Asmaraloka: We Only Part To Meet Again

Asmaraloka: We Only Part To Meet Again

Si wanita culun & pengacara penuh skandal.

"Sir," sapa sang sekretaris dari balik meja kerjanya ketika Nash Orlando memasuki ruangan.

Mendengar sapaan sekretarisnya itu, Nash menghentikan langkahnya. Memutar badan menghadap si sekretaris bernama Seren.

"Seorang wanita menunggu anda. Dia datang 30 menit yang lalu. Sekarang sedang menikmati teh di ruangan anda," Jelas Seren. Sebelah alis Nash terangkat mendengar penjelasannya.

"Seingatku hari ini tidak ada janji temu. Siapa wanita ini? Apa aku mengenalnya?"

Seren berdeham karena tahu bagaimana disiplin atasannya tersebut. "Miss Allyn memaksa masuk, sir."

"Allyn," ulang Nash. Tidak pernah mendengar nama yang di sebutkan Seren.

Nash mendelik ke arah si sekretaris, wajahnya tertunduk mengetahui sang bos terusik dengan keputusannya.

"Maaf, sir. Dia menerobos...."

Nash mengangkat tangannya menyuruh si sekretaris diam.

Ssst....

"Seharusnya kamu usir saja tamu tidak berkepentingan itu. Itu tugasmu bukan! Lagipula aku tidak ada janji dengannya," bentak Nash menyebabkan si sekretaris semakin merasa bersalah.

"Maafkan saya sir."

"Ya sudahlah!"

Allyn, nama yang indah. Apakah dia secantik namanya?.

Nash Orlando, pria berusia pertengahan 30-an dengan karir cemerlang di bidang hukum. Seorang pengacara handal yang kini membuka kantor notaris. Dia rela melepaskan gelar tanpa tandingnya di meja hijau karena skandal pencucian uang yang di tuduhkan padanya.

Bersama rekannya Rigel, ia membuka kantor notaris bernama, De Jure. Karirnya pun mulai bersinar kembali, meskipun sebagian pengacara ada yang memandangnya sebelah mata.

"Miss Allyn...." Sapa Nash ketika memasuki ruangan.

Wanita bertubuh semampai segera menoleh dari tempatnya duduk.

"Nash Orlando."

Nash memberikan tangannya ketika si wanita berdiri saat namanya di panggil, menyambut uluran tangannya.

"Allyn."

Nash memperhatikannya dari atas hingga ke bawah. Menilai dengan teliti. Rambutnya di gelung, pakaiannya norak menutupi lekukan tubuhnya, kacamatanya sangat menganggu. Wanita culun, pikir Nash.

Gayanya tidak sesuai, dia menyembunyikan sesuatu. Tebak Nash.

"Kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Aku rasa tidak."

"Oke, lantas mengapa kau menerobos kantorku?"

"Apa kau mendapatkan undangan?"

"Undangan! Dari?"

"Meadow."

Nash memicingkan sebelah matanya ketika nama Meadow di sebut. Klan Meadow pengusaha dunia hitam. Rumor yang beredar, Klan Meadow telah ada sejak seabad lamanya. Klan yang turun temurun handal dalam bisnis bawah tanahnya. Terutama dalam perjudian.

Rumor tentang Klan tersebut membuat merinding yang mendengarnya. Jangan pernah mau berurusan dengannya kalau nyawamu tidak ingin melayang.

Nash bersiul ketika mengingat sejarah panjang klan tersebut yang berhasil menyeretnya terpuruk dalam skandal.

"Kurasa aku tidak ingin berurusan dengan Meadow, begitu pun sebaliknya."

"Setuju."

"Jadi apa hubunganmu dengan Meadow dan kedatanganmu?"

"Aku ingin kau menolak tawaran Meadow."

"Maksudnya?"

"Aku mendengar bahwa orang kepercayaan Meadow akan menemuimu dan menawarkan semacam perjanjian, aku ingin kau menolaknya."

"Sepertinya kau mengetahui banyak tentang Klan Meadow. Siapa sebenarnya dirimu Miss Allyn!"

"Bukan siapa-siapa. Aku hanya pekerja di sana"

"Oh! Jadi kau menguping pembicaraan tuanmu. Lalu apa yang akan mereka tawarkan padaku setelah menghancurkan karir pengacaraku?"

"Ehm, pertunangan dengan sang putri."

Nash tertawa seolah itu adalah ide konyol. "Apa Callisto Meadow sudah gila, kenapa memintaku bertunangan dengan putrinya?" Perkataannya di selingi tawa. Setelah berhenti tertawa, mata Nash kembali serius.

"Teruskan!" Ucap Nash.

"Hanya itu yang aku ketahui," balas Allyn. Nash kembali tertawa.

Hahaha.... Cukup geli mendengar lelucon tidak masuk akal di awal harinya.

Apa keluarga Meadow sudah berubah dari penguasa perjudian ke pertunjukan lawak, mengirim pekerja polos untuk mengangguku. Cemooh Nash dalam hati.

"Lalu bagaimana rupa sang putri dunia kegelapan! Apakah sebar-bar sang ayah!"

"Aku tidak bisa jelaskan."

Alis Nash berkerut mendengar jawaban Allyn. Polos. Tegas. Cepat. sorot matanya tidak gentar.

"Kau tidak pernah bertemu dengannya atau kau tidak ingin menjelaskanya kepadaku?"

"Kurasa keduanya."

"Sangat menarik. Penuh misteri," balas Nash. "Bagaimana jika aku menolaknya? kurasa mereka akan mengutukku dan menyusahkan bisnisku. Kalau aku menerimanya pasti hidupku bagai di neraka. Benarkan Miss Allyn!"

Allyn berpikir sejenak, sebelum menjawabnya. Kehati-hatian sangat di perlukan, karena lawan bicaranya pernah jadi pengacara hebat di meja hijau.

"Kurang lebih seperti itu. Kurasa sang nona sudah menolaknya."

"Oh ya! Jadi kau utusan sang nona Meadow?"

"Kurang lebih."

"Kau terlalu misterius Miss Allyn."

"Aku sudah menyampaikan pesannya, kurasa aku harus pergi. Terima kasih sudah meluangkan waktumu Mr. Nash"

Allyn beranjak dari duduknya, ia telah mencapai pintu. Ketika menggapai pegangan pintu, Nash kembali memanggilnya dan menghentikan aksinya.

"Sebentar Miss Allyn."

"Ya." Allyn membalikkan tubuhnya.

Nash mendekatinya dengan penuh percaya diri.

Deg.... Debar jantung Allyn berpacu, di dekati tubuh maskulin di balut jas rapih, mempertunjukkan bahwa tubuhnya adalah gumpalan otot. Mempesonanya.

"Sampaikan salamku pada Lady Meadow. Bilang padanya, aku akan mengejarnya jika tangan sang ayah berani menghancurkan karirku untuk ke dua kalinya."

Allyn menelan ludahnya ketika Nash berbicara penuh ancaman dalam nada rendah. Penuh siasat, namum menawan. Satu sisi penciumannya dibuai oleh harum parfum citrus. Melenakan pikirannya.

"Akan aku sampaikan. Ada lagi, Mr.Nash?" Tanyaku gugup.

"ah! Satu hal lagi, sepertinya aku akan berpartisipasi dalam permainan sang kepala klan. Jadi persiapkan diri...."

"Tidak!" Allyn menyela dengan teriakan.

Nash tampak menaikkan sudut bibirnya. Senang mangsanya telah masuk perangkap. Gotcha. Aku menunggu reaksimu, Miss Allyn.

"Kenapa kau panik Miss Allyn."

Nash mendorongnya sehingga punggung Allyn terjebak diantara pintu dan tubuh maskulinnya.

"Maksudku," jawab Allyn terbata-bata.

"Apa yang membuatmu gugup. Ada yang kau rahasiakan. Aku pengacara, bisa melihat seseorang berbohong dari gerakannya, jadi katakan apa yang sebenarnya kau sembunyikan, Miss Allyn."

Allyn memejamkan matanya, mencoba melawan nada merayu suara Nash, yang menghentikan otaknya untuk berpikir.

"Tidak ada!"

"Miss Allyn, kau gugup. Suaramu tidak stabil. Benarkah kau utusan Lady Meadow atau musuh Meadow?"

Nash mendekatkan wajahnya, entah kapan kedua tangannya telah memerangkap di kedua sisi tubuhnya.

Allyn menatapnya, marah. Kesal. Tidak suka dengan kekuasaan yang di perlihatkan oleh Nash.

"Mr. Nash, kau terlalu percaya diri, percayalah sikap ini akan menjatuhkanmu suatu saat nanti. Aku berharap kau mengingat pesanku, untuk menolak pertunangan yang di tawarkan Meadow."

Allyn tersenyum melihat Nash yang terperangah mendengar penjelasannya.

"Permisi Mr. Nash."

Sekuat tenaga Allyn mendorong Nash, berbalik meraih pegangan pintu. Melangkah anggun keluar dari ruangannya. Ia memperhatikan sambil tersenyum.

"Kau wanita pertama yang bisa meloloskan diri dari perangkapku, Miss Allyn."

Sepanjang siang itu pikiran Nash di penuhi bayangan wanita bernama Allyn. Tidak mempercayai ada wanita yang berani melawannya. Sayangnya dia bukan type deretan wanita yang akan di kencaninya.

"Andaikan dia berdandan, merubah penampilannya, mungkin aku akan berkencan dengannya."

Hehehe... Kau konyol. Kilah Nash.

Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Mengembalikannya kepada kenyataan.

"Ya!"

Seren, si sekretaris memberikan dokumen. Dan berkata: "Sir."

Nash hanya mengerling menatap Seren, ia berdeham memberanikan diri mengatakannya.

"Sir," ulang Seren, "Seorang lelaki bernama Pavo Orion, ingin menemui anda."

Nash meletakkan bolpointnya, menghempaskan punggungnya ke kursi kerja tinggi berbahan kulit yang empuk.

"Sudah membuat janji?"

"Belum, Sir."

"Kenapa tidak mengusirnya!"

"Karena dia berkata akan menunggu jika tidak diijinkan bertemu," jawab Seren yang gugup akan kemarahan atasannya.

"Suruh dia menemui Rigel."

"Dia hanya butuh bertemu anda, sir."

"Kalau begitu suruh dia membuat janji temu, ikuti prosedurnya, maka aku akan menemuinya. Kamu bisa katakan itu 'kan!"

"Sudah, sir."

"Bilang padanya, aku sibuk, datanglah lain kali. Mengerti!"

Nash telah kembali menekuni dokumennya, Seren tidak berani mendebatnya lagi. Seren membuka pintu ketika sang tamu menunggu di balik pintu dan menerobos masuk.

"Luangkan waktumu Mr. Nash! Pembicaraannya tidak lebih dari 5 menit."

Nash mengalihkan pandangan dari tumbukan dokumennya ke pria berotot yang berjalan seperti seekor kucing raksasa. perlahan namun mematikan.

"Pavo Orion, utusan Callisto Meadow."

Nash menatap tajam sang pria yang kini telah berada tepat di depan mejanya. Mengulurkan tangan kekarnya. Menunggu jawaban.

Great! Hari yang penuh dengan Meadow. Jadi si gadis culun itu tidak berbohong. Gerutu Nash.

"Nash Orlando."

Nash bangkit, menyalami tangan kekar, meskipun tersenyum, orang bernama Pavo bukanlah pria ramah.

"Silahkan, kita bisa berbincang di sana." Nash menunjuk sofa.

Ketika keduanya sudah duduk, Pavo mengeluarkan surat. Undangan. Berlapis tinta emas. Tersegel klan Meadow. Bertuliskan namanya yang berkaligrafi indah.

"Ini?" Nash bertanya bingung. Menatap undangan di depannya.

"Tuan besar mengundang anda untuk datang ke pesta ulang tahun putrinya, Lady Keiyona."

Nash tertawa, ia berpikir akan pertunangan yang di sebutkan oleh Allyn tadi. Kau pembohong jitu Allyn. Maki Nash dalam hati.

"Ada yang lucu?"

"Tidak, hanya khayalanku."

"Pestanya akhir pekan ini, Tuan besar meminta saya untuk memastikan kedatangan anda."

"Hanya itu?"

"Ya."

"Tidak ada hal lainnya?"

"Tidak."

"Kalau aku menolak!"

"Anda akan mengetahui kemarahan Meadow. Saran saya datanglah, tidak ada ruginya berbisnis dengan keluarga Meadow."

"Begitukah menurutmu?"

"Saya bisa pastikan anda akan mendapatkan keuntungannya."

"Akan aku pikirkan."

"Kuharap jawabanmu tepat."

Tanpa berpamitan Pavo melangkah meninggalkan Nash yang kini termenung.

"Allyn, kau penipu kecil. Tunangan! Ini hanyalah pesta ulang tahun sang Lady Keiyona."

Keiyona, dimana aku pernah mendengar namanya! Pikir Nash dalam hati.

Nash mengambil undangan yang tergeletak di meja, Di angkatnya ke depan wajahnya. Tercium harum khas pada undangan tersebut mengingatkannya pada Allyn, si wanita culun.

"Apa reaksinya jika aku memilih datang!"

Nash tertawa geli mendapati bayangan wajah Allyn yang memberengut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!