.. hanya Mimpi...Tapi kenapa terasa begitu nyata." Ucapnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, bu Sukma pulang dalam keadaan rumah masih gelap gulita. Nara benar-benar tertidur dengan pulas tanpa ia sadari malam sudah menyapanya.
"Naraaa... kenapa kamu duduk diam dalam keadaan lampu padam?" Tanya sang Mama, yang melihat anaknya duduk di tepi ranjang.
"Enggak apa-apa Mah, Nara baru bangun tidur setelah mendengar suara mama." Ucapnya lagi-lagi harus berbohong. Bu Sukma sudah datang, membuat perasaan Nara menjadi membaik, lampu-lampu rumah pun sudah menyala tak ada lagi rasa takut dalam diri Nara. karena ia menganggap hal tadi hanya mimpi, jadi bukan masalah besar yang harus dipikirkan.
"Oia Mah, aku tadi udah nganter makanan ke Bu Darma. terus dia minta kita untuk datang kerumahnya sekarang." Ucap Nara.
"Oh ya, kenapa gak ngabarin mama via chat. Biar mama bisa pulang cepet. Yaudah kalau gitu mama mau mandi dulu, kamu juga jangan lupa mandi dandan yang rapi ya." Pintanya.
"Aku gak ikut ya mah, aku mau lanjut tidur aja." Tolak Nara.
"Ech gak boleh gitu.. kita harus menjalin silahturahmi yang baik dengan sesama tetangga. Jangan sampai karena kamu gak datang, bu Darwa kecewa dan jadi tidak suka sama kamu." jelas bu Sukma.
"Kamu datang sebentar aja, makan, habis itu pulang. Paling enggak kita harus menghormati undangan bu Darma. Biar gak dibilang sombong." Lanjut bu Sukma.
"Iya mama ku yang baik hati. tidak sombong dan cantik tentunya." Balas Nara memeluk sang Mama. Mereka berdua kemudian bersiap-siap untuk datang memenuhi undangan dari Bu Darma.
Nara dan bu Sukma sudah siap untuk berangkat kerumah bu Darma, walau sebenarnya hanya acara kecil, tetap saja mereka menggunakan pakaian yang sopan dan bukan memakai daster atau kaos oblong biasa. Tidak menggunakan make up yang berlebihan juga, hanya berhias sedikit memberi rona di bibir saja agar tidak terlihat pucat.
"Sudah lama banget yaa Mah, kita gak jalan bareng kaya gini." Ucap Nara, berjalan sambil memeluk erat tangan sang Mama.
"Iya.. Karena kita sudah sibuk satu sama lain. jadi gak pernah ada waktu buat jalan bareng kaya gini. Makanya kita bersyukur bisa diundang kerumah bu Darma. Jadi kita punya moment untuk jalan-jalan malam ini." Balas bu Sukma.
"Kapan-kapan kita jalan-jalan yuk mah, hmm kemana gitu." Ajak Nara.
"Kamu atur aja, mama mah tinggal nebeng hihihi." Jawab bu Sukma. Gak kerasa obrolan mereka udah harus diakhiri, karena mereka sudah tiba didepan rumah keluarga Darma.
"Assalamualaikum..." salam Bu Sukma.
"Assalamualaikum.." Salam kedua disusul Nara.
"Wa'alaikumsalam... Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Sini masuk, ayo duduk disini." Jawab bu Darma, mempersilahkan tamu istimewanya masuk kedalam rumah.
"Maaf ya bu, tadi Nara ketiduran. Mama juga baru pulang, jadi agak telat datangnya." Bu Sukma merasa bangga pada anaknya, karena berani berterus terang dan tak lupa untuk mengucapkan kata Maaf terlebih dahulu.
"Iyaa gak apa-apa. Ibu ngerti kamu pasti capek banget kan." balas bu Darma.
"Karena kalian udah pada datang, kita mulai aja acara makan-makannya." Ucap Pak Darma, membuat bu Sukma merasa tidak enak.
"Loh kenapa harus nungguin kami si pak, aku kira acaranya sudah selesai loh." Ucap bu Sukma.
"Enggak, kami emang sengaja adain acara ini untuk kalian, biar kita bisa semakin dekat. Kan disini cuma tinggal beberapa rumah saja jadi gak banyak yang bisa deket sama kami." Jawab Pak Darma.
"Kami jadi terharu Pak, jadi kami dianggap seperti tamu istimewa saja." Jawab bu Sukma.
"Kalian memang tamu istimewa, yang sudah seperti saudara kami, iya kan bu. udah berkali-kali Sukma bantuin dirumah, kami sangat bersyukur sekali bisa bertetangga dengan orang-orang baik seperti kalian." Tukas Pak Darma.
"Jadi ini hanya sambutan kecil, untuk tanda terima kasih kami." Lanjut Pak Darma.
Bu Sukma benar-benar merasa terharu sampai ia meneteskan air mata. begitu juga dengan Nara, berfikir jika ibunya gak salah sudah baik sama keluarga Pak Darma, ternyata mereka juga keluarga yang baik, yang sama-sama mengerti apa itu saling menghargai sesama tetangga.
"Ayo dimakan. ngobrol mulu jadi gak makan-makan." Ajak Bu Darma.
"Anak ibu kemana?" Tanya bu Sukma.
"Ada dikamar." Jawab bu Darma.
"Enggak ikut makan-makan sama kita." tanya bu sukma.
"Dia baru aja pulang, sekarang lagi mandi, nanti juga ikut gabung." Jawab bu Darma.
"Mah, Bu, Pak.. Maaf Nara pamit sebentar mau angkat telefon dari teman." Nara meminta izin kepada orang yang lebih tua darinya, dan mereka pun mempersilahkan.
Nara keluar dari rumah agar tidak menganggu mereka yang sedang makan, sepertinya Nara mendapatkan telefon dari teman satu shiftnya.
"Hallo, ada apa Tia?" Jawabnya setelah mengangkat telepon.
"Nara, besok kita tukar shift yuk. aku ada quis pagi dikampus. kamu mau gak besok shift siang?" terdengar suara disebrang telepon.
"Haduuh.. gimana ya. Sorenya aku juga ada acara." Jawabnya.
"Aku mohon Nara. Bantu aku." ucapnya memelas. Sebenarnya Nara tidak ada acara, ia menolak hanya karena takut jika harus pulang malam.
"Nanti aku kabari ya, bisa atau enggak nya." Jawab Nara.
"Aku tunggu ya Ra.. aku bener-bener ada quis besok." Ucap Tia memaksa.
"Iya Tia, nanti aku kabari. Udah dulu ya. Gak enak aku lagi ada Tamu." Ucapnya, lalu memutus panggilang telepon itu, kemudian masuk kedalam rumah menyusul ibunya.
"Maaf Pak, bu. Tadi telpon dari temen mau tukar Shift, jadi agak lama." Jelasnya, saat duduk dimeja makan.
"Iya gak apa-apa. Ayo langsung makan." jawab Bu Darma, setelah mengambilkan nasi dan beberapa lauk untuk Nara.
Saat dirinya selesai mengucapkan doa makan, lalu menyendokkan nasi dan lauk kedalam mulutnya. Nara dikagetkan dengan sosok pria yang baru duduk bersebrangan dengannya. Pria yang sangat-sangat tak diinginkan keberadaannya, karena terkejut, Nara sampai tersedak hingga terbatuk-batuk.
"Haduh Nara pelan-pelan dong sayang, baca doa dulu maka nya." ucap bu Sukma, mengelus-ngelus punggung Nara.
"Maaf Bu, toiletnya dimana yaa?" Tanya Nara.
"Disana Nak, hati-hati kok bisa sampai tersedak gitu si." ucap bu Darma sampai bingung sama sikap Nara.
Nara segera berlari menuju kamar mandi, membuang makanan yang masih didalam mulutnya. kemudian ia membersihkan dengan air mengalir. Setelah selesai, ia mulai berfikir kenapa pria itu ada disana, siapa sebenarnya dia.
"Haduh aku harus gimana ini, kenapa aku bisa sampe ketemu dia lagi si." Nara cemas bukan main. ia terus berusaha tenang dengan sesekali mengambil nafas lalu membuangnya.
15 menit lamanya Nara berada didalam kamar mandi, membuat sang mama khawatir dan ingin menyusulnya. Tapi untung saja Nara segera datang sebelum ibunya tiba disana.
"Kamu ngapaian aja, kok lama banget si?" Tanya bu Sukma cemas.
"Maaf mah, tiba-tiba saja perut aku mual." Balasnya.
"Maaf ya Pak, bu." Ucap Nara sedikit canggung kepada keluarga pak Darma.
"Gak apa-apa. Kamu sakit? Ibu punya tolak angin, mau minum tolak angin?" Tanya ibu Darma yang ikut mencemaskan Nara.
"Enggak usah bu, udah sedikit enakan kok." Tolak nara secara halus, walau sesekali melirik kearah pria dihadapannya, yang diam tanpa berkomentar dan asik dengan makanan yang dimasak ibunya.
"Erik, Kamu kok diem aja si, malah asik makan." Tanya bu Darma.
"Sudah banyak yang mencemaskannya bu, untuk apa aku ikut cemas." Jawabnya Acuh.
"Ya.. tapi..." Lanjut Bu Darma, namun di selak oleh Nara.
"Ibu, Enggak apa-apa bu. Kak Erik gak salah kok. dia ada benernya juga." ucapnya membela pria yang seharusnya tidak ia bela.
"Mah, aku pulang duluan ya." Pinta Nara.
"Ibu antar ya." Tawar sang ibu.
"Enggak perlu Mah, aku bisa pulang sendiri kok. kaya anak kecil aja." Jawabnya canggung.
"Maaf ya Pak, Bu. Nara pulang duluan." ucapnya.
"Tapi kamu belum makan apa-apa Nara, masa udah mau pulang." Jawab bu Darma.
"Enggak apa-apa bu, masih agak mual jadi belum bisa makan dulu. Maaf ya bu." Jawabnya.
"Yasudah, hati-hati dijalan." Ucap Bu Darma. Setelah mendapatkan izin untuk pulang lebih dulu, Nara segera keluar dari rumah itu yang membuatnya bisa bernafas lega.
"Waaaa kenapa harus pria itu yang jadi anaknya bu Darma. Apakah mereka bersikap baik hanya ingin melakukan hal buruk pada mama. Ya Allah bagaimana kalau mama kenapa-kenapa." Nara jadi semakin mencemaskan sang Mama.
Ia masih mengingat jelas ucapan pria itu yang berkata, ibu sukma akan bernasib sama seperti wanita yang dilihatnya pada malam itu. Apa ini hanya akal-akalan keluarga itu saja, mendekati keluarga bu Sukma dengan bersikap baik tapi sebenarnya mempunyai rencana lain.
"Aku harus balik lagi kerumah itu, aku gak mau terjadi sesuatu pada mama." Ucapnya, kemudian bergegas kembali menuju rumah Pak Darma. Dalam perjalanan Nara terus memanjatkan doa semoga sang mama baik-baik saja.
"Mah..mama..." Nara masuk begitu saja menerobos tanpa rasa takut. tapi tiba-tiba suasana rumah pak Darma mendadak sepi dan hanya tersisa pria bernama Erik.
"Dimana mama ku?" Tanya Nara dengan nada bergetar. Tapi Erik hanya diam dan asik duduk santai sambil membaca buku.
"Aku tanya, DIMANA MAMA KU?" Nara berteriak kesal, namun Erik masih saja diam tak mau menjawab.
Nara sudah tidak bisa menahan amarahnya, lalu ia menampar pipi kiri Erik dengan begitu keras. Nara meluapkan kekesalannya pada Erik yang saat ditanya responnya hanya diam saja, padahal jelas-jelas pertanyaanya bukan sekadar pertanyaan main-main. Namun tiba-tiba saja Erik membanting buku yang ia baca dan bangkit dari duduknya, lalu pria itu meraih kedua pundak Nara, dan mendorong tubuh gadis itu ke dinding dengan sangat kencang.
"Argh.." Nara merintih, karena benturan keras mengenai punggungnya. Namun Erik masih enggan melepaskan Nara.
"Aku mohon... Jangan sakiti Mama ku, hanya dia satu-satunya orang yang aku miliki di dunia ini." Nara tertunduk menangis, memohon kepada Erik untuk tidak melakukan hal buruk pada mamanya.
"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain mama, aku mohon jangan sakiti dia, aku mohon." Lanjutnya.
"Nara... Ada apa??" Bu Sukma datang setelah mendengar teriakan Nara, dan melihat peristiwa penamparan yang dilakukan Nara dan juga sikap kasar Erik pada anaknya. Nara terduduk lemah dan menangis, mendapati sang Mama dalam keadaan baik-baik saja.
"Erik, kenapa kamu kasar gitu sama Nara?" Tanya bu Darma. Erik lagi-lagi tak bersuara walau ibunya yang bertanya.
Bu Sukma langsung menghampiri Nara dan memeluk tubuh anaknya, ia mengusap-usap punggung Nara dengan sangat lembut. Begitu juga dengan bu Darma, ia menarik tangan Erik dan membawanya masuk kedalam kamarnya.
"Ayo kita pulang sayang." Ajak bu sukma, nara pun mengangguk dan berjalan keluar dari rumah itu tanpa berpamitan.
Dalam benak bu Darma dan bu Sukma, apa yang sebenarnya sudah terjadi diantara anak-anak mereka. Kenapa Nara menampar Erik, begitu juga dengan Erik, kenapa harus bersikap kasar kepada Nara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!