Chapter 4

BAB 4

"Mencintai itu menyakitkan. Dimana mereka mendatangimu dengan penghianatan. Menorehkan luka yang sangat dalam."

~Dea Amelia Wijayanto~

.

.

.

.

.

Lelaki imut itu menatap ke dua Wanita yang berbeda umur itu dalam diam. Ke tiganya menyantap makan pagi berada di dalam keheningan. Tak ada yang membuka suara. Dea semakin hari semakin terlihat cantik dan bersinar.

Sifatnya cukup berbeda dengan dirinya yang dulu. Sifat lembut itu tak lagi ada di dalam dirinya. Sifat penurutnya musnah begitu saja. Perhatiannya entah hilang kemana.

"Mau kemana?" Tanya Lucas saat Dea berdiri dari duduknya.

Bintang menatap ke arah ke dua orang tuanya. Ia berharap tak lagi mendengar keributan di meja makan. Karna kemarin baru saja Lucas sang ayah membentak sang ibu. Namun seperti sang ibu yang di vonis hilang ingatan itu tak peduli dengan amarah sang ayah

.

"Aku ingin berangkat mengurus keperluan kampusku," jawab Dea acuh.

Dea membalikan tubuhnya namun dengan cepat Lucas menahan pergelangan tangan Dea.

"Mbok! Antarkan Bintang ke sekolah sekarang!" teriak Lucas dengan lantang.

Wanita paruh baya berlari tergopoh-gopoh mendekati meja makan, kala mendengar teriakan majikannya pun bergegas menghampiri mereka. Mbok Siti membawa Bintang melangkah meninggalkan meja makan. Melihat tubuh putri yang tak terlihat lagi. Barulah Lucas berdiri mendekati Dea menyentak tangan kasar pergelangan tangan Dea.

Hinga tubuh Dea beralih menghadap ke arah Lucas. Para pembantu yang lainnya pergi meninggalkan ruangan. Mereka tau apa yang kan terjadi selanjutnya. Yah! Apa lagi jika bukan pertengkaran ke duanya. Rumah tak lagi damai sejak nyonya muda Sandoro itu Amnesia.

"Lepaskan tanganmu dari tanganku Paman mesum!" Teriak Dea meronta-ronta tak terima dengan perlakuan Lucas padanya.

Bukannya melepaskan gengaman tangannya. Lucas malah semakin menguatkan gengaman tangannya . Membuat Dea meringis karena genggam tangan yang Lucas buat terlalu kencang.

Terbukti pergelangan tangan Dea memerah.

"Aku tak akan melepaskanmu," ucap Lucas dengan nada pelan namun serat ketidak sukaan.

"Aku ingin kuliah Paman! kau tak punya hak melarangku," protes Dea mengebu-gebu.

"Siapa bilang aku tak berhak nyonya muda Sandoro!" bentak Lucas dengan wajah merah padam.

"Jangan memanggilku seperti itu. Aku bukan istri mu!" bantah Dea dengan pongah.

Lucas tergelak sinis mendengar jawaban Dea.

"Dea! Dea! Kau lucu. Kau telah menikah denganku selama tujuh tahun. Kau bahkan sekarang telah menyadari jika umurmu bukan lagi tujuh belas tahun," cibir Lucas dengan wajah sinis.

"Oke! Angab saja aku sudah menikah denganmu Paman. Tapi aku berani bertaruh itu adalah perjodoh gila antara Keluarga mu dan keluarga ku tuan," ucap Dea dengan wajah tak suka.

Lucas terdiam mendengar jawaban dari Dea. Benar adanya bukan jika dia dan Dea saat itu di jodohkan.

"Jika itu benar perjodohan pun kau harus tau Dea. Aku tetaplah suamimu dan Bintang adalah anakmu. Kau bukan lagi perawan yang lajang Dea! Jadi berhenti lah membuat kepalaku pusing," ucap Lucas marah.

"Brengsek!" Maki Dea menyentak tangan Lucas dengan kasar. Entah karna makian Dea atau apa tangan Lucas yang mengengam tangan Dea kuat terlepas.

"Hentikan semua ini, aku tidak mencintaimu walau pun kau dan aku menikah. Jadi hentikan semua ini, kau telah merengut kebebasan ku sialan! Harusnya aku merasakan bangku kuliah bersama Sahabatku. Namun aku tak jadi karna mengandung anakmu. Kau bahkan membatasi pertemananku sialan," pekik Dea dengan lantang. Napasnya pun terdengar tak beraturan.

Lucas terdiam mendengar perkataan Dea. Benar ia memandang menentang Dea berkuliah bahkan ia membatasi pertemanan Dea. Membuat Dea sepenuhnya menjadi Ibu rumah tanga.

"Kau berpura-pura Amnesia kan? Dea!!!" Selidik Lucas dengan ke dua mata memicing.

Mendengar perkataan Lucas membuat Dea tergelak sinis.

"Somi mengatakan semuanya. Kau bahkan mengusir Somi dari rumah saat dia datang menghampiri ku. Dia menceritakan bagaimana kehidupan diriku yang buruk selama tujuh tahun hidup bersamamu brengsek," maki Dea lagi.

Lucas benar-benar tak tau bagaimana bisa Dea yang manis bisa memaki seperti itu. Bahkan tak terhitung beberapa kali Istrinya itu marah dan memaki padanya.

"Kenapa kau takut jika aku yang tak tau apa-apa ini tau kelakuanmu pada ku, huh!" teriak Dea dengan begitu lantangnya.

"Berhenti berteriak pada ku, De!" bentak Lucas tak kalah kerasnya.

"Kau yang dulu berteriak brengsek !" lagi-lagi Lucas harus mendengar makian Dea lagi.

Pagi Lucas benar-benar buruk. Lelaki imut itu sesunguhnya memiliki tempramen yang buruk. Dengan rasa kesal dan amarah Lucas mengendong Dea. Gendongan seperti karung beras saja di letakan si bahu kananya.

Kepala Dea di belakang tubuh Lucas. Dea berteriak dan memaki Lucas. Bahkan tak segan-segan memukul pungung belakang Lucas.

Lucas tak peduli ia terlalu marah dengan Dea. Dengan langkah cepat ia membawa Dea masuk ke dalam kamarnya membanting tubuh Dea di tempat tidur king size nya itu dengan kasar.

"Terima hukuman ku, Dea Sandoro!" ujar Lucas dengan wajah merah gelap.

Dea merasa aura tak enak saat Dea ingin meloncat dari tempat tidur Lucas lebih dulu menindih tubuh Dea.

Di lain tempat wanita cantik itu terlihat lesu. Mark melihatnya merasa ada yang aneh pada sang gadis pun ikut duduk di kursi restoran.

"Apa yang kau pikirkan Somi?" tanya Mark dengan wajah penasaran.

"Aku memikirkan Dea."

"Ada apa dengan Dea."

"Kemarin aku menceritakan semua yang ia alami saat ia belum hilang ingatan," jelas Somi.

"Termasuk berselingkuh Suaminya?" tanya Mark dengan wajah tak tergambar.

Kepala Somi mengeleng pertanda ia tak mengatakannya. Mark mendesah resah, melihat wajah Somi. Ia mulai merasa bimbang lagi.

"Bagaimana aku mencerikan nya Mark. Jika aku menceritakannya dan itu memberikan efek pada ingatannya. Dia akan membenci kita lagi Mark. Karena aku juga Sahabat yang buruk merebut kekasihnya," ucap Somi tau diri.

Somi merebut Mark dari Dea saat mereka duduk di bangku akhir SMA. Ia tau perbuatanya tidak lah benar sebagai Sahabat bagaimana bisa ia melakukannya. Namun ia terlalu mencintai Mark kala itu.

"Itu tak sepenuhnya kesalahanmu Somi. Aku juga bersalah karena mengkhianatinya bersamamu," koreksi Mark pada fakta sesungguhnya.

Flashback on

Somi dan Mark berciuman panas di ruangan praktek musik. Semua orang telah pulang sepuluh menit yang lalu. Dea yang awalnya telah pulang kembali lagi ke sekolah karena biola kesukaannya tertinggal di ruangan praktek.

Namun saat ia membuka pintu ruangan ia malah di kejutkan dengan betapa ganasnya Mark menyerang Somi. Sedangkan gadis cantik itu hanya pasrah di bawah kukunggan tubuh Mark.

Bahkan ke hadiran Dea tak mereka berdua sadari. Dea merasa paru-parunya kehabisan udara. Tak ada yang bekerja normal, jantungnya menggila bukan karena jatuh cinta. Namun karena rasa sakit yang tak bertahan kan.

Ke dua bola mata Dea memanas. Ia masih mematung menatap keduanya.

"Mark! Somi! " Teriak Dea keras.

Mark dan Somi tersadar melepaskan tautan bibir ke duanya.

"Dea!!" Seru ke duanya dengan wajah panik.

Dea tersenyum sinis melihat wajah dan pakaian ke duanya. Mereka masih berpakaian seragam namun bertindak tidak senonoh di dalam sekolah.

"Dea ini tak seperti yang kau pikirkan." Ucap Somi yang melangkah cepat ke arah Dea.

Dea hanya diam menatap Mark dengan mata membunuh.

PLAK !!

Dea menampar keras Somi saat gadis itu berdiri di hadapannya. Membuat wajah Dea tak bisa melihat wajah Mark.

Mark berlari ke arah Somi membantu gadis itu berdiri. Kembali Dea tersenyum sinis di balik rasa sakit.

"De...."

"Tidak udah mengatakan maaf Somi. Dia bahkan tak pernah mau ku ajak berciuman," ucap Mark memotong ucapan Somi.

"Jadi karena sebuah ciuman kau mengkhianatiku Mark!" Ucap Dea tak percaya .

"Ya, kau bahkan terus menghindar. Dengan dalih tidak baik. Persetan dengan Dosa, bahkan banyak orang di luar sana yang berciuman memperlihatkan betapa dalam cinta mereka," balas Mark.

Air mata yang berada di mata Dea tak lagi bisa ia bendung jatuh dengan bebas.

"Dasar brengsek!" maki Dea pelan.

" Ya, aku brengsek," jawab Mark lantang Somi hanya terdiam kaku.

"Mulai saat ini kau bukan lagi pacarku dan Kau Somi bukan lagi Sahabatku," ucap Dea dengan suara bergetar lalu berlari menjauh.

Mark berteriak marah dan meninju dinding dengan kencang.

Flasback off

"Aku yang harusnya meminta maaf. Karena aku persahabatan kalian hancur." Lirih Mark.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

beby

beby

hmmmm

2023-08-13

0

Violita Putri

Violita Putri

kalo ingetnya diusia 17thn harusnya inget dong penghianatan sahabatnya

2021-01-03

3

Ari Novialdi

Ari Novialdi

kok yang amnesia kalau bicara kasar banget coba deh berbuat baik minta penjelasan pada orang rumah...bukannya marah2 mulu

2020-07-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!