One Night Stand With CEO

One Night Stand With CEO

Kejadian menyakitkan

"Ughhh… "

Alena Zora Abraham, gadis 18 tahun itu perlahan bangun dari tidurnya, ia merasakan sakit di kepala yang sangat menusuk. Tubuhnya terasa remuk redam seperti habis dilindas mobil. Ketidaknyamanan pada tubuhnya, membuat gadis itu mengerinyit bingung.

"Kepalaku sakit sekali? " keluh gadis itu, memegang kepala yang terasa berdenyut. Menekan kuat untuk mengurangi rasa sakitnya.

"Apa yang terjadi padaku?" Alena bertanya-tanya, hingga ia menyadari jika tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.

Alena menoleh, ia menutup mulutnya yang terbuka dengan sebelah tangan. Wajah gadis itu pucat pasi menatap punggung kekar seorang pria yang berbaring membelakanginya.

Ternyata bukan mimpi!

Alena berusaha mengingat kejadian sebelumnya, ia diajak oleh Disha menghadiri pesta ulang tahun kekasihnya yang diadakan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta.

"Maaf! saya tidak bisa minum alkohol, " tolak Alena mendorong pelan sebuah gelas yang diberikan seorang pelayan.

Dari kejauhan seorang pria datang dengan membawa segelas jus jeruk dan memberikan pada Alena.

"Aku punya jus jeruk, apa kau mau? " meskipun merasa ragu, Alena tetap menerima pemberian pria itu.

Apa jus itu bermasalah?

Tidak! mana mungkin pria itu yang melakukannya? bahkan Alena tidak mengenal siapa pria itu.

Alena menggertakkan giginya dengan tangan terkepal ia segera turun dari ranjang. Ia memungut pakaian dan memakainya dengan cepat. Ia pun berjalan mengendap-endap keluar dari kamar hotel itu, tanpa membangunkan pria yang entah seperti apa wajahnya.

Sesampainya di rumah, Alena di sambut oleh sang ayah yang duduk di sofa ruang tamu.

Matanya berkilat marah menatap pada Alena yang baru tiba.

"Dari Mana kau semalam? "

Mendengar pertanyaan ayahnya, Alena kembali mengingat kejadian itu, bibirnya tertutup rapat, tidak tau harus menjawab apa.

"Aku menginap di rumah teman, " jawab Alena asal. Meremas kedua tangannya yang terasa dingin.

Brakkk…

"Apa ini? " Abraham melempar beberapa lembar foto ke atas meja.

"Ini tidak seperti yang ayah pikirkan, " ucap Alena terbata dan bergetar saat melihat foto dirinya tidur bersama seorang pria.

"Memangnya apa yang kupikirkan? " tantang Abraham, berjalan mendekati Alena.

"Apa kesalahan ku Alena? sehingga kau mencoreng arang di wajah tua ini, " Ayah mengguncang tubuh lemah Alena yang sudah berurai air mata.

"Ayah, maafkan aku! Tapi ini semua tidak benar. Aku di jebak oleh seseorang, " ungkap Alena di sela tangisnya. Berusaha meraih sebelah tangan Abraham meyakinkan pria itu.

"Siapa yang sudah menjebakmu? " bibir Alena terkatup rapat sembari menggeleng lemah. Ia sendiri tidak tau siapa yang sudah menjebaknya. Alena tidak bisa mengingat apapun tentang kejadian tadi malam, ia sendiri kaget melihat keadaannya yang terbangun dalam sebuah kamar bersama seorang pria.

"Ale! Kau sudah pulang? " Alena yang di panggil mendongak menatap kakak tirinya yang tergesa-gesa menuruni anak tangga.

"Apa kau baik-baik saja? " tanya Disha merasa khawatir. "Semalam aku kebingungan mencari keberadaan mu. Aku pikir kau sudah kembali lebih dulu, makanya aku memutuskan untuk pulang! " ungkapnya mengulas seutas senyum.

Senyum yang membuat Alena begitu muak. Bagaimana tidak, nada bicara Disha sangat lembut sangat berbeda ketika dibelakang Abraham.

"Apa kau sengaja meninggalkan ku? " tuding Alena sengit.

"Apa yang kau katakan? aku tidak mengerti, " sela Disha dengan wajah bingung.

"Ayah,aku tidak melakukan apa yang Alena katakan.Tidak mungkin aku berbuat sekejam itu pada Alena yang ku anggap seperti adik kandung ku sendiri," ungkap Disha, matanya sudah berkaca-kaca menatap memohon pada Abraham, berharap pria itu percaya.

"Tidak perlu memasang tampang palsumu itu, ayah akan tetap percaya," sarkasme Alena, yang langsung mendapatkan hadiah tamparan dari sang ayah.

"Selain murahan, sekarang kau juga menjadi anak yang kurang ajar, " hardik Abraham kuat.

"Ayah menamparku? demi membela anak tirimu itu? " tanya Alena tak percaya, memegang pipinya yang terasa panas dan mungkin menyisakan bekas merah. Untuk pertama kalinya Alena mendapatkan tamparan dari Abraham seumur hidup. Air mata yang tadinya mulai berhenti kembali mengucur deras.

"Aku kecewa pada, Ayah! " ucap Alena lirih disela tangisnya.

"Aku lebih kecewa padamu. Mulai hari ini kau angkat kaki dari rumah ini, kau bukan lagi anakku, " ucap Abraham menggelegar. Mukanya merah padam menatap marah pada putrinya.

Alena tertegun, rasa perih di pipinya dikalahkan oleh rasa sakit dalam hati gadis itu mendengar perkataan yang dilontarkan sang ayah.

"Ayah mengusir dan memutuskan hubungan darah dengan ku karena hal ini? " tanya Alena diiringi tawa cemooh di ujung kalimatnya. Mengejek nasibnya sendiri yang begitu malang.

"Apa ayah tidak ingin mendengarkan penjelasan ku lebih dulu? " tanya Alena mengiba menggantung secercah harapannya pada Abraham.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, sekarang keluar dari rumahku, " Alena tidak lagi menjawab.

Ia segera berbalik badan, melangkah gontai keluar dari rumah yang menyimpan sejuta kenangan kebersamaan mereka.

*

*

"Aku dimana? " perlahan kesadaran Alena kembali. Memiringkan kepalanya ke kiri, terlihat dua orang yang tidak dikenalinya tengah berbincang.

"Kau sudah bangun, Nak? " tanya seorang pria paruh baya ketika sudah berdiri disamping ranjang Alena bersama sang istri.

"Kalian siapa? " tanya Alena bingung.

"Saya Harrison, dan ini istri saya namanya Sania! " jawab pria itu memperkenalkan diri.

"Nama kamu siapa, Nak? " tanya Sania lembut seraya tersenyum hangat. Tanpa sadar bibir pucat Alena ikut tertarik sedikit. Melihat wanita itu membuat Alena teringat pada almarhumah ibunya.

"Saya Alena, " jawab Alena lirih. Tubuhnya terasa begitu lemah.

"Nama yang cantik seperti orangnya, " meskipun penampilannya acak-acakan, hal itu tidak menutupi kecantikan natural yang Alena miliki.

"Maafkan kami! yang sudah membuatmu celaka, " ungkap Sania penuh penyesalan.

"Oh iya, rumah kamu dimana biar kami antar pulang, sekalian minta maaf sama orang tua kamu! " mendengar penuturan wanita paruh baya itu membuat Alena terdiam, perlahan ia menggeleng kepalanya.

"Saya tidak punya rumah dan orang tua, " jawab Alena lirih, tanpa sadar cairan bening itu mengalir disudut matanya.

Hati Sania terenyuh, matanya ikut berkaca-kaca. Ia bisa melihat kesedihan mendalam dimata Alena. Sania menoleh pada Harrison seolah bertanya, dan pria itu pun langsung mengangguk setuju.

"Apa kamu mau tinggal bersama kami? " dengan ragu-ragu Alena mengangguk. Dia sendiri juga tidak tau mau kemana.

Setalah hari itu Alena tinggal bersama Harrison dan Sania. Mereka sangat bahagia, Sania dan Harrison seolah mendapatkan anak yang selama ini mereka dambakan, sedangkan Alena menemukan orang tua baru yang sangat menyayanginya.

"Tidak! ini tidak mungkin! " jerit Alena frustasi, tubuhnya bergetar serta wajah yang basah oleh air mata.Ia menatap nanar pada benda tersebut.

*

*

To be continue..

Terpopuler

Comments

⏤͟͟͞R ƈϵ˪͠˪ἰͷ͜ϵᏦ͢ᮉ᳟⒋ⷨ͢⚤

⏤͟͟͞R ƈϵ˪͠˪ἰͷ͜ϵᏦ͢ᮉ᳟⒋ⷨ͢⚤

duh si bapak rupanya ringan tangan juga /Speechless//Speechless/

2024-01-29

1

𝐀⃝🥀𝗕𝗘𝗥𝗥𝗬✰͜͡v᭄ᵉᶜ✿ₕᵢₐₜᵤₛ

𝐀⃝🥀𝗕𝗘𝗥𝗥𝗬✰͜͡v᭄ᵉᶜ✿ₕᵢₐₜᵤₛ

kasian bangett km udh di usir sama ortu sendiri

2024-01-28

0

𝐒𝐄𝐍𝐆𝐊𝐔𝐍𝐈😏

𝐒𝐄𝐍𝐆𝐊𝐔𝐍𝐈😏

bagus... drama komplit.

2024-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!