Selir Pemuas Ranjang Mr. Jack
"Kamu sudah pulang, Mas?" tanya seorang wanita yang sedang memakai masker kecantikan di wajahnya, wanita itu nampak berbaring santai di atas kursi dengan di temani televisi berukuran besar di depannya.
"Kamu sedang apa, sayang? Kamu itu sudah cantik, tak perlu maskeran setiap malam," sahut Jack Samuel meletakan tas kerja miliknya sembarang di atas kursi lalu berjalan ke arah ruang makan.
"Aku memang sudah cantik sejak lahir, Mas, tapi kulitku bisa keriput kalau gak maskeran kayak gini," jawab Ambar tanpa menoleh, bahkan tidak menggerakkan kepalanya sedikit pun karena tidak ingin masker yang dia kenakan rusak nantinya.
Jack Samuel hanya menggelengkan kepalanya seraya memegangi perutnya yang terasa lapar setelah seharian bekerja di kantor. Dia membuka tudung saji di atas meja makan, laki-laki itu seketika mendengus kesal tatkala melihat pemandangan yang sama yang selalu dia lihat di meja berbentuk kotak tersebut. Tidak ada apapun di sana, hanya ada teko kaca berisi air putih juga satu buah gelas seperti biasa. Laki-laki yang akrab di sapa Jack itu seketika mengusap wajahnya kasar seraya mendengus kesal.
"Kamu gak masak lagi, sayang?" tanya Jack dengan nada suara lantang karena jarak dari ruang makan ke ruangan di mana istrinya berada lumayan jauh.
"Ada telor sama mie di kulkas, masak saja sendiri!" sahut Ambar seraya memegangi masker di wajahnya.
Jack kembali menutup tudung saji yang sempat dia buka. Dia pun memejamkan ke dua matanya sejenak mencoba untuk menahan rasa kesal. 10 tahun pernikahannya dengan wanita bernama Ambar Mahardini, istrinya ini jarang sekali memasakkan makanan untuknya. Terlebih, Ambar menolak memiliki buah hati karena takut penampilannya akan berubah, dan wajahnya akan keriput jika dia terlalu sibuk mengurus anak nantinya. Padahal, memiliki buah hati adalah impian seorang Jack Samuel selama ini.
Jack berjalan keluar dari ruang makan menuju ruangan yang sama di mana istrinya berada. Dia duduk di kursi yang berbeda dengan Ambar, wajahnya nampak di tekuk kesal seraya menatap wajah istrinya dengan tatapan mata tajam.
"Apa kita bisa punya anak sekarang? Rumah ini sepi sekali tanpa kehadiran seorang bayi," tanya Jack membuat Ambar seketika bangkit lalu melepaskan masker yang semula menutupi wajahnya.
"Mas, kita 'kan sudah sepakat tak akan punya anak," sahut Ambar seraya duduk tegak di atas kursi, "Lebih enak seperti ini, kan? Kita seperti pengantin baru setiap hari, gak perlu mengurus anak, gak usah repot-repot menyiapkan kebutuhan anak kecil. Belum lagi, hamil itu menyiksa, Mas. Perut aku buncit, berat badanku pun akan naik. Memangnya kamu mau punya istri gemuk dan jelek?" tanya Ambar tegas dan penuh penekanan.
"Ya tapi mau sampai kapan kita seperti ini terus, Ambar?" tanya Jack seketika mendengus kesal, "Meskipun kamu ingin selalu terlihat cantik, tapi usia manusia itu pasti bertambah setiap harinya, wajah kamu tetap akan keriput, rambut indah kamu pun akan memutih dan itu adalah takdir setiap manusia, bukan hanya kamu saja!"
"Tidak! Wajahku tidak akan pernah keriput, karena aku akan senantiasa merawat wajahku ini setiap saat," imbuh Ambar seraya mengusap wajahnya sendiri, "Rambutku? Rambut indahku ini tidak akan pernah memutih karena aku akan mewarnainya sesuka hatiku. Mau warna merah, kuning, hijau, suka-suka aku!"
Jack seketika menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara kasar, "Tapi kamu akan kesepian di hari tua kamu, Ambar, dan saya tidak mau seperti itu," decak Sam seketika berdiri tegak lalu hendak pergi.
"Kamu mau ke mana, Mas? Ini sudah malam lho," tanya Ambar mengerutkan kening.
"Saya mau makan di luar, lebih baik saya memakan masakan orang dari pada harus makan telor sama mie yang saya masak sendiri," jawab Jack tanpa menoleh sedikit pun.
"Jangan pulang terlalu malam, bungkuskan juga untukku!" sahut Ambar dengan nada suara lantang, tapi sama sekali tidak di tanggapi oleh suaminya.
Jack Samuel benar-benar keluar dari dalam rumah, padahal belum satu jam dia berada di rumah tersebut. Baginya, rumah bukan lagi tempat yang paling nyaman untuknya melepas rasa lelah, tidak lagi menjadi tempat yang paling dia rindukan ketika dirinya sedang berada di tempat yang jauh. Rumah yang dia huni saat ini tidak ada bedanya dengan neraka di dunia nyata, di mana tidak ada lagi kebahagiaan di dalamnya.
'Jangan salahkan saya jika kemudian saya mencari kebahagiaan lain di luar sana,' batin Jack seraya membuka pintu lalu keluar dari dalam rumah yang telah dia huni bersama istrinya selama 10 tahun ini.
* * *
Ckiiit!
Mobil yang dikendarai oleh Jack berhenti tepat di depan pagar sebuah rumah sederhana. Laki-laki itu pun keluar dari dalam mobil dengan wajah ceria. Dia berjalan memasuki halaman yang tidak terlalu luas itu dengan tergesa-gesa. Jack merasa tidak sabar ingin segera bertemu dengan penghuni rumah sederhana tersebut.
Tok! Tok! Tok!
Pintu pun di ketuk secara berkali-kali. Tidak perlu menunggu terlalu lama, pintu kayu bercat coklat itu pun di buka. Seorang wanita nampak berdiri di belakang pintu seketika tersenyum lebar setelah tahu siapa yang datang.
"Kamu datang, Mas?" tanya Rosiana segera menyalami Jack ramah dan sopan. Satu kecupan kecil pun mendarat di bibir masing-masing.
"Malam ini Mas tidur di sini ya," sahut Jack masuk ke dalam rumah dengan menggandeng pinggang Rosiana mesra.
"Lho, memangnya istri kamu gak marah kamu tidur di luar?" tanya Rosi seketika mengerutkan kening.
"Akh sudahlah, jangan bahas dia. Mas lagi malas menyebut nama dia," decak Jack seraya memegangi perutnya yang terasa lapar.
"Kamu belum makan?"
Jack menggelengkan kepalanya dengan wajah manja.
"Kebetulan sekali, hari ini aku masak makanan kesukaan kamu, Mas. Kita makan sama-sama ya," pinta Rosi dan segera di jawab dengan anggukan penuh antusias oleh suaminya.
Mereka berdua pun berjalan menuju meja makan seraya bergandengan tangan mesra. Namun, keduanya seketika menghentikan langkah kaki masing-masing ketika mendengar suara tangis seorang anak kecil.
"Ibu, huaaaa!" teriak balita perempuan berusia 3 tahun.
"Bella," sahut Rosi dan juga Jack secara bersamaan.
Mereka pun berjalan ke arah kamar lalu masuk ke dalamnya kemudian. Jack nampak tersenyum lebar seraya meraih tubuh mungil anak bernama Bella dan menggendongnya kemudian.
"Aduh, putri kesayangannya Ayah? Kamu pasti mimpi buruk ya," lirih Jack seraya menimang tubuh mungil Bella juga menatapnya dengan tatapan mata sayu penuh rasa cinta.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mmh Azka_Adzkiya
seru kayanya, langsung subscribe deh
2023-11-17
1
Aditya HP/bunda lia
tadi pagi masuk fav baru sempet baca ini lanjut Thor ... 😘
2023-11-16
1
Nurr Amirr🥰💞
Hadirrrrr thorrrrr...
2023-11-16
1