Keesokan harinya, Nara masih berdiam diri didalam kamar, ia masih memikirkan cerita bu Darma tentang peristiwa miris yang dialami oleh keluarga itu. Nara juga awalnya sempat berpikir, untuk apa keluarga kaya itu tinggal ditempat kumuh yang akan digusur. Ternyata hal itulah yang membuat mereka akhirnya memilih rumah yang sepi penduduk.
"Kamu sudah bangun sayang?" Tanya sang Mama.
"Iya mah." Jawabnya malas.
"Kamu gak kerja, katanya hari ini shift pagi?" Tanyanya lagi.
"Aku tukaran shift sama Tia mah, jadi hari ini aku kerja siang dan akan pulang malam." Jelasnya.
"Nanti malam mama jemput yaa, mama tunggu di jalan raya." Ucap bu Sukma.
"Enggak mah, gak usah. Aku bisa naik ojek, dari kemarin-kemarin juga aku kan naik ojek langganan aku. aku juga udah punya nomornya, jadi nanti malam minta diantar sama dia lagi." Jelas Nara.
"Mama jadi khawatir sama cerita kamu semalam, tapi mama juga gak bisa bohong, kalau mama ikut prihatin masalah yang menimpa keluarga Bu Darma." Ucapnya.
"Mereka baik sekali, bahkan sudah menganggap kita sebagai saudara." terangnya.
"Iya Mah, semalam aku mendengar semua yang bu Darma ceritakan. Entahlah mah itu hanya cerita karangan mereka atau memang kisah nyata, yang jelas Nara masih belum bisa melupakan kejadian yang dilakukan Pria itu." Ucap Nara.
"Iya, mama mengerti diposisi kamu. Yasudah, ayo bangun, terus makan. Sebentar lagi mama berangkat kerja ya. Kamu gak apa-apa kan mama tinggal?" Ucap bu Sukma.
"Gak apa-apa Mah, aku bisa teriak kalo terjadi sesuatu padaku. Kan diluar sana ada para pekerja yang sedang merapihkan rumah-rumah kosong." Balasnya.
"Syukurlah jika kamu masih mau berfikir positif. kalau gitu mama berangkat ya, segera hubungi Mama jika sesuatu terjadi. Mama akan segera pulang." Pesan bu sukma. Walau berat sebenarnya bu sukma meninggalkan Nara sendirian dirumah, tapi ia juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
Setelah kepergian sang Mama, Nara menjadi bosan kerana merasa kesepian. akhirnya Nara memutuskan untuk duduk diteras rumahnya, melihat-lihat sosial media tentang berita hari ini. Rasanya ia ingin sekali segera bekerja dan melupakan peristiwa semalam, tapi waktu terasa lama hingga membuatnya jenuh berada dirumah.
Karena mulai bosan Nara pergi ke kampus, berharap dapat bertemu dengan teman-temannya yang mungkin akan membuatnya lupa tentang Erik. Nara bersiap-siap untuk berangkat, tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan dari balik pintu rumahnya.
Nara mengeryitkan dahi, merasa bingung siapa yang bertamu dipagi hari. Kemudian ia membukakan pintu dan betapa terkejutnya, Erik sudah berdiri dihadapannya.
"Mau apa kamu?" Tanyanya dengan membuka pintu hanya setengah. Tapi Erik tidak menjawab, hanya menatapnya terus menerus.
"Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan, silahkan pergi, aku akan menutup pintu." Ucap Nara lalu menutup pintunya.
"Ih aneh banget si orang itu." Ucapnya, Nara menutup pintu lalu menguncinya. Karena merasa cemas, Erik akan datang lagi, Nara pun bergegas mengambil tas ranselnya lalu pergi dari rumah.
Dalam perjalanan ia terus memikirkan pria itu, untuk apa Erik datang jika hanya diam saja. Apa trauma nya begitu besar, sampai ia sulit sekali mengutarakan keinginannya.
"Semoga aja dia memang pria yang baik." Tuturnya.
Nara sudah tiba dikampus, karena tidak ada jadwal kuliah ia hanya duduk-duduk saja dikantin, sampai waktu shift kerjanya dimulai. Padahal lebih enak direbahan dirumah, daripada harus duduk sendirian dikantin. Tapi karena nara terusik dengan kehadiran Erik, membuatnya tidak berani sendirian di dalam rumah.
"Nara, kok sendirian. Yang lain kemana?" datang seorang teman yang menghampirinya.
"Iya Kak lagi pada libur." Jawabnya canggung.
"Kalau libur kenapa ke kampus?" Tanyanya.
"Cuma lagi malas aja dirumah." balasnya.
"Tumben banget, biasanya juga paling seneng diem dirumah." Sahut temannya bernama Reynand.
"Lagi ada pembongkaran didepan rumah, jadi agak bising." jelasnya.
"Kakak lagi apa?" Tanya Nara kepada Rey yang sedang sibuk memindahkan foto-foto dari camera DSLR kedalam laptopnya.
"Lagi nyari foto-foto buat disimpen digaleri pribadi, kamu mau liat?" ucapnya.
"Emang boleh?" Tanyanya ragu.
"Boleh dong, Sini." Rey duduk disamping Nara, dan memberikan laptop miliknya ke Nara.
"Waah banyak banget kak foto-fotonya, bagus-bagus lagi." ucapnya.
"Ia, ini foto-foto weekend kemarin." Jawabnya.
"Kapan-kapan kamu ikut dong, biar ngerasain suasana diluar Alam. Jangan didalam AC terus." Rey menyindir, karena Nara hanya sibuk kuliah lalu bekerja. Tapi Nara hanya membalas dengan sebuah tawa sambil melihat-lihat hasil jepretan Reynand.
"Erik!!!!" batinnya. tiba-tiba saja ia fokus dengan satu foto yang didalamnya ada Erik sedang duduk memalingkan wajah dari Camera.
"Heii kok bengong." Rey mengagetkan Nara.
"Enggak bengong kok kak, cuma lagi liat-liat foto aja ." Nara mengelak.
"Maaf ya kak, waktu shift ku sebentar lagi. Aku harus pergi." Nara izin kepada Rey.
"Yaah, baru aja kita ngobrol, kamu udah mau pergi aja." Ucap Rey.
"Maaf, lain kali aja kita ngobrol lagi ya kak." Nara merasa tidak enak.
"Nara sebentar, Besok datang yaa." ucap Rey sambil menyodorkan sebuah undangan untuk Nara.
"Waa selamat ya kak, aku turut bahagia buat kakak." balasnya.
"Kalo kamu ada waktu, datang ya. nanti aku kirim alamatnya." ucap Rey.
"Aku gak janji ya kak, tapi kalo besok aku bisa libur akan usahakan datang tepat waktu." Jawabnya tanpa memberi harapan.
"Makasih yaa. aku tunggu." balas Rey, kemudian Nara pergi meninggalkan Rey dikantin.
"Setelah melihat undangan ini, kenapa rasanya sakit ya." Batin Nara. lalu menyimpan undangan itu kedalam tas ransel miliknya.
Dalam perjalanan Nara tiba-tiba merasa sedih, karena pria yang selama ini ia taksir akan segera bertunangan. Tapi ia masih berfikir positif, belum tentu juga Rey akan bahagia jika bersamanya. Nara pun mencoba menguatkan dirinya, untuk tidak terlalu bersedih, karena memang pacaran bukan hal yang istimewa dalam hidupnya, tapi belum juga menjalin sebuah hubungan ia sudah lebih dulu merasakan kecewa.
Setibanya ditempat kerja, Nara mencoba untuk tetap tegar. Dan untung saja karena banyaknya custumer yang datang, membuatnya sibuk lalu melupakan perasaannya terhadap Rey. Nara memang sudah mengenal Rey sejak ia masih duduk dibangku SMA, dan sudah menyimpan rasa suka pada Pria yang kini sudah berusia 27tahun.
Tapi Nara tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya, dan lebih memilih menyembunyikannya dihati yang paling dalam hingga tidak ada seorang pun yang mengetahui cinta itu ada untuk Rey.
"Mbak Mega, apa besok aku bisa cuti?" Tanya Nara kepada seniornya.
"Tumben banget Ra cuti, kirain kamu gak butuh cuti." Sahut Seniornya yang bernama Mega.
"Iya mba, mendadak dapat undangan dari teman kalo besok dia mau tunangan. Jadi aku mau minta libur dan hadir ke acara teman ku." ungkapnya.
"Oke, nanti mba kabarin yaa. Mba juga kan harus ngomong dulu sama Pak Dino." Balas Mega.
"Makasih ya mba Mega, Kalau gitu Nara pulang duluan ya mba." Nara pamit setelah jadwal shiftnya selesai.
Kini, Nara sedang dalam perjalanan kerumah, dan waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sebentar lagi ia akan tiba di pangkalan ojek, tapi tukang ojek langganannya dihubungi tidak juga diangkat.
"Kemana si Pak Tarjo, padahal dia sudah bilang bisa jemput malam ini. Kenapa sekarang dihubungi malah gak bisa." Ucap Nara.
Nara sudah turun dari angkot, dan menunggu sampai ojek langgannannya datang. Nara berfikir kalau Hp Pak Tarjo lobet, jadi dia berinisiatif untuk menunggunya dipangkalan. Saat sedang menunggu, bu Sukma menelpon menanyakan keberadaaan Nara yang belum juga pulang. Tapi Nara memberitahunya, jika ia masih ditempat kerja dan akan segera pulang.
hal ini lah yang ditakutkan Nara, sang mama jadi akan mengkhawatirnya dan menunggu kepulangannya. Seandainya malam kemarin ia tidak berteriak dan menampar Erik, mungkin sang Mama tidak terlalu berlebihan mengkhawatirkannya.
Sudah 15menit Nara menunggu, dan sudah sedikit gelisah karena malam semakin larut. Jadi ia memutuskan untuk jalan saja, tidak mungkin kan ia akan menemukan peristiwa yang sama seperti malam sebelumnya.
Nara berjalan dengan rasa percara diri, membuang jauh-jauh perasaan buruk yang tentunya akan membuatnya semakin takut. Dikejauhan ia melihat ada beberapa orang sedang duduk bersenda gurau, membuat Nara merasa aman dengan keberadaan orang-orang itu.
"Neng cantik dari mana, jam segini baru pulang." Tanya salah satu orang dari pria tersebut, saat Nara melewati mereka.
"Habis pulang kerja pak. Permisi." Jawabnya Ramah. Tapi dugaan Nara salah, ternyata diantara mereka punya niat buruk pada Nara.
Benar saja, seorang pria membekap mulut Nara agar tidak berteriak, lalu membawanya masuk kedalam rumah kosong yang didalamnya ternyata sudah ada 5 orang laki-laki. Nara terus mencoba berteriak saat kedua tangannya dipegang erat oleh salah satu dari pria itu, dan ia pun memcoba untuk memberontak, tapi Nara malah mendapatkan perlakuan kasar.
Gadis itu ditampar berkali-kali hingga merasakan pusing, Nara merasa dirinya akan pingsan dan tenaganya sudah tidak sanggup melawan orang-orang tersebut. Tapi nara melihat sebuah cahaya menyorot dikejauhan, seperti cahaya motor yang sedang berjalan kearah dimana Nara disandera.
Nara tidak mau menyerah ia berusaha menolak dan terus membrontak, menjerit meminta tolong. Dalam hatinya ia berkata "Siapapun orang itu.. aku mohon tolong aku"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments