Melepas Mu
"Jadi kapan pacar mu itu akan datang menemui ayah Lyn?"
Zaki Ravindra. Ayah dari perempuan yang kini tengah duduk di hadapannya mulai buka suara.
"Kalian udah lama pacaran. Setidaknya ada omongan serius dari Jenan tentang hubungan kalian kedepannya mau gimana." Ujarnya lagi.
"Kami belum membahas masalah itu yah." Lirihnya.
Padahal sudah sering mereka membahas tentang pernikahan. Namun, selalu berakhir dengan Zalyn yang merasa kesal setelah pembahasan itu. Entah kenapa Jenan, laki-laki itu selalu saja mengalihkan ke topik lain ketika mereka sedang membahas tentang pernikahan, seolah hanya Zalyn yang menginginkan keseriusan dalam hubungan mereka.
"Tapi kalian udah sama-sama dewasa Zalyn, mau sampai kapan kalian akan terus menerus menjalin hubungan seperti anak remaja." Kini giliran sang ibu. Amanda Maheswari, yang bersuara
"Ayah kasih kamu waktu satu bulan untuk membawa Jenan datang menemui Ayah. Tapi jika dalam waktu tersebut Jenan tidak datang juga, Ayah terpaksa akan mencarikan jodoh buat kamu."
Zalyn tersentak dengan penuturan sang ayah barusan. Ayahnya terlalu terburu-buru memutuskan. Ini bukan lagi zaman nya main jodoh-jodohan. Pikirnya, Dan Zalyn pasti akan langsung menolaknya.
"Tidak bisa begitu dong yah! Kami masih sama-sama muda. Tidak perlu terburu-buru melangsungkan pernikahan. Lagipula Mas Jenan masih harus mengumpulkan biaya untuk pernikahan kami."
"Sampai kapan kamu akan menunggu Zalyn? Usia tidak akan mempengaruhi laki-laki kapan pun mereka akan menikah tapi tidak dengan perempuan."
Apa yang di katakan sang ayah memang benar. Usia menjadi patokkan untuk seorang perempuan menikah. Apalagi di lingkungan tempat nya tinggal. Perempuan yang menikah di atas usia dua puluh lima tahum akan di labeli perawan tua. Entah siapa yang memplopori itu dulu.
"Ayah mu benar Lyn. Usia mu udah cukup matang untuk menikah."
"Lagi pula ayah ataupun ibu, tidak memaksakan pernikahan mu di gelar dengan sangat mewah. Ajaklah dulu Jenan kemari, nanti kita bisa bicarakan bagaimana baiknya untuk kalian berdua."
Zalyn hanya menunduk mendengar apa yang ibunya katakan. Apa yang ayah maupun ibunya katakan semuanya memang benar. Hubungan mereka terlalu santai dan menunda-nunda untuk ke jenjang yang lebih serius. Padahal Jenan maupun Zalyn sepertinya sudah siap secara mental maupun financial.
"Kasihan juga sama adikmu yang harus terus menunggumu."
"Maksud ibu?"
"Sudah ada laki-laki yang datang untuk melamar adikmu." Itu Ayah Zalyn yang menjawab.
Kini pandangan Zalyn tertuju pada adik satu-satunya itu, yang sedari tadi hanya diam menyimak pembicaraan mereka. Apakah ini karena adik ku? sehingga ayah dan ibu memaksa ku untuk segera menikah. Hati ku sedikit tercubit. Jika memang apa yang aku pikirkan tentang mereka itu benar. Lirihya dalam hati
"Kamu jangan salah paham dulu Lyn. Ini kali ke tiga laki-laki itu datang melamar adikmu. Tapi kami belum bisa memberikan keputusan."
Seolah bisa membaca pikiran Zalyn, Amanda kembali menjelaskan alasannya.
"Kenapa harus menunggu ku bu? Aku tidak masalah jika Aira menikah lebih dulu."
"Bagimu itu tidak masalah dan bagi kami juga itu bukan masalah. Tapi bagaimana dengan pandangan keluargga besar kita dan juga para tetangga. Jika mereka tahu kalau kamu di langkahi adik mu."
Zalyn mendesah lelah. Pendapat dan pandangan orang masih menjadi momok menakutkan bagi keluargganya. Padahal ia tidak peduli dengan semua itu, tapi di lingkungan tempatnya tinggal memang masih menganut kepercayaan dimana bila sang kakak dilangkahi menikah oleh adiknya itu akan mendatangkan sial untuk sang kakak, entah itu lama akan mendapatkan jodoh atau bahkan tidak akan menikah sampai tua. Ngeri sekali, dan itu masih membudaya.
"Ibu hanya tidak ingin mendengar orang-orang bicara buruk tentang anak-anak ibu. Terutama kamu Lyn."
Zalyn paham. Dan ia sangat mengerti dengan apa yang ayah dan ibunya khawatirkan. Mereka takut salah satu dari kedua puterinya mendapatkan image yang buruk.
*****
Setelah pembahasan semalam. Zalyn mengajak Jenan bertemu di tempat biasa mereka mengahabiskan waktu berdua. Kebetulan masih ada satu hari lagi mereka bisa bertemu sebelum mereka LDRan kembali. Ya, mereka menjalani hubungan jarak jauh dua tahun belakangan ini. Jenan bekerja di kota yang berbeda dengan Zalyn. Satu bulan atau dua bulan sekali mereka bertemu untuk melepaskan rindu. Hubungan keduanya pun tampak baik-baik saja, hubungan mereka masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah meski sekarang mereka terpisahkan oleh jarak.
Sperti biasa, Jenan selalu datang lebih awal. Zalyn yang melihatnya tengah duduk di pojok cafe segera menghampirinya.
"Udah lama nunggu Mas?"
Zalyn menyapanya dan langsung duduk di hadapan lelaki yang memiliki senyuman sehangat mentari itu. Dia selalu tersenyum dan berwajah ceria. Itu yang membuat Zalyn menyukainya. Di dekatnya Zalyn selalu merasa hangat.
"Berpuluh-puluh abad pun akan aku lakukan buat nunggu kamu yang."
"Ish, gombal."
Itulah dia. Laki-laki yang selalu melontarkan hal-hal receh yang membuat hati Zalyn selalu menghangat.
Jenan memesan banyak makanan. Dia merasa Zalyn agak kurusan sekarang. Jadi dia meminta Zalyn untuk makan banyak hari ini. Padahal sepertinya ada sesuatu hal yang membuat nafsu makannya berkurang akhir-akhir ini. Entah, karena apa. Zalyn juga tidak tahu.
Setelahnya mereka berdua pergi jalan-jalan, menghabiskan waktu yang ada dan memanfaatkan waktu yang tersisa. Saking asyiknya mereka menghabiskan waktu berdua tak terasa hari mulai gelap. Jenan segera mengantarkan Zalyn pulang ke rumah.
"Mas gak mau mampir?" Tanya Zalyn sebelum membuka pintu mobil.
"Lain kali aja yang."
"Kenapa nggak sekarang aja sih Mas ketemu sama ayah dan ibu?"
Di tengah kebersamaan mereka tadi, Zalyn sudah menjelaskan semuanya. Perihal ayahnya yang mengharapkan kedatangan Jenan. Tak ada yang Zalyn tutup-tutupi. Zalyn ceritakan semuanya. Dan kali ini Jenan pun menanggapinya dengan serius.
"Mas belum ada persiapan apa-apa yang. Mas juga belum cerita sama keluargga. Nggak enak juga kalo Mas cuma datang sendiri."
"Kamu sabar ya yang. Minggu depan Mas akan datang bersama keluargga ke rumah kamu."
"Bener ya."
"Iya."
"Ya udah aku turun ya, Mas hati-hati di jalan!"
"Iya bawel. Salam sama ayah dan ibu."
Dengan langkah ringan Zalyn masuk ke dalam rumah. Ternyata sudah ada ayah dan ibunya yang tengah duduk di ruang tamu.
"Pergi sama Jenan?"
"Iya yah." Ucapnya, seraya menghampiri mereka.
"Sini duduk. Ayah mau bicara."
Zalyn duduk di salah satu sofa yang kosong di hadpan mereka.
"Gimana? Kamu udah bilang sama Jenan?"
"Udah yah. Mas Jenan bilang dia dan keluargganya minggu depan akan datang ke rumah."
"Syukurlah. Jika Jenan sudah memberikan kepastian. Maafin Ayah ya Lyn. Kalau kesannya ayah sama ibu neken kamu."
"Nggak ko yah, Zalyn ngerti. Apa yang ayah dan ibu khawatirkan."
"Terimakasih. Zalyn udah mau mengerti kami."
Zalyn pamit pada mereka untuk segera memasuki kamarnya karena ia merasa lelah seharian ini. Saat Zalyn hendak menuju ke kamarnya. Ia melihat pintu kamar adiknya sedikit terbuka. Jadi ia memutuskan untuk menemui adiknya dan berbincang sebentar.
Tok tok tok
"Boleh kakak masuk?"
"Masuk aja kak."
Rupanya Aira Elvara– nama adiknya, tengah rebahan di ranjangnya, sepertinya adiknya itu juga belum lama pulang dari kantornya. Zalyn dan Aira bekerja di kantor yang berbeda. Jadi terkadang mereka berangkat atau pun pulang tidak bisa barsama-sama
Zalyn duduk di pinggiran ranjang Aira sedangkan Aira kini tengah duduk di atas kasurnya.
"Baru pulang Kak?"
"Iya Dek, tadi abis jalan sama Mas Jenan,"
"Mas Jenan belum balik lagi?"
"Belum, mungkin besok."
Zalyn dan Aira terbilang sangat dekat. Jadi tidak ada rahasia di antara mereka, usia mereka juga tidak terpaut begitu jauh, mereka hanya selisih dua tahun. Dari dulu mereka selalu terbuka satu sama lain. Bahkan soal laki-laki yang dekat dengan mereka. Meski begitu di antara mereka tidak pernah terjadi konflik memperebutkan laki-laki. Perinsip mereka, laki-laki yang mendekati mereka berdua di waktu yang bersamaan itu laki-laki brengsek. Yang tidak layak untuk di pertahankan. Memang mereka siapa? Seenaknya akan menghancurkan persaudaraan mereka. Tidak semudah itu. Itu yang selalu mereka tekankan dalam hati mereka.
Larut dalam keheningan, Aira kembali membuka suara.
"Maaf ya Kak. Kakak pasti merasa tertekan karena masalah ini,"
"Nggak ko. Kakak ngerti, Ini juga bukan salah kamu. Permasalahnya ada sama kakak dan hubungan kakak sama Mas Jenan. Harusnya kami berdua bisa lebih matang dalam membawa hubungan ini akan ke mana arahnya tapi kita malah santai-santai aja. Jadi keduluan kamu deh hehehe."
Zalyn mencoba mencairkan suasana agar tidak terlalu serius dalam obrolan.
"Lalu kapan Mas Jenan dan keluargganya ke rumah kak?"
"Mmmm, Mas Jenan bilang sih minggu depan, mereka akan datang,"
"Kakak serius? Wah! selamat ya Kak. Aku turut seneng dengernya."
Terpancar binar bahagia di wajah Aira. Bahakan kini dia memeluk Zalyn dengan begitu erat.
"Kamu seneng bener dengarnya Dek,"
"Iya donk. Itu artinya aku dan pacar aku tidak perlu lagi menunggu terlalu lama,"
"Oh, jadi gitu?"
"Hehe bercanda Kakak,"
"Ya udah kamu istirahat gih, kakak juga mau istirahat,"
"Siap kakak ku sayang."
Zalyn pun keluar dari kamar Aira dan masuk ke dalam kamarnya.
Segera ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum beranjak untuk istirahat.
Setelah keluar dari kamar mandi, Zalyn mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari Jenan tiga puluh menit yang lalu.
[ Udah tidur Yang?]
[Maaf baru sempet bales Mas. Tadi aku abis ngobrol dulu sama Aira. Mas Jenan udah nyampe rumah?]
[Udah sayang. Satu jam yang lalu. Kamu lagi ngapain sekarang?]
[Baru selesai mandi Mas, sekarang mau istirahat.]
[Ya udah, selamat istarahat ya,]
[Mas Jenan juga istirahat]
[Iya, sayang]
Hubungan mereka terbilang harmonis. Mereka akan selalu bertukar kabar meski di sela-sela kesibukan mereka. Meski hubungan mereka sudah berjalan hampir lima tahun, semuanya masih terasa sama. Sebuah Pertengkaran pasti selalu menghiasi setiap hubungan. Namun mereka selalu bisa menyelasaikanya dengan dewasa. Meski terkadang Zalyn suka bersikap seperti anak kecil tapi itu tidak membuat maslah dalam hubungan mereka berlarut-larut. Jenan selalu bisa membuat hubungan mereka kembali baik-baik saja. Hingga Zalyn tidak menyadari bahwa ternyata ada badai besar yang akan menerpa hubungan mereka. Dan Zalyn belum siap untuk itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Lita
semoga cerita lancar update yah... dan tamat g gantung 😁
2023-12-11
0
anggita
zalyn.... jenan,,, 😘
2023-12-11
0