Gaun selutut berwarna putih polos dengan renda di pinggir bawah, itu terlihat bergerak-gerak. Gadis dengan rambut potongan sebahu terlihat resah di luar puskesmas. Ia menunggu, lelaki tampan yang sudah dua bulan tidak bisa ia temui. Rindunya membuncah, tak lagi bisa dibendung, sampai mengelabui Yeko. Kala tubuh Dera hampir menabrak tubuh gadis cantik berseragam putih, beruntung gadis cantik yang menjadi perawat di Puskesmas Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu berhenti mendadak.
"Dera!" seru gadis cantik itu kurang yakin dengan gadis yang berdiri di depannya.
Dengan antusias Dera mengangguk, mengiyakan, jika ia adalah bener Dera. Putri menatap dari atas sampai bawah, Gadis yang berdiri dari depannya terlihat lebih bersih dengan barang-barang yang memiliki harga selangit. Mata putri memicing menatap curiga ke arah Dera.
"Apa kau benar Dera? Kau berbeda, terlihat sedikit manis. Kulitmu terlihat sedikit kinclong," ucap Putri sebelum gerakan tangan menunjuk kulit tangan Dera.
Awalnya Dera merasa senang, saat gadis yang tua empat tahun di atasnya ini mengatakan jika ia terlihat berubah. Meski kata sedikit manis yang di keluarkan. Bukan kata sangat cantik membuat Dera meringis.
"Jadi aku hanya sedikit manis?" tanya Dera dengan nada kecewa.
Putri tertawa pelan ia spontan saja mengatakan kata serba sedikit itu, Dera memanyunkan bibirnya karena kesal. Putri menarik tangan Dera untuk duduk di pelataran yang berada ditempat di samping gerbang pintu masuk puskesmas.
"Dari mana saja kau beberapa bulan ini?" tanya Putri terlihat penasaran.
Dera mendesah letih. Membuat Putri melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Dera.
"Aku mendapat pekerjaan di tempat baru. Yang sangat jauh dari sini. Dan perkejaanku begitu sibuk. Tidak sempat ke sini," bohong Dera dengan wajah yang serius.
Putri terlihat menganggukkan kepalanya. Seolah mengerti apa yang terjadi. "Tapi, apa kau tidak menghubungi Lila? Dia mencarimu sampai ke kontrakan, loh!"
"Apa? Lila ke kontrakan?" tanya Dera terdengar panik. Membuat mata bulat Putri menatap aneh Dera.
"Iya," sahut Putri.
Dera lupa memberikan kabar pada Lila, gadis cantik itu pasti kalang kabut mencarinya.
"Itu tidak penting sekarang. Karena aku sangat tahu kau pasti merindukan Bian, kan makanya kau malah ke sini," imbuh Putri dengan senyum menggoda.
Rona merah samar-samar terlihat di kedua pipi chubby Dera. Membuat senyum lebar di wajah Putri.
"Kalau begitu ayo, aku antar kau bertemu dengan Dokter Bian," ajak Putri sebelum menarik tangan Dera.
Belum sempat keduanya melangkahkan kaki memasuki gerbang puskesmas, lelaki tampan dengan coat coklat melangkah mendekati mereka. Jantung Dera berdebar dengan keras, lelaki yang selama ini ada di hati dan otaknya sudah dapat ia lihat dengan mata telanjang.
Dua bulan! Bukan waktu yang sebentar bagi Dera, harus berpisah dengan ang dokter tampannya pujaan hati.
"De!" seru Bian dengan nada tak percaya. "Ini kau?" tanya Bian, seolah tidak mampu percaya jika gadis bergaun putih di depannya adalah Dera.
Gadis yang selama dua bulan ini ia cari, gadis yang hilang bagaimana ditelan bumi. Tidak ada yang tahu bagaimana usaha dokter tampan ini menunggu di depan gerbang Kontrakan Dera, bahkan rela pergi makan di tempat Dera pernah bekerja. Hanya sekedar mencari tahu apakah Dera kembali bekerja di sana.
Sayang. Seribu kali sayang, gadis berkulit sawo matang itu tak pernah bisa ia temukan. Sampai hari ini, ia pikir ia salah lihat. Ternyata benar jika yang berbincang dengan Putri adalah Dera. Akhirnya, Dokter tampan incaran para dokter, perawat, bahkan sampai pasien bisa memecahkan celengan rindunya.
"Lama tidak bertemu, Dokter!" seru Dera malu-malu.
Sedangkan Bian membalas dengan senyum lebar, Putri melirik keduanya dalam diam. Gadis cantik itu diam-diam mengulum senyum. Orang yang saling mencintai akan terlihat berbeda.
"Ah! Sepertinya, jadwal kerjaku sudah mau masuk. Aku tinggal dulu, ya De! Dokter Bi!" pamit Putri yang dibalas dengan anggukan pelan dari keduanya.
Putri menjauh dari keduanya, terlihat malu-malu. Baik Bian maupun Dera.
"Mau berbincang sebentar denganku di kafe seberang?" tawar Bian dengan nada berat.
"Iya! Ayo," balas Dera dengan penuh semangat.
Ah! Bian Winata merasa begitu hidup kembali. Kedua melangkah menjauhi area Puskesmas. Menuju kafe yang terletak tak begitu jauh dari gedung puskesmas.
...***...
"Bagaimana kabarmu selama dua bulan ini, De?" tanya Bian buka suara terlebih dahulu kala pelayan kafe meletakan pesanan keduanya di atas meja.
"Baik Dok!" balas Dera yang langsung mendapat pertanyaan dari sang dokter.
"Sudah berapa kali aku katakan. Jangan panggil Dokter. Kau panggil aku dengan Kakak Bian saja," koreksi Bian tidak suka.
Dera tersenyum tipis. Lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Kakak Bian, bagaimana kabarnya beberapa bulan ini?" tanya Dera dengan nada lembut.
Bian menyandarkan punggung belakangnya di kursi kafe. Manik mata hitam hangat itu menatap lambat wajah Dera. Membuat gadis di depannya bisa mendadak layu, nagaikan putri malu.
"Tidak baik," jawab Bian membuat ekspresi wajah Dera langsung berubah khawatir. Ia bahkan mencondongkan tubuhnya ke arah meja. Menatap intens wajah dokter pujaan hati.
Entah kemana rasa malu kala dokter tampan itu menatapnya. Ekspresi wajah khawatir dari Dera membuat Bian, merasa sangat senang. Sudah dua bulan ia merasa ada yang hilang. Kini ruangan kosong itu terisi dengan penuh hanya karena kembali bertemu dengan Dera.
"Kenapa? Apa Kakak Bi! sakit?" tanya Dera dengan nada khawatir.
"Untuk fisik aku baik-baik saja. Hanya saja perasaanku
agak——" penjelasan Bian terhenti kala Dera berdiri dari posisi duduknya.
"Kakak. Kapan-kapan kita bicara lagi. Aku ingat ada tugas yang belum aku selesaikan!" Dera berseru langsung kocar-kacir melangkah keluar dari kafe.
Tangan Bian mengawang kala tubuh Dera hilang di balik sekat penghubung ruangan Indoor dan outdoor. Dera berjalan tergesa-gesa. Kala mata bulan sabit itu menatap kehadirian Yeko dan beberapa orang dengan setelan serba hitam. Lampu tanda bahaya langsung menyala.
"Itu dia!" seruan di lorong membuat Dera langsung berlari kencang.
"Oh! Sialan. Mereka mengejarku!" Dera memekik dan berlari tanpa arah di lorong.
"Nona Dera! Jangan lari!" Yeko berteriak keras yang terasa mampu menjangkau dirinya.
Mengerikan. Sungguh! Para Mafia Jepang itu mampu membuat Dera merinding. Larinya semakin di percepat. Agar ia tidak tertangkap.
BRUK!
"Akh," ujar Dera kesekitan.
"Oh! ****!" maki lelaki tampan kala menatap nyalang gadis yang terpental karena menabrak tubuhnya.
Yeko dengan cepat membantu Dera berdiri. Bahkan tak sungkan menepuk body belakang Dera, membuat gadis berpipi chubby itu mendelik kesal. Menepis tangan Yoko meski sebenarnya, pria Jepang itu membersikan pasir yang menempel di gaun belakang Dera. Namun, gadis itu terlihat tak suka.
"Yeko!" seru lelaki yang awalnya ingin murka terlihat menatap intens sebelum tersenyum menyeringai.
Sontak saja Dera dan Yeko menoleh ke arah lelaki tampan di depan mereka. Yeko termangu beberapa detik sebelum menampilkan senyum evil membuat gadis yang berdiri di tengah dua pria tampan itu merasa merinding. Apakah semua lelaki luar negeri memang mengerikan? Setidaknya itulah yang ada di benak Dera.
"Kebetulan kita bertemu. Siapa gadis ini? Apakah mangsa kalian?" tanyanya memindai Dera dari atas sampai bawah.
Pendek, dada rata, tidak menarik, dan tidak seksi. Empat kata langsung diperoleh oleh orang lelaki berdarah China-Jepang itu. Sedangkan Yeko menarik pergelangan tangan Dera untuk berdiri di belakang tubuhnya. Membuat kerutan halus di dahi Kevin.
"Bukan urusanmu," ucap Yeko dengan bahasa Jepang.
Kevin Zhao menyeringai. Ia dapat melihat bagaimana lelaki di depannya ini menjaga gadis yang kini dibawa oleh beberapa orang di belakang tubuh tangan kanan Hiro. Ada dua kesimpulan yang didapat oleh Kevin kesimpulan pertama adalah gadis itu adalah kekasih Yeko. Atau gadis itu penting bagi Hiro Yamato.
Manik mata hitam Kevin terlihat memperhatikan gerak pengawal yang di bawa Yeko. Besar kemungkinan adalah kesimpulan nomor dua. Karena gadis itu tidak di perlakukan dengan kasar.
Netra hitam Kevin langsung di hadang dengan tubuh Yeko. Kevin terkekeh pelan.
"Sepertinya dia milik Hiro," ucap Kevin santai. "Kalau begitu sampai bertemu lain hari," lanjut Kevin memberikan kode pada wanita di belakang nya untuk mengikuti.
...****...
BUG!
BUG !
BUG!
Kelopak mata Dera terpejam erat, beberapa penjaga terlihat terkulai lemah di atas lantai. Luka di wajah mereka membuat Dera tidak kuasa membuka mata.
"Kemari! Ini saatnya hukumanmu, Yeko!" Hiro berseru dengan intonasi nada berat memberikan kode melalui tangannya.
Yeko melangkah mendekati sang Bos. Dera membuka matanya, tetesan darah turun dari tongkat besi di tangan Hiro membuat Dera ngeri.
"Jangan! Jangan pukul lagi ini salahku!" Dera berteriak langsung berlari ke arah Hiro.
Tongkat berayun, teriakan keras dari Dera membuat laju besi itu terhenti dan diturunkan perlahan. Gadis berpipi chubby itu bersimpuh menyentuh kaki Hiro. Murka Hiro mampu membuat umur Dera berkurang.
"Apa?" tanya Hiro dengan nada berat.
"Aku bersalah. Tidak akan mengulanginya lagi, aku mohon," tutur Dera berjanji mencengkram celana bahan Hiro.
Hiro tersenyum menyeringai. "Jika kau melakukannya lagi apa kau siap menanggung hukumnya?" tanya Hiro menunduk menatap kucing liar di bawah kakinya.
Kepala Dera mengangguk cepat. "Termasuk membunuh seluruh penghuni rumah ini. Tanpa menyisakan satupun? Berserta keluargamu?" tutur Hiro dengan nada dingin. Dera diam, perkataan Hiro tidak bisa ia jawab. "Tidak mau jawab, huh?"
"Bukan! Bukan begitu. Aku tidak akan ulangi lagi. Jika aku ulangi lagi, aku akan dibunuh lebih dahulu sebelum keluargaku," teriak Dera lantang.
Hiro tertawa keras. Yeko, hanya menatap keduanya dengan wajah datar. Dipukuli adalah hal biasa bagi Yeko, bahkan pemuda ini pernah koma lima bulan karena terluka parah.
"Good!" Hiro menarik tangan Dera untuk berdiri. Dengan perlahan ia mengusap darah yang terciprat ke wajah dan tubuhnya. "Ayo ke kamar Kitty!" lanjut Hiro dengan nada pelan namun serat akan aura gelap.
Dera melangkah mengikuti Hiro dari belakang. Yeko memberikan kode pada bawahannya untuk berdiri dan kembali ke villa belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
beby
jelek
2023-08-13
0
@shiha putri inayyah 3107
saingan nya pak dokter Bian ,,, Hiro sang bos mafia Yakuza....
2022-08-20
0
Ida Lailamajenun
4 kategori yg gk msk kriteria itu la kelebihan dera😁kelebihan Dimata Hiro😂😂
2022-04-20
1