Bab 3

Malam ini, lelaki pilihan sang ayah akan datang bersama keluarganya. Zalyn benar-benar tidak punya pilihan lain. Selain menuruti keinginan ayahnya. 

Jujur saja Zalyn merasa takut, bagaimana jika nanti salah satu dari mereka berdua  tidak bisa menjalani pernikahan lewat perjodohan ini.

Tok tok tok

Suara ketukkan pintu membuyarkan lamunan Zalyn. Ia tengah duduk di kursi rias menghadap cermin. 

Rupanya itu Aira. Aira datang menjemputnya, menyuruhnya untuk segera keluar karena tamu mereka telah tiba. 

Zalyn dan Aira berjalan bersisian. Namun, Saat mereka tiba di ruang tamu, bola mata Zalyn membulat. Ia terkejut melihat sosok lelaki yang beberapa minggu terakhir ini menghiasi harinya sedang duduk di sana dengan tenang.

"Duduk sini Nak." Zalyn menghampiri sang ibu dan duduk di sampingnya.

"Kata nak, Darrel dulu kalian satu kampus Lyn? Apa kalian sudah saling kenal?

Zaki bertanya pada Zalyn, karena tadi Darrel mengatakan bahwa ia berkuliah di kampus yang sama dengan putrinya itu.

 

Zalyn melihat ke arah Darrel dan lelaki itu hanya diam sambil tersenyum. Padahal tatapan mata Zalyn meminta penjelasan darinya.

"Kenal yah, Mas Darrel kating Zalyn di kampus,"

"Hahaha, ternyata dunia ini sempit sekali ya Zak. Niat kita mengenalkan mereka tapi ternyata mereka sudah saling kenal,"

"Ini akan mempermudah perjodohan mereka."

Zaki hanya tersenyum menanggapi ucapan Adibrata. Papanya Darrel.

"Kalian bicaralah dulu berdua. Udah lama juga 'kan baru bertemu lagi." Kini giliran Elena, Mamanya Darrel yang bicara.

Dan disinilah mereka sekarang, di taman belakang rumah. Mengikuti saran dari mamanya Darrel untuk bicara berdua.

Zalyn masih tidak mengerti dengan situasi ini, kenapa Darrel tiba-tiba ada di rumahnya dan membahas masalah perjodohan.

Terlebih lagi ternyata sahabat ayahnya itu adalah papa nya Darrel, apa ini bagian dari rencana mereka semua? Atau ini juga ada sangkut pautnya dengan batalnya acara lamarannya dan menghilangnya Jenan? 

"Apa maksud dari semua ini Mas? Kenapa Mas Darrel tiba-tiba datang? Dan membicarakan tentang perjodohan?"

"Aku tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin menolong mu,"

"Menolongku dari apa?! Kita sering komunikasi bahkan bertemu tapi Mas Darrel tidak pernah membicarakan masalah ini,"

"Aku juga baru tahu kemarin Lyn, kalau wanita yang akan orang tua ku kenalkan adalah kamu,"

"Bohong! Mas Darrel sengaja 'kan? Sebenarnya apa tujuan Mas Darrel? Apa selama ini pencarian Mas Jenan hanya pura-pura? Padahal Mas Darrel tahu aku masih mengharapkan Mas Jenan kembali dan aku masih mencintainya."

Dada Zalyn naik turun. Ia meluapkan semua yang berkecamuk dalam hatinya.

"Dengar Lyn. Aku melakukan ini demi kamu dan Jenan. Kalau aku menolak perjodohan ini, Ayahmu akan mencarikan calon lain untukmu dan itu akan semakin sulit." 

"Maksudnya,?"

"Jika kamu menikah dengan ku. Tidak akan sulit bagimu untuk lepas dariku,"

"Aku semakin tidak mengerti apa yang Mas Darrel bicarakan,"

"Ayo kita menikah dan mari kita cari sama-sama keberadaan Jenan. Pernikahan kita hanya pura-pura. Ini demi kalian."

" Lalu bagaimana dengan mu?"

" Aku? Kenapa aku?"

"Apakah tidak masalah buatmu? Hubungan pertemanan seperti apa yang kalian jalani? Haruskah Mas Darrel melakukan ini hanya demi kami?"

"Aku tak apa, asalkan kalian bahagia itu sudah lebih dari cukup buat ku. Jenan, dia sudah seperti saudara kandungku sendiri dan kamu…." 

Darrel diam sejenak, sebelum kembali melanjutkan perkataannya. Tatapan Darrel semakin dalam memandang Zalyn. Entah apa yang lelaki itu pikirkan. 

Ditatap begitu dalam membuat Zalyn sedikit salah tingkah. Sambil tersenyum ia kembali berkata.

"Aku menganggap mu sebagai teman. Jadi aku ingin melihat kalian berdua bahagia."

"Aku selama ini tidak tahu jika hubungan pertemanan kalian sedekat itu, Mas Jenan tidak pernah bercerita apapun tentang kalian,"

"Jenan yang menginginkan hubungan pertemanan kami tidak diketahui publik. Entah karena apa, aku tidak tahu." Nada suara Darrel syarat akan kesedihan saat berbicara tentang Jenan. Sepertinya hubungan pertemanan mereka memang dekat, tapi sedekat apa hanya mereka yang tahu.

"Aku akan menjaga mu di pernikahan ini. Aku juga tidak akan melebihi batas. Lalu saat Jenan kembali, mari kita akhiri pernikahan ini. Tapi tolong lakukan satu hal untuk ku selama menjalani pernikahan ini,"

"Apa?"

"Aku hanya ingin, kamu benar-benar menjadi seorang istri. Melayani semua kebutuhan ku, kecuali kebutuhan biologis aku tidak akan memintanya. Karena aku tahu pernikahan kita hanya pura-pura."

"Hanya itu?"

"Ya."

Tidak ada kebohongan dalam sorot matanya. Benarkah lelaki yang berada di hadapannya kini, benar-benar tulus membantu mereka? Zalyn akan mencoba mempercayainya, selain itu Zalyn juga akan mencari tahu, apa alasan sebenarnya lelaki itu melakukan ini semua.

                             *****

Akhirnya mereka berdua menyetujui, untuk melakukan pernikahan pura-pura. Dengan isi perjanjian, pernikahan mereka berdua akan berakhir jika Jenan berhasil ditemukan. Lalu bagaimana jika Jenan tidak berhasil ditemukan, akankah mereka berdua tetap menjalani pernikahan mereka? Atau akan mereka akhiri? Entah, biarkan waktu yang menjawab.

Pernikahan mereka akan dilaksanakan minggu depan, sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Semua konsep pernikahan ia serahkan pada sang ibu dan juga mamanya Darrel, kecuali gaun pengantin yang memang ia sudah memesan khusus jauh-jauh bulan untuk pernikahan bersama Jenan.

Entah, apa Zalyn sanggup mengenakkan gaun pengantin itu nanti.

H-3 menjelang pernikahan, Darrel masih disibukkan dengan pekerjaannya. Seperti sekarang ini, ia sedang berada di luar kota sudah dua hari dan akan kembali malam nanti.

"Apa kamu sudah memesankan saya tiket?"

"Sudah Pak. Penerbangannya jam 07:00 malam nanti,"

"Baik, masih ada waktu tiga jam lagi. Saya harus pergi ke suatu tempat, kamu bereskan barang-barang saya,"

"Baik Pak."

Bau obat-obatan menyeruak menusuk indera penciuman. Alat Pasien Monitor juga terdengar begitu nyaring di dalam ruangan yang serba putih itu.

Darrel melangkahkan kakinya pelan, menghampiri seseorang yang tengah terbaring lemah di atas ranjang pasien dengan mata terpejam.

Ia duduk di atas kursi, di pinggir ranjang.

Menggenggam salah satu tangan orang itu yang terbebas dari infusan.

"Bagaimana kabarmu hari ini? Maaf aku baru bisa datang menemuimu lagi. Kau tahu aku sedang sibuk sekarang, Aku sedang menjalani projects besar."

Genangan air di netranya memburam kan pandangan, ia bahkan mendongakkan kepalanya guna menghalau cairan bening yang menggenang di netranya agar tidak tumpah. Walau ternyata itu sia-sia.

Bibir itu bergetar, sesak dalam dada menghimpit nafasnya.

"Aku tidak suka kau seperti ini, kau sudah terlalu lama tertidur. Bukankah kau berjanji akan menyaksikan pernikahan ku. Ya, aku akan menikah sesuai dengan permintaanmu."

"Jadi bangunlah!!"

"Darrel berhenti!!"

Laki-laki yang sedari tadi menemaninya memasuki ruangan itu, terkejut. Melihat Darrel yang mengguncang-guncangkan tubuh pasiennya.

"Kau tidak boleh seperti ini. Dia pasti akan segera bangun, kita hanya menunggu waktu,"

"Sampai kapan?! Sampai kapan kita harus menunggu?"

"Kau tidak mempercayaiku sebagai dokter, yang sudah sering mengatasi hal seperti ini?"

Tangis itu akhirnya pecah. Darrel tidak bisa lagi menyembunyikannya. Ia sakit dan terluka.

"Tenangkan dirimu. Kau orang yang selalu tenang dalam menyingkapi setiap keadaan.

Meski begitu, ia tidak selalu bisa berlindung dibalik topeng tenang yang selalu digunakan. Ia lelah.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ververr

Ververr

Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡

2023-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!