Momy? I'Am!!
by
Bab 1
"Aku merelakan hidupku, jiwaku bahkan waktuku hanya untuk membuat Keluargaku bahagia. Namun yang aku dapatkan ada sebuah Luka yang dalam dari orang-orang terdekatku ."
~Dea Amelia Wijayanto~
.
.
.
.
Bruuuuuuk
Brakk !!!!
Mobil merah sport terjungkir balik dan terseret cukup jauh. Orang-orang berdatangan melihat ke adaan pengemudi. Beberapa mobil berhenti untuk menyaksikannya.
Ada yang mengambil foto mobil mewah yang ringsek itu. Ada juga yang menelpon mobil Ambulan. Beberapa lelaki mencoba membuka pintu mobil yang begitu sulit untuk di buka.
"Wah! Dia begitu parah."
"Pintunya tak mau terbuka."
"Berapa lama lagi ambulan nya datang."
"Nona ! Kau mendengar kan aku? Buka pintunya nona."
Itulah yang terjadi di luar sana. Wanita cantik dengan rambut ikal tak terurus itu hanya merintih. Kepalanya begitu sakit dengan posisi kepala yang berada di atas stir.
"Aku tak mau hidup lagi. Tuhan aku mau mati ! Tolong ambil nyawaku. Andai kan aku bisa kembali hidup umur tujuh belas tahun aku pasti akan memilih jalan yang berbeda. Bin! Maafkan Mama!"
Itulah kata yang di ucapkan Dea sebelum menutup mata dengan rapat. Kepalanya berdarah, beberapa bagian tubuhnya lecet. Saat itu bunyi kaca pecah terdengar jelas. Dea telah menghilang dari dunia yang begitu kejam itu.
2 minggu kemudian
"Ma! sampai kapan Mama akan tidur terus,hem. Bintang merindukan Mama!" Ucap Sang anak menggenggam tangan Dea dengan erat.
Tak ada jawaban dari sang Ibu. Yang ada hanyalah bunyi alat detak jantung yang berdetak normal. Lelaki tampan berumur tiga puluh tahun itu hanya duduk di Sofa menyenderkan punggung belakang nya. Ia menatap ke arah sang Putri dengan ekspresi sedih.
Selama dua minggu sang putri tak ingin sekolah. Bahkan Lucas telah membujuk, sampai membentak bahkan mengancam sang putri untuk sekolah. Namun sang anak keras kepala, ia tak ingin pergi dari sisi sang Ibu.
"Bagaimana jika aku pergi Mama juga pergi Papa? Izinkan aku selalu di sisi Mama. Bintang mohon Pa!"
Itulah jawaban yang Lucas dapat dari bibir sang putri dengan tangisan. Ke dua keluarga mengizinkan Bintang tetap berada di rumah sakit. Dan mengundang guru khusus agar Bintang tak ketinggalan pelajaran sekolah nya.
Lucas berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat ke arah ranjang sang Istri. Entah apa yang di rasakan oleh Lucas tak ada yang tau. Wajahnya terlalu datar dan tak mudah di tebak. Membuat banyak orang yang tak dapat melihat dengan jelas apa isi hati dari tuan muda Sandoro itu.
"Bintang sudah makan?" Tanya Lucas dengan suara pelan pada sang putri.
"Belum Pa!"
"Makanlah dulu, Papa yang akan menjaga Mama mu." Ucap Lucas membelai surai kecoklatan Bintang.
"Tap.."
"Jangan membantah Bi! Papa tak suka jika Bintang menjadi anak yang suka membantah perkataan orang tua," peringat Lucas masih dengan nada yang sama.
Bintang mendesah lalu melepaskan genggaman tangannya dari sang Ibu. Ia berdiri dari kursi di samping tempat tidur Dea. Ia melangkah keluar dari kamar inap Dea menuju lantai dasar.
Lucas menarik tempat duduk lalu mendudukkan tubuhnya di samping ranjang Dea.
"Sampai kapan kau akan tidur seperti ini. Apa kau tak kasihan dengan Bintang. Maafkan aku! Aku tak bisa mencintaimu dan maaf soal surat perceraian itu," Ucap Lucas dengan suara yang begitu dingin.
Masih tak ada jawaban dari Dea. Wanita Cantik itu masih menutup rapat ke dua matanya. Bibir yang selalu terlihat merah itu kian memutih.
Tiiiiiiin !!!!!
Lucas terkejut dengan bunyi alat detak jantung yang berbunyi nyaring. Dengan cemas Lucas menekan tombol merah di atas tempat tidur. Tak butuh waktu lama, para Dokter datang dan masuk ke dalam kamar Inap Kelas VVIP itu.
"Tuan Lucas mohon keluar dahulu," pinta sang suster dengan lembut dan Sopan.
Lucas menganguk dan keluar dari ruangan. Lucas menatap nanar kamar inap sang istri. Bintang datang dengan nafas memburu ia menatap sang Ayah dengan pandangan tak terbaca.
"Ada apa dengan Mama, Pa?" tanya Bintang pada Lucas yang terdiam.
"Papa!" pekik Bintang dengan keras.
Air mata Bintang tak terbendung lagi. Ia menangis namun masih memukul kaki sang Ayah karna tak mendapatkan jawaban dari mulut sang Ayah. Anak berumur enam tahun itu begitu takut ke hilangan sang Ibu.
Hanya Dea yang ia punya, meski Lucas sayang padanya. Namun kasih sayang Lucas tak terlalu terlihat. Bintang berlari dengan tangga dalurat saat ia mendengar ruangan sang Ibu di sebut sedang dalam ke adaan dalurat.
"Bi! Ada apa sayang?" seru sang nenek melihat Bintang memukul kaki sang menantu.
"Lucas! Apa yang sedang terjadi?" tanya sang kakak Ipar melihat wajah tegang Lucas.
Tak ada jawaban dari bibir Lucas. Lelaki imut itu terlalu terkejut mungkin dengan apa yang terjadi. Mama Mutia mengendong Bintang yang terlihat murka namun dengan air mata yang tergenang di kedua pipi nya.
"Mama mu pasti baik-baik saja sayang." Ucap Mama Dea dengan menepuk-nepuk pelan pungung sang Cucu.
KLIK
Bunyi pintu terbuka memperihatkan wajah lelah Dokter dan Suster keluar dari ruangan Dea. Semua orang yang ada di sana menghampiri sang Dokter.
"Bagaimana ke adaan putri saya Dok?" tanya Ani dengan wajah khawatir.
"Syukurlah nyonya Sandoro sudah melewati masa kritisnya." Jawab Sang Dokter dengan wajah lega. " Namun ada masalah dengan otaknya. Nyonya Sandoro mengalami amnesia. Ia merasa bahwa ia masih berumur tujuh belas tahun. Dalam kata lain ia kembali pada ingatan saat ia berumur tujuh belas tahun. " Jelas sang Dokter lagi.
Para orang dewasa terdiam mendengar perkataan Sang Dokter.
"Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya Dok?" Tanya Mutia.
"Kami belum bisa memastikannya saat ini. Hanya saja kita hanya bisa mematau perkembangan Nyonya Sandoro lebih lanjut lagi," jelas Sang Dokter.
Hanya helaan napas letih yang terdengar dari orang-orang dewasa. Bintang hanya menatap mereka dengan pandanggan tak mengerti. Dokter itu pamit tingallah mereka yang berada di luar.
"Ayo masuk." Titah Ani sambil mengendong sang cucu.
Lucas dan Mutia mengangukan kepalanya mengikuti Ani dari belakang. Senyum Bintang melebar dan menghapus kasar air matanya saat melihat mata bulat sang Mama telah terbuka.
"Mama!" Teriak Bintang sambil memberontak turun dari gendongan sang Nenek langsung menuju kasur Dea
"Siapa kau anak manis. Aku bukan Mama mu, aku ini masih gadis tau." Ucap Sohyun sambil melepaskan pelukan Bintang dari tubuhnya yang bersandar pada ranjang rumah sakit.
Bintang terdiam melihat bagaimana sang Ibu menolak pelakannya.
"Bunda!" Seru Dea dengan suara manja.
Mutia dengan cepat mengendong Bintang dan membawanya keluar dari kamar Dea. Ia yakin Dea butuh waktu apa lagi setelah apa yang terjadi. Bintang memberontak bahkan memukul leher Mutia meminta di turunkan.
Lucas yang membeku menatap ke arah Dea yang terlihat binggung.
"Eh! Bunda kenapa dia ada di sini, siapa Paman itu?" Tunjuk Dea saat ia melepaskan pelukan sang Ibu.
"Dia suamimu."
"Apa?" Dea terpekik mendengar jawaban sang Ibu.
"Oh! Ayolah Bunda. Aku ini masih berumur tujuh belas tahun. Bagaimana bisa aku punya suami. Dan apa Bunda juga akan berkata jika anak tadi adalah anakku." Keluh Dea dengan wajah tak mengerti.
"Bunda tak bercanda Sayang. Kau sudah menikah dan umur mu sudah dua puluh tujuh tahun," ujar Ani, namun Dea mengeleng tak terima lalu menjerit saat kepalanya berdenyut nyeri.
Lucas dengan panik membantu membaringkan Dea yang tak sadarkan diri. Nyonya Wijayanto kalang kabut saat beberapa Suster masuk ke dalam kamar.
.
.
.
.
.
"Aku bukanlah Istrimu . Dan kau Ajhusi mesum pergilah dari kamarku saat ini juga"
~Dea Amelia Wijayanto.
"Mama! aku merindukanmu yang dulu." ~Bintang Sandoro.
"Maafkan kesalahanku namun jangan membencinya putri kita. Karna yang salah adalah aku bukan dia."
~Lucas Sandoro.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
beby
masih ada typo... tp lanjut aja
2023-08-12
0
Azka Hasyim
sohyun apa dea si namanya ko aku bingung
2020-10-17
5
Jeanette
kenapa pemeran nya di ganti
2020-08-20
0