NovelToon NovelToon

One Night Stand With CEO

Kejadian menyakitkan

"Ughhh… "

Alena Zora Abraham, gadis 18 tahun itu perlahan bangun dari tidurnya, ia merasakan sakit di kepala yang sangat menusuk. Tubuhnya terasa remuk redam seperti habis dilindas mobil. Ketidaknyamanan pada tubuhnya, membuat gadis itu mengerinyit bingung.

"Kepalaku sakit sekali? " keluh gadis itu, memegang kepala yang terasa berdenyut. Menekan kuat untuk mengurangi rasa sakitnya.

"Apa yang terjadi padaku?" Alena bertanya-tanya, hingga ia menyadari jika tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.

Alena menoleh, ia menutup mulutnya yang terbuka dengan sebelah tangan. Wajah gadis itu pucat pasi menatap punggung kekar seorang pria yang berbaring membelakanginya.

Ternyata bukan mimpi!

Alena berusaha mengingat kejadian sebelumnya, ia diajak oleh Disha menghadiri pesta ulang tahun kekasihnya yang diadakan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta.

"Maaf! saya tidak bisa minum alkohol, " tolak Alena mendorong pelan sebuah gelas yang diberikan seorang pelayan.

Dari kejauhan seorang pria datang dengan membawa segelas jus jeruk dan memberikan pada Alena.

"Aku punya jus jeruk, apa kau mau? " meskipun merasa ragu, Alena tetap menerima pemberian pria itu.

Apa jus itu bermasalah?

Tidak! mana mungkin pria itu yang melakukannya? bahkan Alena tidak mengenal siapa pria itu.

Alena menggertakkan giginya dengan tangan terkepal ia segera turun dari ranjang. Ia memungut pakaian dan memakainya dengan cepat. Ia pun berjalan mengendap-endap keluar dari kamar hotel itu, tanpa membangunkan pria yang entah seperti apa wajahnya.

Sesampainya di rumah, Alena di sambut oleh sang ayah yang duduk di sofa ruang tamu.

Matanya berkilat marah menatap pada Alena yang baru tiba.

"Dari Mana kau semalam? "

Mendengar pertanyaan ayahnya, Alena kembali mengingat kejadian itu, bibirnya tertutup rapat, tidak tau harus menjawab apa.

"Aku menginap di rumah teman, " jawab Alena asal. Meremas kedua tangannya yang terasa dingin.

Brakkk…

"Apa ini? " Abraham melempar beberapa lembar foto ke atas meja.

"Ini tidak seperti yang ayah pikirkan, " ucap Alena terbata dan bergetar saat melihat foto dirinya tidur bersama seorang pria.

"Memangnya apa yang kupikirkan? " tantang Abraham, berjalan mendekati Alena.

"Apa kesalahan ku Alena? sehingga kau mencoreng arang di wajah tua ini, " Ayah mengguncang tubuh lemah Alena yang sudah berurai air mata.

"Ayah, maafkan aku! Tapi ini semua tidak benar. Aku di jebak oleh seseorang, " ungkap Alena di sela tangisnya. Berusaha meraih sebelah tangan Abraham meyakinkan pria itu.

"Siapa yang sudah menjebakmu? " bibir Alena terkatup rapat sembari menggeleng lemah. Ia sendiri tidak tau siapa yang sudah menjebaknya. Alena tidak bisa mengingat apapun tentang kejadian tadi malam, ia sendiri kaget melihat keadaannya yang terbangun dalam sebuah kamar bersama seorang pria.

"Ale! Kau sudah pulang? " Alena yang di panggil mendongak menatap kakak tirinya yang tergesa-gesa menuruni anak tangga.

"Apa kau baik-baik saja? " tanya Disha merasa khawatir. "Semalam aku kebingungan mencari keberadaan mu. Aku pikir kau sudah kembali lebih dulu, makanya aku memutuskan untuk pulang! " ungkapnya mengulas seutas senyum.

Senyum yang membuat Alena begitu muak. Bagaimana tidak, nada bicara Disha sangat lembut sangat berbeda ketika dibelakang Abraham.

"Apa kau sengaja meninggalkan ku? " tuding Alena sengit.

"Apa yang kau katakan? aku tidak mengerti, " sela Disha dengan wajah bingung.

"Ayah,aku tidak melakukan apa yang Alena katakan.Tidak mungkin aku berbuat sekejam itu pada Alena yang ku anggap seperti adik kandung ku sendiri," ungkap Disha, matanya sudah berkaca-kaca menatap memohon pada Abraham, berharap pria itu percaya.

"Tidak perlu memasang tampang palsumu itu, ayah akan tetap percaya," sarkasme Alena, yang langsung mendapatkan hadiah tamparan dari sang ayah.

"Selain murahan, sekarang kau juga menjadi anak yang kurang ajar, " hardik Abraham kuat.

"Ayah menamparku? demi membela anak tirimu itu? " tanya Alena tak percaya, memegang pipinya yang terasa panas dan mungkin menyisakan bekas merah. Untuk pertama kalinya Alena mendapatkan tamparan dari Abraham seumur hidup. Air mata yang tadinya mulai berhenti kembali mengucur deras.

"Aku kecewa pada, Ayah! " ucap Alena lirih disela tangisnya.

"Aku lebih kecewa padamu. Mulai hari ini kau angkat kaki dari rumah ini, kau bukan lagi anakku, " ucap Abraham menggelegar. Mukanya merah padam menatap marah pada putrinya.

Alena tertegun, rasa perih di pipinya dikalahkan oleh rasa sakit dalam hati gadis itu mendengar perkataan yang dilontarkan sang ayah.

"Ayah mengusir dan memutuskan hubungan darah dengan ku karena hal ini? " tanya Alena diiringi tawa cemooh di ujung kalimatnya. Mengejek nasibnya sendiri yang begitu malang.

"Apa ayah tidak ingin mendengarkan penjelasan ku lebih dulu? " tanya Alena mengiba menggantung secercah harapannya pada Abraham.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, sekarang keluar dari rumahku, " Alena tidak lagi menjawab.

Ia segera berbalik badan, melangkah gontai keluar dari rumah yang menyimpan sejuta kenangan kebersamaan mereka.

*

*

"Aku dimana? " perlahan kesadaran Alena kembali. Memiringkan kepalanya ke kiri, terlihat dua orang yang tidak dikenalinya tengah berbincang.

"Kau sudah bangun, Nak? " tanya seorang pria paruh baya ketika sudah berdiri disamping ranjang Alena bersama sang istri.

"Kalian siapa? " tanya Alena bingung.

"Saya Harrison, dan ini istri saya namanya Sania! " jawab pria itu memperkenalkan diri.

"Nama kamu siapa, Nak? " tanya Sania lembut seraya tersenyum hangat. Tanpa sadar bibir pucat Alena ikut tertarik sedikit. Melihat wanita itu membuat Alena teringat pada almarhumah ibunya.

"Saya Alena, " jawab Alena lirih. Tubuhnya terasa begitu lemah.

"Nama yang cantik seperti orangnya, " meskipun penampilannya acak-acakan, hal itu tidak menutupi kecantikan natural yang Alena miliki.

"Maafkan kami! yang sudah membuatmu celaka, " ungkap Sania penuh penyesalan.

"Oh iya, rumah kamu dimana biar kami antar pulang, sekalian minta maaf sama orang tua kamu! " mendengar penuturan wanita paruh baya itu membuat Alena terdiam, perlahan ia menggeleng kepalanya.

"Saya tidak punya rumah dan orang tua, " jawab Alena lirih, tanpa sadar cairan bening itu mengalir disudut matanya.

Hati Sania terenyuh, matanya ikut berkaca-kaca. Ia bisa melihat kesedihan mendalam dimata Alena. Sania menoleh pada Harrison seolah bertanya, dan pria itu pun langsung mengangguk setuju.

"Apa kamu mau tinggal bersama kami? " dengan ragu-ragu Alena mengangguk. Dia sendiri juga tidak tau mau kemana.

Setalah hari itu Alena tinggal bersama Harrison dan Sania. Mereka sangat bahagia, Sania dan Harrison seolah mendapatkan anak yang selama ini mereka dambakan, sedangkan Alena menemukan orang tua baru yang sangat menyayanginya.

"Tidak! ini tidak mungkin! " jerit Alena frustasi, tubuhnya bergetar serta wajah yang basah oleh air mata.Ia menatap nanar pada benda tersebut.

*

*

To be continue..

Bertemu

Lima tahun kemudian di bandara ibu kota Jakarta.

Seorang wanita cantik turun dari pesawat dan langsung mencuri perhatian orang yang ada di sana.

Memakai dress selutut, rambut hitamnya sengaja di gerai dan kaca mata hitam bertengger indah di hidung mancung wanita itu. Tapi yang lebih menarik lagi, seorang bocah tampan yang ia gandeng, berjalan dengan gagah di sampingnya.

"Alena! " pekik seseorang saat menyadari kehadiran wanita cantik itu.

Alena tersenyum lebar sembari merentangkan kedua tangannya, menyambut sang sahabat yang berlari ke arahnya.

"Aku kangen banget, " sungut Freya ketika sudah berhasil memeluk tubuh Alena.

"Uluh-uluh..Lo terlalu lebay, " cibir Alena terkikik geli melihat bibir gadis itu yang mengerucut lucu.

"Sayang, salim dulu sama Aunty! " seru Alena seraya melerai pelukannya, merendahkan pandangan pada bocah tampan itu.

"Halo aunty FLeya, " sapa Arsha mencium punggung tangan gadis yang ia panggil aunty tersebut.

"Freya sayang, bukan Fleya! " protes gadis itu, mengacak rambut Arsha.

"Aiiss.. Jangan di lusak, nanti gak tampan lagi sepelti Daddy, " keluh bocah kecil itu, membuat semua orang tertawa.

"Pa, aku pulang sama Freya. Papa sama Mama duluan, gak masalah kan? " tanya Alena, memutar badan menatap orang tuanya.

"Tidak apa, kamu hati-hati! " sahut mama, mengusap lembut sebelah lengan Alena. Kemudian ia melangkah menuju sebuah mobil yang tidak jauh dari sana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Hei.. Kalau jalan pakai mata! " marah seorang pria pada bocah yang menabraknya.

"Kalau jalan pakai kaki, kalau mata gunanya untuk melihat! dasal bodoh! " maki Arsha dengan berani. Ia mengabaikan es krim miliknya yang sudah menyatu dengan lantai mall.

"Kau? " pekik Ezra marah, ia tak terima dihina oleh bocah ingusan tersebut.

"Tunggu Ez! " Cakra menahan tangan Ezra yang ingin menarik lengan bocah itu.

"Anak ini__," Cakra menatap Arsha dan Ezra bergantian.

"Kalian kembar, " bisik Cakra, sontak membuat Ezra tertawa.

Cakra mengabaikan tawa Ezra, ia masih mengamati wajah tampan bocah itu dengan seksama. Mata, hidung bahkan alisnya mirip dengan Ezra, hanya saja bocah itu lebih tampan di banding pria dewasa yang bersamanya.

"Jangan ngaco! Itu tidak mungkin. Aku hanya sekali meniduri wanita seumur hidupku, dan kau tau jelas siapa dia. " Ujar Ezra yakin.

"Bisa jadi anak ini hasil malam itu, " celetuk Cakra asal.

*

*

"Frey! Arsha mana? " tanya Alena, ia yang sibuk membahas pekerjaan tersentak begitu menyadari anaknya tidak ada lagi di sana.

"Hah! "

"Arsha gak ada! " pekik Alena panik, ia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan dan tak menemukan Arsha. Segera ia bangkit dengan tergesa kemudian berlari keluar dari restoran.

Alena berlari di dalam kerumunan pengunjung mall, matanya bergerak gelisah mencari keberadaan sang buah hati. Bibir bawahnya ia gigit panik sembari bertanya pada pengunjung mall dengan memperlihatkan foto Arsha di ponselnya.

"Ale, gue ke pusat informasi dan lo nyari Arsha di sekitar sini! " usul Freya, lalu ia beranjak meninggalkan Alena.

"Arsha!" panggil Alena lagi berteriak. Wanita itu sudah tidak bisa berpikir jernih. Bibirnya bergetar dan air mata mulai membanjiri pipinya.

Banyak pasang mata yang menatap aneh pada wanita itu, tapi ia tidak peduli. Pikirannya berkecamuk.

"Arsha! " pekik Alena saat dari kejauhan ia melihat siulet yang mirip putranya. Ia segera berlari kencang tanpa peduli pada kemarahan orang-orang yang terusik karena ulahnya.

"Arsha, " Alena langsung menyambar tubuh kecil itu, menarik Arsha ke dalam pelukannya. Tak henti-hentinya Alena mencium seluruh wajah anaknya. Hingga sebuah suara deheman menyertakan wanita itu.

Pandangan yang semula tertuju pada sang anak, perlahan beranjak naik melihat sosok yang menjulang tinggi di hadapan mereka.

"Kau? " pekik Ezra terkejut. Wanita yang selama ini ia cari berdiri di hadapannya. Wanita yang berhasil mencuri hatinya hanya lewat foto dan hubungan satu malam itu.

"Anda mengenal saya? " tanya Alena heran menunjuk dirinya sendiri.

"Kau wanita yang bersama ku 5 tahun lalu di Mastreo Hotel, " ungkap pria itu dengan kebahagiaan yang membuncah. Namun Alena malah tertawa menciptakan banyak pertanyaan di benak Ezra.

Alena menggeleng tidak percaya. Meskipun ia sedikit terkejut saat pria itu mengatakan nama hotel yang sama dengan kejadian malam itu. Ia tidak bisa percaya begitu saja, toh hanya nama hotel.

"Maaf, anda salah orang! " ujar Alena di sisa-sisa tawanya. Ia menarik tangan mungil itu untuk segera pergi dari sana.

"No, kau adalah wanita malam itu. " Ezra langsung memeluk tubuh Alena yang sudah berbalik. Biarlah ia dikatakan pria bajingan karena sudah memeluk orang sembarangan, Ezra hanya ingin memastikan satu hal. Mata Ezra sesaat terpejam menghirup aroma tubuh wanita itu yang sangat ia rindukan. Wangi yang masih sama seperti lima tahun lalu.

"Kurang ajar! " hardik Alena melayangkan sebuah tamparan pada pria itu.

"Apa anda Daddy ku? " tanya Arsha berbalik dan berdiri disamping Ezra. Mata kecil itu menatap lekat pada pria tinggi tersebut. Sorot mata tajam Arsha perlahan melembut tergantikan dengan tatapan kerinduan.

"Ya, " jawab Ezra asal. Padahal dia sendiri belum yakin kalau bocah itu adalah anaknya, bisa jadi anak itu adalah putra wanita tersebut dengan suaminya. Tapi saat menatap wajah tampan itu, ada rasa aneh yang menyusup di relung hati Ezra.

"Bukan! Daddy Arsha masih bekerja jauh dan belum kembali, " sanggah Alena, kembali meraih tangan Arsha tapi kalah cepat dengan gerakan Ezra yang meraup tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

Nyaman. Itulah yang Arsha rasakan. Mata bocah tampan itu terpejam meresapi pelukan seorang ayah yang ia rindukan selama ini.

Alena yang menyaksikan hal itu sontak saja membuat matanya berkaca-kaca, namun dengan cepat ia menguasai diri kembali. Ia tahu Arsha merindukan sosok ayah, tapi Alena tidak ingin pria asing itu memberikan harapan palsu dan menyakiti hati anaknya.

"Ayo sayang! " ajak Alena lembut seraya mengusap sudut matanya yang berair.

Dengan berat hati Arsha pun mengurangi pelukannya, mendekatkan wajahnya pada telinga pria itu. "Anda halus bisa membuktikan kalau kau adalah Daddyku, " bisik Arsha di telinga pria itu.

"Pasti, Daddy janji padamu, boy! " sahut Ezra mantap. Hatinya kian menghangat memanggil dirinya sendiri dengan sebutan daddy.

"Kali ini kau bisa bebas dariku, tapi tidak lain kali. Aku yakin Arsha adalah anak ku, dan aku akan membuktikan hal itu. " Ancaman Ezra tegas dan dingin. Ia harus tetap terlihat cool di hadapan wanita yang diam-diam dia cintai selama ini.

"Selidiki tentang wanita itu Cakra! dan segera lakukan tes DNA! " titah Ezra dingin. Matanya menatap lurus pada sepasang ibu dan anak tersebut.

*

*

Tbc.

Ajakan menikah

❌NO BOOM LIKE❗❗

...~Happy Reading~...

Waktu terus bergulir dan Alena menjalani hidupnya dengan tenang tanpa ada gangguan dari pria yang ia temui seminggu yang lalu. 

"Mom, apa hali ini kau akan mengantalkan Arsha ke sekolah? " menengadah pada Alena yang tengah memasukkan bekalnya.

Alena memaksakan senyum dengan wajah murung. "Mommy ada meeting pagi ini, Arsha berangkat diantar sama grandpa aja ya, " ucap Alena sedih. Karena kesibukan menjalankan perusahaan orang tuanya membuat Alena tidak memiliki banyak waktu untuk Arsha. 

"Kau bisa mengantar Arsha, biar Freya saja yang menghadiri meetingnya! " usul papa menimpali obrolan anak dan cucunya. 

"No! Alsha sama glandpa saja, " tolak Arsha semangat. Tidak seperti biasanya yang akan merajuk saat Alena tidak bisa mengantar. 

"Apa kau menyembunyikan sesuatu dari mommy, Boy? " tanya Alena dengan mata memicing, menatap curiga pada bocah kecil itu. 

"Tidak! " jawab Arsha seraya menggeleng cepat. 

"Alsha tidak ingin membuat mommy capek. Jadi, ibunda latu bisa bekelja dengan tenang! " lanjut Arsha tersenyum lebar. Ia terpaksa berbohong pada Alena karena ia tidak ingin membuat wanita itu marah saat mengetahui dirinya sering bertemu Ezra saat disekolah.

"Baiklah, " ucap Alena akhirnya. 

"Ma, Pa. Aku berangkat dulu! " Alena mencium punggung tangan kedua orang tuanya, kemudian beralih pada Arsha yang tengah melahap sarapan.

"Mommy berangkat dulu, jangan nakal, jangan berkelahi, jangan jajan sembarangan, ja__."

"Jangan mau di bawa olang asing, " potong Arsha yang sudah hafal pesan Alena setiap harinya. 

"Good, Boy! " Alena melabuhkan kecupan di kening dan kedua pipi Arsha, sebelum berlalu.

Setibanya Alena di kantor, ia langsung di sambut oleh Freya sahabat sekaligus orang kepercayaannya di perusahaan. 

"Hari ini kita ada pertemuan dengan pemilik AM Corporation di resto XX , " kata Freya mulai membacakan agenda Alena pagi ini. 

"Baiklah, " sahut Alena singkat. Ia mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang ia geluti. 

*

*

"Bagaimana? " tanya Ezra yang duduk di kursi belakang kemudi. 

"Nama lengkapnya Alena Zora Harrison, dia menjadi direktur utama di perusahaan Harrison semenjak 2 tahun yang lalu. Dan baru kembali ke tanah air minggu kemarin, " ungkap Cakra menjelaskan. 

"Tunggu! Bukankah Tuan Harrison tidak memiliki anak, ya? " Ezra mengangkat sebelah tangannya agar Cakra berhenti sejenak membaca data diri Alena. Keningnya berkerut dalam, berbagai pertanyaan muncul di benak pria itu.

Tuan Harrison merupakan salah satu rekan bisnis Ezra, bukan rahasia umum lagi kalau pernikahan keduanya tidak dikaruniai keturunan selama ini.

"Ini yang masih menjadi tanda tanya dan dalam penyelidikan orang kita, satu yang pasti entah itu keturunan Harrison ataupun yang lain, wanita itu adalah orang yang sama denganmu lima tahun yang lalu. "

Ezra mengangguk membenarkan, tak lama kemudian mobil yang membawa Ezra berhenti didepan sebuah taman kanak-kanak.

"Arsha, " panggil Ezra, ia segera keluar dari dalam mobil saat melihat Arsha keluar dari kelasnya.

"Daddy, " pekik Arsha berlari memeluk pria yang ia anggap sebagai ayahnya. 

Ezra tersenyum memeluk erat bocah yang ada dalam dekapannya. Ia tidak ingin kehilangan kebahagiaan ini. Ia sudah mempunyai bukti yang akurat, yaitu hasil tes DNA yang membuktikan Arsha adalah putra kandungnya. 

*

*

"Selamat datang Nona Freya dan__, " Ezra sengaja menggantung kalimatnya. Sedikit memiringkan kepalanya melirik Alena yang menunduk menatap layar ponsel.

"Alena! namanya Alena Zora, dia adalah atasan saya! " sela Freya memperkenalkan Alena. Ia menyikut lengan Alena agar wanita itu menyadari siapa yang datang

"Hallo calon istriku! " mendengar panggilan aneh tersebut membuat Alena mendongak.

Ia sangat terkejut melihat sosok pria yang berdiri didepannya.

"Kau! " pekik Alena. Ezra mengangguk seraya mengulas senyum.

"Klien kita ini? " tanya Alena beralih menatap Freya, sedangkan tangannya menunjuk pada Ezra. 

Freya hanya mengangguk lemah, ia tidak bisa mencerna situasi apa yang tengah terjadi. Kenapa klien mereka mengatakan Alena calon istrinya, apa diam diam Alena menjalin hubungan dengan pria itu tanpa sepengetahuannya.

"Mommy," belum hilang rasa terkejut Alena, kini ia kembali shock melihat putranya juga ada di sana.

"Sayang, kok kamu ada disini! " tanya Alena ketika Arsha sudah berdiri didekatnya.

Alena mengikuti kemana arah mata Arsha, sejenak pandangan mereka beradu. Alena segera membuang muka ke lain arah, enggan bersitatap terlalu lama dengan pria itu.

"Kau menculik anakku? " tuding Alena sengit.

"Anak kita Sayang! " Alena mendengus sebal, berbicara dengan Ezra selalu membuatnya emosi.

Freya menatap lekat wajah Ezra kemudian beralih pada Arsha yang berdiri di samping pria itu, matanya membulat sempurna saat menyadari kemiripan mereka. 

"Ale, jangan bilang dia pria asing malam itu? " tanya Freya tanpa mengalihkan pandangannya dari objek menakjubkan itu. 

"Aku tidak tau, " cicit Alena.

"Tebakan anda tepat sekali Nona, " jawab Ezra tersenyum lima jari. Ia bahkan mengabaikan tatapan tajam Alena yang terus menghujam dirinya. 

"Kita kesini untuk meeting bukan membahas hal yang tidak penting seperti ini, " ketus Alena sembari duduk di tempat semula.

"Biar Freya sama Cakra aja ya meeting, kita harus menyelesaikan masalah kita! " ujar Ezra dingin. Ia harus bergerak cepat sebelum Alena menghilang lagi.

Menyeret wanita itu menuju salah satu ruang VIP yang ada di restoran tersebut.

"Lihat ini! " titah Ezra tegas, ia menyodorkan sebuah map ke hadapan Alena. 

Alena membaca setiap kata yang tertuang dalam lembaran kertas dengan logo rumah sakit tersebut. Sesuai kecurigaan Alena, pria itu adalah ayah biologis Arsha. 

"Lalu? " tanya Alena menegakkan tubuhnya, menatap lurus pada Ezra. 

"Aku mau anakku, " jawab Ezra enteng. Ia tidak memperdulikan wajah Alena yang sudah mengeras menahan amarah. 

"Apa kau bicara tidak berfikir lebih dulu? Apa otakmu berada di dengkul? " tanya Alena sinis. "Meskipun kau adalah ayahnya, tapi kau tidak punya hak untuk mengambil Arsha dariku! " hardik Alena menggelegar. Untung saja ruang VIP kedap suara, jadi tidak ada pengunjung lain yang mendengar keributan mereka. 

"Menikahlah denganku! hanya itu satu-satunya cara agar kau tidak kehilangan Arsha, " nada suara Ezra terdengar melembut.

"Bulshit! " umpat wanita itu.

"Kau tidak punya pilihan lain, Sayang!" kata Ezra, nada suaranya terdengar dingin namun tidak ada amarah di dalamnya.

Alena meremas kuat kertas yang ada ditangannya. Ia tau keluarga Mettew bukanlah orang sembarangan.

Siapa yang tidak mengenal Ezra Alvaro Mattew, CEO AM corporation. Perusahaan yang paling berpengaruh di Asia.

"Aku tidak mau, " tolak Alena mantap.

"Tidak ada penolakan. Persiapkan dirimu untuk besok! " tegas Ezra, kemudian berlalu pergi.

Alena menatap bingung pada sosok pria yang hilang dibalik pintu. Kalimat Ezra terus menari di benaknya. Ia tidak mengerti maksudnya.

Ada apa dengan hari esok.

*

*

Tbc.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!