Bab 2

Satu minggu telah berlalu dan tibalah hari ini. Hari dimana Jenan dan keluargganya akan datang melamar Zalyn. 

Keluargga Zalyn serta beberapa kerabat dekat sudah siap untuk menyambut kedatangan mereka.

Dekorasi kecil untuk acara lamaran dan segala bentuk hidangan sudah siap. Zalyn juga sudah siap dengan penampilan yang cantik di hari spesial ini.

Hingga satu jam sudah berlalu, tapi kedatangan mereka belum juga tiba. Zalyn mulai resah. Mencoba menghubungi Jenan tapi ternyata ponselnya tidak aktif. 

"Apa ponselnya masih belum bisa di hubungi Lyn?"

"Masih belum yah," Zalyn menggigit bibir bawahnya menyalurkan kegelisahan dalam hatinya.

"Oke kita tunggu satu jam lagi."

Zalyn masih terus mencoba menghubungi lelaki itu. Dan juga mencoba menghubungi orang-orang terdekat Jenan tapi nihil. Mereka semua sama, tidak bisa di hubungi.

Semalam mereka masih berkirim pesan. Tapi memang selepas subuh nomornya sudah tidak aktif. Zalyn pikir mungkin Jenan juga tengah sibuk mempersiapkan acara lamaran mereka, sama hal dengan dirinya yang juga sibuk mempersiapkan untuk penyambutan kedatangan mereka. Sehingga Zalyn juga melupakan ponselnya.

Tiga jam menunggu. Masih tidak ada tanda-tanda mereka akan datang. Zalyn melihat raut kecewa di wajah-wajah kerabat yang hadir. Terlebih Ayah dan Ibunya.

Aira, selalu berada di samping Zalyn. Menguatkan sang kakak dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Tiba-tiba dari luar, terdengar suara seseorang. Zalyn dan Aira bergegas menghampiri.

"Permisi, permisi,"

"Ya, cari siapa ya," 

"Dengan Ibu Zalynda Adora?"

"Iya betul, saya sendiri. Ada apa ya?"

"Oh, ada kiriman surat buat Ibu,"

"Dari siapa ya Mas?"

"Saya kurang tahu bu. Di sini tidak tertera nama pengirimnya. Cuma ada Nama dan alamat si penerimanya saja Bu,"

"Baik. Terimakasih Mas."

Ternyata itu kurir. Kurir yang mengantarkan surat untuk Zalyn entah dari siapa.

"Surat dari siapa Kak?"

"Entah, kakak juga tidak tahu. Tidak ada nama pengirimnya,"

"Coba langsung di buka Kak,"

Dengan rasa penasaran yang tinggi Zalyn segera membuka isi dari surat tersebut.

"Sayang maaf. aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita."

~Jenanda Dewantara~

Singkat, padat dan jelas isi surat tersebut. Namun mampu memporak porandakan hati Zalyn dan meluruhkan air matanya.

Zalyn hampir kehilangan keseimbangan jika Aira tidak segera menahannya.

Zalyn kembali mencoba menghubungi nomor Jenan. Jawabannya masih sama dengan sebelum-sebelumnya, hanya suara operator yang terdengar.

Tubuh Zalyn merosot ke lantai. Di ikuti Aira yang memeluknya. Dadanya terasa sesak sekali. Setega itu Jenan mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Dan dengan kejamnya ia mengakhiri hubungan mereka di detik-detik kedua keluargga mereka akan bertemu. Apakah lima tahun hubungan mereka itu tidak berarti apa-apa untuknya.

Dan selanjutnya hanya suara ricuh orang-orang dan teriakkan sang ibu serta adiknya yang terdengar. Pandanganya gelap dan Zalyn tidak ingat apa-apa lagi.

                          

                             *****

Setelah batalnya acara lamaran tadi siang. Zaki benar-benar merasa kecewa dan juga malu pada kerabat yang hadir.

Sementara Zalyn berada di atas ranjangnya dengan kondisi lemas. Meski baru sadar dari pingsannya, Zalyn masih terus berusaha untuk menghubungi nomor Jenan. Dan ternyata sampai detik ini pun ponsel Jenan masih tidak bisa di hubungi sama sekali.

"Dari awal Ayah sudah mempunyai firasat buruk pada lelaki itu. Ternyata firasat Ayah memang benar,"

"Jangan sekarang yah, Zalyn baru juga siuman," sang ibu prihatin melihat kondisi putrinya sekarang.

"Zalyn yakin, Mas Jenan pasti punya alasan. Kenapa dia melakukan ini semua yah,"

Meski sakit atas perlakuannya. Entah mengapa hati Zalyn masih tidak mempercayai jika Jenan tega melakukan ini semua. Zalyn merasa yakin pasti ada sesuatu yang terjadi, maka ia akan mencari tahu apa penyebabnya.

"Kamu masih saja membela lelaki pengecut itu?!"

Zaki marah, tentu saja dan Zalyn mengerti. Tapi Zalyn tidak bisa menerima semua yang terjadi begitu saja.

"Sudahlah yah. Jangan menyudutkan Zalyn terus,"

"Sekarang kamu tidak mempunyai pilihan lain. Selain mengikuti apa kata Ayah. Ayah akan mencarikan jodoh untuk mu,"

"Yah! Bahkan belum satu hari lamaran Zalyn batal. Dan ayah sudah membicarakan perjodohan? Zalyn tidak mau! Zalyn akan menunggu Mas Jenan. Zalyn yakin terjadi se–,"

"Cukup Zalynda!! Ayah tidak mau lagi dengar kamu membela lelaki kurang ajar itu."

Zaki memotong perkataan Zalyn begitu saja dan setelah mengatakan itu Zaki berlalu, minggalkan Zalyn dengan air mata yang siap tumpah di pipi.

Air mata langsung terjatuh saat Amanda mengusap kepala Zalyn. Ia merebahkan kepalanya di pangkuan sang ibu dan ia tumpahkan segala kesedihan di sana.

Keputusan Zaki sepertinya sudah final. Zalyn tidak bisa lagi membantah nya.

Padahal luka di hatinya masih sangat basah. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti perintah sang ayah. Karena Zalyn  tidak ingin melihat ayahnya semakin terluka karena ia yang terus menolak. Ia juga merasa kasihan pada Aira. Dia sudah terlalu lama menunggu. 

                             

                             *****

Sejak pembahasan Zaki tentang mencarikan jodoh untuknya. Zaki maupun Amanda belum lagi membahas perihal itu. Mungkin mereka memberikan Zalyn waktu untuk menyembuhkan luka di hatinya. Walaupun luka itu belum juga sembuh meski satu bulan telah berlalu. Dan selama itu pula Zalyn masih terus berusaha untuk menghubungi nomor Jenan dan mencari-carinya melalui semua media sosial yang ia punya. Zalyn juga mencari pada semua orang yang mengenal Jenan tapi sepertinya Jenan sengaja menghapus semua jejaknya hingga Zalyn tak bisa menemukan keberadaannya.

Saat Zalyn tengah sibuk men scroll sosial medianya. Tiba-tiba ada pesan masuk di aplikasi berlambang telepon berwarna hijau.

[Zalynda?]

Nomor baru itu lagi. Sudah hampir satu minggu nomor itu terus saja mengiriminya pesan dan selama itu pula Zalyn selalu mengabaikannya. Namun kali ini, Zalyn mencoba untuk membalas pesan tersebut. Ia penasaran juga pada orang yang selalu mengirimkannya pesan beberapa hari ini. 

[Siapa ya?]

[Akhirnya kamu bales pesan aku Lyn. Aku Darrel]

[Darrel Devandi?]

[Tepat sekali.]

[Maaf Mas. Zalyn kira orang iseng, soalnya tak ada foto profilnya sih.]

[It's ok no problem. Besok ada waktu?]

[Kenapa Mas?]

[Bisa bertemu?]

[Mas Darrel udah pulang dari Luar Negri?]

[Iya, seminggu yang lalu. Jadi bisa bertemu tidak?]

[Bisa Mas. Tapi sepulang Zalyn kerja ya.]

[Tempat biasa?]

[Iya Mas.]

Darrel, ketua BEM di kampus mereka dulu. Darrel dan Jenan berteman, tapi Zalyn tidak tahu mereka teman seperti apa, karena yang Zalyn lihat mereka tidak begitu akrab. Mereka berdua kakak tingkat Zalyn di kampus. Dan dulu Zalyn dan Darrel lumayan dekat. Namun, tiba-tiba Darrel pergi ke luar negri saat semester empat. Entah karena apa, Zalyn juga tidak tahu dan sejak saat itu pula mereka tidak lagi bertukar kabar hingga sekarang.

"Zalyn! Disini." Darrel melambaikan tangan ketika melihat Zalyn memasuki cafe tempat mereka bertemu. Darrel memilih tempat duduk dekat jendela.

"Udah lama Mas?" Ucap Zalyn seraya duduk di hadapannya.

"Belum lama ko,"

"Kamu mau pesan apa Lyn?"

"Apa aja Mas,"

"Ok." 

Pelayan menghampiri mereka dan mencatat pesanan. Darrel memesan kopi dan cheese cake untuk dirinya, sementara untuk Zalyn, ia memesankan milk tea dan cinnamon roll.

"Gimana kabar kamu?"

"Aku baik Mas. Mas Darrel sendiri gimana?"

"Seperti yang kamu lihat. Aku juga baik."

Lama tidak bertemu, mereka larut dalam obrolan masa lalu. Dari pesanan mereka datang hingga mereka menyantap makanannya, obrolan masih terus berlanjut.

"Oh ya, kamu masih berhubungan sama Jenan?"

Seketika raut wajah Zalyn berubah sendu. Niat hati Zalyn mau di ajak ketemuan dengan Darrel itu sekalian untuk menanyakan informasi tentang Jenan. Siapa tahu Darrel mengetahui keberadaan Jenan dimana, secara mereka teman. Tapi ternyata Darrel malah bertanya terlebih dahulu.

Melihat raut sedih di wajah Zalyn. Darrel kembali melontarkan pertanyaan.

"Ada apa Lyn?"

Zalyn menarik nafas dalam dan menghembuskan nya pelan. Berbicara tentang Jenan selalu membuat dadanya sesak.

"Mas Jenan menghilang Mas,"

Kedua alis Darrel bertaut. Sepertinya lelaki itu bingung dengan apa yang dikatakan Zalyn barusan.

"Maksud kamu? menghilang gimana?"

"Satu bulan yang lalu, kami akan mengadakan pertemuan antara kedua keluargga. Acara lamaran. Tapi, Mas Jenan tidak datang di acara lamaran kami. Ponselnya juga tidak bisa di hubungi, bahkan Mas Jenan sepertinya menutup semua akses komunikasi kami. Karena baik nomor telepon ataupun sosial medianya tidak bisa dihubungi. Dan dia juga memutuskan hubungan kami secara sepihak."

Luka di hati Zalyn kembali perih saat ia ceritakan masalah pelik yang tengah ia alami. Zalyn bahkan menceritakan perihal ayahnya yang akan mencarikannya jodoh. Sejujurnya Zalyn tidak mau, ia masih merasa yakin jika ada sesuatu terjadi pada Jenan. Karena dalam hatinya ia masih meyakini bahwa Jenan tidak mungkin akan menyakitinya seperti ini.

"Maaf Lyn aku tidak tahu. Aku kira hubungan kalian baik-baik saja. Sudah lama juga kami tidak saling bertukar kabar. Sejak aku pergi ke luar negri, komunikasi kami juga terputus Karena suatu hal."

"Tapi kamu tenang aja, nanti aku bantu cari keberadaan Jenan,"

"Terimakasih Mas,"

"Jangan sedih lagi."

Zalyn tersenyum senang. Pasalnya akan ada seseorang yang akan membantunya untuk mencari keberadaan Jenan. Ia sedikit merasa tenang sekarang. Setelahnya mereka mengobrol tentang banyak hal.

 

                           *****

Setelah pertemuan mereka beberapa minggu lalu. Komunikasi mereka menjadi semakin intens. Dan juga mereka sering bertemu di waktu-waktu luang. Tak lupa Zalyn selalu menanyakan perkembangan soal pencarian Jenan. Tapi Darrel selalu bilang, belum juga menemukan titik terang.

Hingga tiga bulan telah berlalu. Jenan benar-benar menghilang bak di telan bumi. 

Dan hari ini Zaki membahas kembali perihal perjodohan untuk Zalyn.

"Bulan depan, keluargga pacarnya Aira akan datang lagi ke sini. Meminta kepastian kami. Itu artinya mau tidak mau kamu harus bertemu dengan calon yang sudah ayah pilihkan buat kamu,"

"Tolong beri Zalyn waktu lagi yah,"

"Sampai kapan Lyn? Ini udah lebih dari tiga bulan. Kamu yakin masih mengharapkan dia? Yang bahkan keberadaanya pun kamu tidak tahu dimana,"

"Tapi Zalyn masih berusaha mencarinya yah, di bantu seorang teman juga. Dan Zalyn  yakin akan segera menemukan keberadaan Mas Jenan,"

"Lalu setelah kamu menemukannya kamu mau apa? Kamu mau kembali padanya? Apa kamu tidak punya harga diri?! Dia yang sudah membuang mu, Zalynda!!"

Lagi dan lagi kemarahan Zaki, terdengar. Hati Zalyn terasa sakit mendengar sang ayah mengatakan jika Jenan telah membuangnya. Benarkah itu? Dibalik ceria wajahnya dan hangat senyumnya. Benarkah Jenan tega melakukan ini terhadapnya?

"Jikapun benar kamu telah menemukannya. Apa dia mau bertemu denganmu? Sementara dia sendiri yang telah memutuskan hubungan kalian."

Suara Zaki melunak, melihat sang putri hanya menundukkan kepalanya. Sebenarnya ia tidak tega harus selalu meninggikan suara di depan putri sulungnya itu. Namun, emosinya selalu tersulut jika membahas lelaki yang telah menyakiti hati putrinya, terlebih sang putri masih saja membelanya.

"Ayah hanya ingin yang terbaik buat mu Zalyn. Ayah sudah pilihkan. Dia laki-laki yang baik, anak dari sahabat Ayah."

Setelah mengatakan itu, Ayah Zalyn pergi begitu saja meninggalkan Zalyn bersama sang ibu. Air mata kembali mengalir.

"Dengarkan Ayahmu kali ini Nak, ini semua demi kebaikan kamu,"

"Tapi bu, Zalyn belum siap,"

"Ibu paham Nak. Tapi coba jalani dulu, siapa tahu kalian berdua cocok."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!