Sesaat lelaki itu terdiam, bingung. Ia sangat tampan. Hidungnya mancung dan matanya gelap. Sayangnya Elena tidak menyadari ketampanan lelaki itu. Kehidupannya yang terbiasa dihina dan diremehkan membuatnya sulit mengagumi seseorang.
“Dimana ini?” suara lelaki itu berat. Menahan sakit di sekujur tubuh. “Apa yang terjadi?” Lelaki itu mengngat-ingat dengan sulit. “Astaga, kenapa gue nggak inget apa-apa. Ya ampun, bener gue nggak inget apapun. Aaaakh....” Lelaki itu panik sembari mengetuk-ngetuk pelipis dengan genggaman tangannya.
Kepalanya mendongak melihat sebuah besi disodorkan ke arahnya. Elena memegangi besi tersebut dan berkata, “Biar cepet kelar.”
Lelaki itu mengangkat alis tinggi. Benar-benar kelar beneran jika besi itu mengetuk pelipisnya.
“Apa perlu gue bantuin ngetuk pake ini?” lanjut Elena sembari mengayun-ayunkan besi itu.
“Jangan bercanda. Gue serius. Gue sama sekali nggak inget apa-apa. Apa yang udah terjadi sampe gue jadi begini? Dan kenapa gue bisa ada di sini? Ini dimana? Astaga, gue sama sekali nggak tahu siapa diri gue sebenernya? Kenapa gue nggak inget apapun. Gue ini siapa?” lelaki itu mengulang-ulang pertanyaan yang sama.
Tak ada jawaban. Lelaki itu menoleh. Elena sudah berjalan menjauhinya. Menapaki jalan setapak.
Mau kemana dia? Pikir lelaki itu. Ia baru menangkap maksud perkataan Elena tadi, bahwa Elena adalah orang yang menyelamatkannya, menyeretnya dari sungai. Ia bangkit berdiri kemudian berlari mengejar Elena. Sepatu yang hanya tinggal sebelah itu dikibaskannya hingga terlepas dan terpelanting. Kakinya berjingkat, kesakitan menginjak tanah tanpa alas kaki.
“Mbak, dek, non, siapalah, lo siapa, sih?” tanya lelaki itu ketika sudah berada di belakang Elena.
“Elena,” singkatnya datar.
“Ooh… Elena,” ulang lelaki itu lirih. Sesekali ia meringis menahan sakit di telapak kaki. “Emangnya apa yang terjadi sama gue?”
Pertanyaan itu membuat Elena menghentikan langkah dan menoleh. Menatap tajam. “Lo yang punya badan, kenapa tanya ke gue?”
“Galak banget, sih? Sori, apa lo marah gara-gara sikap gue tadi?” lirih lelaki itu dengan wajah menunduk, takut kena sembur lagi.
“Ya,” tegas Elena tambah kesal. Kemudian berjalan lagi.
Lelaki itu mengikuti. “Mbak, eh Elena, sorry kalo gue tadi sempet bikin lo sebel. Tapi itu murni gara-gara gue kaget. Begitu bangun, yang pertama gue liat kayak orang gila gitu.”
Elena kembali berhenti. Melotot.
Lelaki itu gelagapan. Tak menyangka kata-katanya justru memancing kemarahan baru.
“Sorry sorry… Gua salah lagi?” Lelaki itu mengangkat dua jari. Minta maaf. Menahan senyum.
“Gue memang kayak orang gila. Tapi otak gue waras. Nggak miring kayak elo,” celetuk Elena semakin kesal. Kemudian berjalan lagi.
Lelaki itu kembali mengikuti.
“Gue tadi kaget aja, begitu bangun ada yang pegang-pegang tangan gue.” Lelaki itu memberi penjelasan.
“Otak lo aja yang mesum.”
Lelaki itu malah tersenyum tipis memahami kemarahan Elena.
“Apa lo nggak ada tujuan laen? Ngapain ngikutin gue mulu?” tanya Elena masih dengan nada kesal.
“Justru itu yang nggak gue tau. Gue mau kemana? Mau ngapain? Tujuan gue apa? Dan terakhir, apa sebenarnya yang terjadi sama gue?” lelaki itu mengetuk-ngetuk pelipis dengan telunjuk jari. “Ini dimana? Kenapa gue bisa ada di sini?”
Elena melirik wajah kebingungan yang sedang berpikir keras itu.
“Siapa nama lo?” tanya Elena kemudian.
“Mm… Nama gue… Siapa ya?” lelaki itu mengingat-ingat. Dia bahkan lupa dengan namanya sendiri.
“Heh… Jelas lo yang gila. Nama sendiri pun nggak inget.” Elena mencibir.
“Lo masih marah? Maaf. Tapi serius, gue nggak inget apa-apa.”
Elena kini sadar sepenuhnya bahwa lelaki di hadapannya itu telah kehilangan ingatannya. Barang kali kepalanya terantuk batu ketika dia hanyut di sungai, atau terlalu lama kepalanya itu terendam air, hingga akhirnya sampai jadi hilang ingatan. Elena **** senyum membayangkan apa yang dipikirkannya.
Tbc
Eng ing eng… ketemu lagi sama aku, emma shu.
Kali ini aku bawain cerita yang berbeda dari cerita lainnya. Kalau tentang CEO ganteng, cowok tajir melintir, atau presdir keturunan orang terkaya se-Indonesia itu udah biasa, dan memang udah booming di dunia maya kebanyakan mengisahkan makhluk terkaya yang nggak ada duanya.
Nah, cerita yng ini boleh diikuti, kalau nggak baper, jangan panggil aku emma shu, panggil aja emma imut. Wk wk wk…
Jangan lupa masukin ke favorit dan tombol like-nya jangan dianggurin, kasihan pencipta aplikasinya udah capek-capek bikin itu tombol tapi Cuma dicuekin. Manfaatin yah!
Jangan lupa juga baca ceritaku yang berjudul PACARKU DOSEN,
itu cerita paling menguras tenagaku.
buset ceritanya seru banget pokoknya, jangan sampe ketinggalan baca. Rugiiiii***!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Dewi Farida
ok langsung dipencet tombol love nya
2022-01-20
0
Dewi Sartika Ayu
Thor.....ini saya lanjut baca karya mu yang ke 3
2021-09-23
0
Ashika ruhab
suka alur ceritanya... langsung favorit Dech...👍😍😍
2021-08-27
0