ALICE AND BEATRICE

ALICE AND BEATRICE

KEMATIAN PERDANA MENTERI

Malam itu, perayaan tahun baru digelar sangat meriah di sepanjang jalanan kota. Sementara itu, di rumah perdana menteri banyak sekali tamu yang berdatangan. Acara itu semakin meriah karena perdana menteri membuat perayaan besar-besaran untuk ulang tahun putri keduanya yang bernama Alice Kanaya. Ia genap berusia dua puluh dua tahun. Malam itu, semua tamu undangan datang dengan kostum unik dan mengenakan topeng. Saat para tamunya sedang mengobrol, perdana menteri melihat putrinya di kamar.

"Ayah...", sambut Alice dengan wajah gembira.

"Kau sudah siap? Semua orang menunggumu di bawah. Ini adalah kali pertamanya mereka akan melihat wajahmu." ucap perdana menteri.

Selama bertahun-tahun, tidak ada yang tahu seperti apa wajah putri kedua perdana menteri. Saat usianya baru 7 tahun, perdana menteri mengirim putrinya ke Amerika. Mereka mengenyam pendidikan di sana. Tiga bulan yang lalu, Alice baru kembali setelah menyelesaikan pendidikan SMA nya. Hari ini perdana menteri akan memperlihatkan wajah putrinya pada semua orang. Melihat sang putri turun, semua orang dibuat penasaran akan kecantikan wajahnya. Tidak lama sang ibu datang menghampirinya.

"Kau sudah siap, sayang?"

"Apa kakak tidak akan datang di hari ulang tahunku, ibu?"

"Aku baru saja bicara dengannya. Dia meminta maaf padamu karena semua penerbangan dari Amerika menuju London harus ditunda karena cuaca sangat buruk."

Mendengar hal itu, Alice terlihat sedih.

"Bisa aku bicara dengan kakak sebentar, ibu?"

"Pergilah!"

Alice menghubungi kakaknya di kamar. Tidak lama teleponnya tersambung.

"Halo kakak, aku sangat merindukanmu."

"Halo adikku tersayang, selamat ulang tahun untukmu."

"Terima kasih, tapi aku sangat sedih karena kau tidak bisa datang."

"Aku sangat menyesal untuk itu. Sebagai gantinya, bagaimana jika aku mengajakmu keliling Amerika? Anggap saja ini sebagai permintaan maaf ku."

"Baiklah, kapan aku bisa pergi kesana?"

"Biar nanti aku yang akan menjemputmu."

Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri Alice. Dia meminta sang putri untuk segera turun.

"Kakak, ibu dan ayah menyuruhku untuk segera turun. Nanti kita bicara lagi."

Alice pun menutup teleponnya. Saat keluar dari kamar, dia tidak sengaja menabrak seorang pria.

"Maaf nona," ucap pria itu selintas.

Tepat pukul 00.00 malam, semua orang pergi ke luar untuk melihat nyala kembang api. Langit malam itu terlihat sangat indah dan menyala.

"Selamat tahun baru, sayang," ucap perdana menteri dan istrinya pada Alice.

"Terima kasih ayah, ibu. Jika saja kakak ada disini, lengkap sudah semua."

"Tidak apa-apa, lagi pula masih ada ayah dan ibu bersamamu."

Ketika para tamu sedang menikmati makanannya, perdana menteri mengumumkan pada semua orang jika dia akan segera memperlihatkan wajah putrinya. Dalam hitungan ketiga, saat Alice akan membuka topengnya, terdengar suara tembakan dari luar.

Dor! Dor! Dor!

Semua orang berlarian menyelamatkan diri. Perdana menteri meminta penjaga untuk mengamankan istri dan putrinya.

"Ayo kita pergi, suamiku!" ajak sang istri pada perdana menteri.

"Pergilah dulu! Aku akan menyusul nanti." Baru beberapa langkah, terdengar suara tembakan lagi.

Dor! Dor! Dor!

Saat dilihat ternyata tembakan itu tertuju pada perdana menteri. Seketika ia jatuh ke lantai dengan berlumuran darah.

"Ayah...!" teriak Alice histeris.

Sang istri kembali menemui perdana menteri. Di satu sisi, Alice melihat seseorang yang sedang memperhatikannya dari lantai atas. Dia memperhatikan mulut orang itu ketika sedang berbicara di telepon.

"Bunuh dia!" itulah perkataan yang terucap pada mulut pria itu.

Alice melihat sebuah tembakan yang mengarah pada ibunya. Saat akan menolongnya, tiba-tiba seorang penjaga menariknya paksa.

"Nona, pergilah ke pintu rahasia yang ada di bawah tanah. Kau akan aman di sana. Kode untuk pintu itu adalah tanggal ulang tahunmu." Baru akan melangkah, suara tembakan kembali terdengar. Saat dilihat, ibunya sudah terjatuh ke lantai.

"Ibu...!" Alice berlari menghampiri ibunya. Di satu sisi, pria tadi terus memperhatikan sekeliling. Dia lebih tertuju pada Alice yang sedang menangisi kematian orangtuanya.

"Apa gadis itu adalah putri dari perdana menteri?" Pria itu berjalan turun ke arah Alice.

"Nona, cepatlah! Sepertinya pria itu mengincar mu," ucap salah satu penjaga.

"Aku tidak akan meninggalkan ayah dan ibu seperti ini, tolong cari bantuan!" pinta Alice.

Penjaga membawa Alice pergi dari sana.

Karena rumah mereka yang begitu luas, Alice dan penjaga berlari cukup jauh. Tidak lama akhirnya mereka sampai di pintu rahasia. Penjaga membawa Alice masuk ke dalam.

"Tetaplah di sini! Jangan keluar sampai keadaan benar-benar aman. Kau mengerti nona?" tanya penjaga itu.

Alice hanya mengangguk pelan. Dia menangis tanpa henti. Penjaga itu kembali ke luar. Dia sempat melihat keadaan perdana menteri, tapi tidak lama seseorang menusuknya dari belakang.

***

Satu jam setelah kejadian itu, polisi baru tiba di lokasi. Bukan hanya itu, banyak media yang datang untuk meliput. Seorang pemuda baru saja tiba di sana. Ia langsung berlari ke dalam. Saat di ruang tengah, dia melihat pamannya terbaring tidak bernyawa di dekat perdana menteri dan istrinya.

"Paman... bangunlah!"

Tidak lama polisi datang untuk mengevakuasi korban. Saat akan dibawa, pemuda itu melihat jari tangan perdana menteri yang masih bergerak. Ia menghampirinya. Terlihat perdana menteri yang susah payah membuka matanya.

"Perdana menteri, bertahanlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit."

"Tidak usah, waktuku tidak akan lama lagi."

"Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

"Di dalam laci kamarku, ada dua kotak kecil. Tolong berikan kotak itu pada kedua putriku!"

"Baiklah, aku akan segera mencarinya."

"Tunggu!" ucap perdana menteri menahan langkah pemuda itu.

"Bisakah kau mengabulkan satu lagi permintaan terakhirku?"

"Apa itu?"

"Tolong jaga Alice, putriku. Aku percayakan dia padamu."

Tidak lama perdana menteri menghembuskan napas terakhirnya.

Pemuda itu langsung pergi mencari Alice. Banyak sekali ruangan di rumah itu sampai membuatnya bingung harus mencari keberadaan Alice dimana. Tidak jauh ia berjalan, di pojok kanan terdapat ruang CCTV. Dia pergi untuk melihat CCTV itu. Saat dilihat ternyata Alice berada di ruang bawah tanah. Sebelum bergegas ke sana, pemuda tadi pergi mencari kotak yang dikatakan perdana menteri di kamarnya. Ia membuka setiap laci dan menemukan kotak itu. Entah apa isinya, dia tidak berani membukanya. Pemuda itu berjalan menuju ruang bawah tanah. Sesampainya di sana, ia mengetuk pintu itu. Dari dalam Alice semakin ketakutan. Dia tidak berani untuk membukanya.

"Alice... tolong buka pintunya!" teriak pemuda itu.

"Siapa dan mau apa kau datang kemari?" tanya Alice dari dalam.

"Aku adalah Nevan Abrisam, keponakan dari pengawal perdana menteri."

"Apa kau berkata jujur?" tanya Alice yang masih ragu.

"Sungguh, aku datang untuk menolong mu. Perdana menteri sendiri yang memintaku."

Alice akhirnya membukakan pintu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pemuda itu.

Semua tubuh Alice gemetar. Dia begitu ketakutan. Sejak tadi air matanya terus mengalir.

"Aku sangat takut..." tangis Alice pecah.

Pemuda itu langsung memeluknya. Dia mencoba untuk menenangkan Alice.

"Semua sudah aman, kau tidak perlu takut lagi." ucap pemuda itu.

"Dimana ayah dan ibuku?"

"Polisi sudah menanganinya. Mereka akan segera mengurus pemakamannya."

Saat Alice akan pergi melihat mereka untuk terakhir kalinya, pemuda tadi mencegahnya. Dia tidak mau jika wartawan sampai memotret wajahnya. Tidak ada satupun orang mengenali wajah kedua putri perdana menteri, sekalipun orang terdekatnya. Tidak ada yang tahu seperti apa mereka.

"Ikutlah denganku!"

Pemuda itu membawa Alice ke rumahnya.

Di satu sisi, ibu dari Nevan yang bernama Helga sangat mencemaskannya. Ia sangat sedih setelah mendapat kabar jika adiknya sudah meninggal. Tidak lama Nevan datang.

"Nak, akhirnya kau sudah pulang. Aku sangat mencemaskan mu." ucap sang ibu.

"Maaf ibu, aku terlambat datang ke sana. Paman..."

"Aku sudah tahu, nak. Ibu baru saja melihat berita. Nanti kita datang ke pemakaman pamanmu, ya..." ajak sang ibu.

Tidak lama Alice berjalan masuk.

"Siapa dia?" tanya Helga.

"Ibu tidak mengenalinya?" tanya Nevan balik.

"Ibu tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena dia memakai topeng. Bolehkah aku melihat wajahmu?"

Alice akhirnya membuka topeng itu.

"Kau sangat cantik, nona. Siapa kau sebenarnya?" tanya Helga sambil mengelus-elus pipi Alice.

"Dia begitu cantik," ucap Nevan dalam hati.

"Aku Alice Kanaya, nyonya. Putri kedua perdana menteri.

"Ya ampun..., mimpi apa aku semalam sampai bisa melihat wajahmu seperti ini. Pantas saja perdana menteri menyembunyikan wajahmu. Kau benar-benar sangat cantik," puji Helga.

Helga pergi menyiapkan kamar untuk Alice. Saat tengah malam, Alice terbangun dan duduk di sudut kamar. Dia teringat kembali akan kematian orang tuanya.

***

Kematian perdana menteri sudah tersebar dimana-mana. Mengetahui orang tuanya sudah meninggal, perasaan Beatrice sangat hancur. Ia segera menghubungi Alice.

Saat sedang merebahkan tubuhnya di sofa, Nevan mendengar suara ponsel berdering. Saat dilihat ternyata itu milik Alice. Dia langsung menjawab teleponnya.

"Halo, Alice."

"Halo, nona."

"Siapa ini? Dimana adikku?"

"Apa kau nona Beatrice? Putri pertama perdana menteri?"

"Kenapa malah balik bertanya? Dimana adikku sekarang? Cepat berikan ponselnya pada dia!"

"Maaf, nona. Adikmu sedang tidur. Aku tidak berani membangunkannya."

Nevan memberitahu keadaan Alice pada kakaknya. Mendengar hal itu, Beatrice merasa sangat khawatir. Dalam kondisinya sekarang ini, Alice sangat membutuhkannya. Besok pagi dia akan kembali ke London.

"Tolong jaga adikku sampai aku datang," pinta Beatrice.

"Baiklah, nona. Tanpa kau minta pun aku pasti akan menjaganya."

***

Hari sudah pagi. Helga pergi untuk menyiapkan sarapan. Ia meminta Nevan untuk melihat keadaan Alice. Di kamar, kondisi Alice masih tetap sama. Dia tidur dalam keadaan duduk di sudut kamar. Tidak lama Nevan datang dan membuka tirai kamarnya supaya cahaya mentari masuk.

"Tutup kembali tirai kamarnya!" pinta Alice pelan.

"Kau sudah bangun?" tanya Nevan.

"Aku mohon padamu, tutup kembali tirai kamarnya. Jangan biarkan pagi datang sebelum aku berhasil melewati mimpi buruk ini." ucap Alice dengan suara gemetar.

Langkah Nevan seakan diketahui Alice.

"Jangan mendekat! Tolong pergi dari sini!"

Nevan pergi menemui ibunya di dapur.

"Dimana nona Alice? Apa dia sudah bangun?"

"Dia sepertinya mengalami trauma yang sangat berat ibu. Kondisinya tidak baik-baik saja."

Mendengar hal itu, Helga langsung melihatnya ke kamar.

"Nona, apa aku boleh masuk?"

Tidak ada jawaban dari dalam. Hanya terdengar suara isak tangis.

"Aaaa...!!!" teriakan Alice membuat semua orang terkejut. Helga terpaksa masuk karena khawatir terjadi hal buruk padanya.

"Kau kenapa, nona? Tenanglah! Kau tidak sendiri, aku ada bersamamu."

Alice menatap Helga dalam-dalam.

"Bagaimana aku bisa tenang, mereka membunuh ayah dan ibuku di depan mataku," ucap Alice dengan berlinang air mata. "Apa kesalahan mereka? Kenapa semua ini terjadi di saat hari ulang tahunku? Jika aku tahu akan seperti ini, tidak aku biarkan perayaan ini berlangsung."

Alice memukul dirinya sendiri.

"Sudah cukup, nak. Semua sudah berlalu. Biarkan mereka tenang di sana."

"Aku tidak akan pernah menerima kematian mereka."

Helga merapikan rambut Alice yang berantakan. Sementara di luar kamar, Nevan berdiri mendengar semua percakapan mereka. Dia ikut sedih mendengar cerita Alice.

"Kau tahu, nyonya?" ucap Alice penuh amarah. "Mereka menembak ayah, dan ibuku. Bukan hanya sekali, tapi beberapa peluru mengenai tubuh mereka."

"Sudah cukup! Tidak perlu lagi kau mengingat semua itu." ucap Helga ikut menangis.

"Suara tembakan itu masih terdengar jelas di telingaku," ucap Alice menutup telinganya.

Helga langsung mengambil earphone dan memasangkannya di telinga Alice. Dia memutar sebuah alunan musik yang sangat indah.

"Bagaimana? Kau merasa lebih baik?" tanya Helga . "Jika suara itu kembali, cepat gunakan earphone ini."

Alice hanya mengangguk pelan. Ia terlihat sedikit tenang.

"Aku masih mengantuk, bisakah aku tidur lebih lama?" tanya Alice.

"Tidurlah!"

Alice mulai memejamkan matanya. Helga menyelimutinya dan membelai rambutnya pelan.

"Kau sudah aku anggap sebagai putriku sendiri, nak. Biarkan aku yang akan merawatmu sekarang. Perdana menteri begitu baik pada keluargaku, kini aku akan membalas semua kebaikannya."

Episodes
1 KEMATIAN PERDANA MENTERI
2 PRIA MISTERIUS
3 KEMAMPUAN LUAR BIASA YANG DIMILIKI ALICE
4 TRAUMA ITU MASIH ADA
5 TEMPAT TINGGAL BARU
6 RENCANA ALICE
7 MENJALANKAN RENCANA
8 KEDATANGAN ALEXANDRA
9 BERTEMU PENGASUH LAMA
10 KOTAK RAHASIA
11 TERKUNCI DI RUANG PERPUSTAKAAN
12 MALAIKAT PENOLONG
13 AKSAN ZEESHAN
14 DATANG BERKUNJUNG
15 SARAPAN BERSAMA
16 HUBUNGAN YANG RENGGANG
17 KECELAKAAN YANG MENIMPA ALICE
18 MEREKA AKHIRNYA BERBAIKAN
19 MEMBANTU MENGERJAKAN TUGAS
20 MENUMPAS KASUS PERTAMA
21 MENYELIDIKI KASUS
22 BERBAGAI BUKTI DITEMUKAN
23 TIDAK ADA PILIHAN
24 YOU ARE MY SUNSHINE
25 DIHADANG PREMAN
26 PERGI KE PAMERAN LUKISAN
27 MENGHILANG DARI KAMPUS
28 MAKAN SIANG BERSAMA
29 MEMBUAT KERIBUTAN
30 MENANDATANGANI KONTRAK
31 TERBUKANYA KOTAK MISTERIUS
32 PENERBANGAN MENUJU PARIS
33 BERTEMU PUTRI ALBELLARD
34 PERBINCANGAN ALICE DENGAN RANNA
35 SEBUAH FIRASAT
36 PENGORBANAN TERBESAR ALICE
37 ALICE PERGI UNTUK SELAMANYA
38 LARUT DALAM KESEDIHAN
39 WAJAH LAIN
40 MEMIMPIKAN ALICE
41 MENGAMBIL BUKU DIARY
42 MENCARI PEKERJAAN BARU
43 KEDATANGAN NISAN DI PERUSAHAAN
44 KEMBALINYA ORANG YANG DICINTA
45 MENDAPAT KEBENARAN TENTANG ALICE
46 SEMUA DI LUAR DUGAAN
47 KERJA SAMA DEMI ALICE
48 MENYELIDIKI PELAKU KEJAHATAN
49 KECURIGAAN LEXA PADA KANAYA
50 SEMUA SUDAH JELAS
51 MAHASISWA BARU
52 PERGI KE KAMPUS BERSAMA
Episodes

Updated 52 Episodes

1
KEMATIAN PERDANA MENTERI
2
PRIA MISTERIUS
3
KEMAMPUAN LUAR BIASA YANG DIMILIKI ALICE
4
TRAUMA ITU MASIH ADA
5
TEMPAT TINGGAL BARU
6
RENCANA ALICE
7
MENJALANKAN RENCANA
8
KEDATANGAN ALEXANDRA
9
BERTEMU PENGASUH LAMA
10
KOTAK RAHASIA
11
TERKUNCI DI RUANG PERPUSTAKAAN
12
MALAIKAT PENOLONG
13
AKSAN ZEESHAN
14
DATANG BERKUNJUNG
15
SARAPAN BERSAMA
16
HUBUNGAN YANG RENGGANG
17
KECELAKAAN YANG MENIMPA ALICE
18
MEREKA AKHIRNYA BERBAIKAN
19
MEMBANTU MENGERJAKAN TUGAS
20
MENUMPAS KASUS PERTAMA
21
MENYELIDIKI KASUS
22
BERBAGAI BUKTI DITEMUKAN
23
TIDAK ADA PILIHAN
24
YOU ARE MY SUNSHINE
25
DIHADANG PREMAN
26
PERGI KE PAMERAN LUKISAN
27
MENGHILANG DARI KAMPUS
28
MAKAN SIANG BERSAMA
29
MEMBUAT KERIBUTAN
30
MENANDATANGANI KONTRAK
31
TERBUKANYA KOTAK MISTERIUS
32
PENERBANGAN MENUJU PARIS
33
BERTEMU PUTRI ALBELLARD
34
PERBINCANGAN ALICE DENGAN RANNA
35
SEBUAH FIRASAT
36
PENGORBANAN TERBESAR ALICE
37
ALICE PERGI UNTUK SELAMANYA
38
LARUT DALAM KESEDIHAN
39
WAJAH LAIN
40
MEMIMPIKAN ALICE
41
MENGAMBIL BUKU DIARY
42
MENCARI PEKERJAAN BARU
43
KEDATANGAN NISAN DI PERUSAHAAN
44
KEMBALINYA ORANG YANG DICINTA
45
MENDAPAT KEBENARAN TENTANG ALICE
46
SEMUA DI LUAR DUGAAN
47
KERJA SAMA DEMI ALICE
48
MENYELIDIKI PELAKU KEJAHATAN
49
KECURIGAAN LEXA PADA KANAYA
50
SEMUA SUDAH JELAS
51
MAHASISWA BARU
52
PERGI KE KAMPUS BERSAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!