I Love You, Mbak!

I Love You, Mbak!

01. Impian yang hancur

Nilam telah tampil cantik dengan mengenakan kebaya pengantin berwarna putih. Hari ini adalah moment yang sudah ditunggu-tunggunya, impiannya sejak kecil yaitu menikah dengan kekasih idamannya Bagas Kaysan.

tok tok tok

"Nilam, ada berita yang ingin ibu sampaikan padamu." Bu Ratih, ibunda dari nilam masuk kedalam kamar sang putri dengan wajah gusar.

Melihat hal itu seketika perasaannya tidak enak. Ada apakah gerangan dan mengapa mimik wajah ibunya tampak begitu mencurigakan. "Ada apa bu? Ini Nilam juga sudah siap, apa Mas Bagas sudah tiba?"

Bu Ratih menggenggam tangan putrinya dan perlahan memberitahukan kabar yang pastinya akan membuat Nilam syok. "Nilam....Bagas, saat dalam perjalanan menuju kesini mengalami kecelakaan dan–." Bu Ratih tak tega mengatakannya.

"Dan apa bu? Cepat katakan. Apa yang terjadi? Mas Bagas baik-baik saja kan?" Air mata Nilam mulai mengalir membasahi wajahnya yang telah dirias dengan sangat cantiknya. Perasaannya semakin kalut dan dadanya berdenyut hebat. Pikirannya sudah kemana-mana.

"Dan Bagas tidak selamat, dia meninggal dalam kecelakaan tersebut. Nilam, kuatkan hatimu ya nak. Yang tabah!"

"APAAA!? Katakan ini tidak benar kan,bu. Mas Bagas sudah berjanji akan menikahi Nilam dan kami akan menjalani kehidupan rumah tangga dengan bahagia dan–." Nilam tak percaya akan kabar yang diterimanya. Tidak mungkin hal itu terjadi. Bagas tidak akan tega meninggalkannya. Laki-laki itu telah berjanji akan selalu bersamanya. Pasti ia sedang dikerjai oleh ibunya.

Bu Ratih sungguh tak tega melihat putrinya yang tampak hancur. Tubuhnya pun gemetaran, tetiba seluruh persendian badannya lemas tak bertenaga. Nilam jatuh terduduk dengan tangis yang memilukan. "MASS BAGASSS!"

BRUKK

Dan Nilam pun jatuh tak sadarkan diri. Bu Ratih bergegas mengangkat kepala Nilam dan memangkunya. Ia pun berteriak lantang memanggil suaminya. "Pak....bapak, tolong anakmu!"

Acara pernikahan pun kini berubah menjadi acara pemakaman. Nilam tak kuat menyaksikan sang kekasih hati ketika dimasukkan keliang lahat. Air mata kembali membanjiri wajah cantiknya. "Mas, tega kamu ya ninggalin aku sendiri. Kenapa Mas? Kenapa?"

Beberapa bulan kemudian.

"Bu, Pak, Nilam berangkat kerja dulu ya." Mencium punggung tangan sang bunda dan sang ayah sebelum ia berangkat untuk bekerja.

Nilam menstarter motor matic-nya lalu, melesat pergi menuju ke tempat kerjanya di sebuah bengkel kendaraan beroda empat. Ya, Nilam merupakan seorang montir dan profesi itu telah digelutinya selama hampir enam tahun.

Setelah hampir setengah jam perjalanan, akhirnya ia pun tiba di tempat kerjanya. Seperti biasa, usai absen ia menuju ke lokernya mengambil seragamnya lalu, gegas masuk ke toilet untuk berganti baju.

"Hai Mbak Nilam, pagi ini mbak makin cantik aja deh." Salah satu rekan kerjanya yang selalu menggoda Nilam, akan tetapi Nilam tak pernah menanggapi serius gurauan rekan-rekan kerjanya tersebut.

"Hemm–." Hanya deheman saja yang keluar dari bibirnya. Benar-benar cuek dan dingin.Sejak rencana perbikahannya kandas, Nilam semakin menjadi pribadi yang tertutup dan dingin terutama pada kaum pria.

Sebenarnya banyak yang naksir dengan Nilam. Walaupun tampilan Nilam tidak ada feminim-feminimnya sama sekali. Namun, wajah cantik alaminya terpancar jelas bagi siapa saja yang menatapnya. Nilam tipe gadis yang cuek akan penampilannya. Bahkan rambut Indahnya hanya di kuncir kuda atau dicepol asal. Tapi, tak menghilangkan pesona seorang Nilam di mata teman-teman prianya. Karena kebanyakan rekan kerjanya adalah laki-laki Jadi, ya Nilam terbawa gaya tomboy seperti seorang laki-laki.

"Mbak, Itu pelanggan setiamu datang lagi. Entah apa lagi yang rusak mobilnya itu? Perasaan sering banget mobilnya rusak atau ada apa-apanya tu cowok." Salah satu montir pria memanggil Nilam karena melihat kedatangan salah satu pelanggan. Yang anehnya orang itu cuma ingin yang menangani mobil mewahnya hanya Nilam tak boleh mkntir yang lain.

Nilam yang tengah mengerjakan sebuah mobil spontan menoleh dan melihat kearah mobil yang melaju perlahan memasuki bengkel. Nilam menghela nafas dalam. "Hhh....mau apa lagi sih tu orang?"

"Nilam‐kesini sebentar!"

Sang boss pemilik bengkel langsung memanggil Nilam. Tentu saja itu atas permintaan dari si pemilik mobil mewah yang sepertinya kebanyakan duit mondar mandir ke bengkel seperti mau membeli permen saja. "Iya, Pak. Apa ada yang bisa saya bantu?" Nilam mencoba bersikap ramah, meskipun didalam hatinya sudah sangat dongkol. Pria yang sedang duduk di salah satu sofa tunggu tak lepas menatapnya intens. Membuat Nilam risih.

"Begini Nilam, tolong kamu tangani mobil Mas Hendra lagi ya. Katanya ada sedikit masalah di bagian mesinnya."

"Baik, Pak. Akan saya kerjakan. Permisi....Tuan Hendra!" Nilam tak ingin berlama-lama berada didekat pria bernama Hendra itu yang selalu menatapnya penuh damba dan Nilam sadar akan hal itu. Makanya ia sebisa mungkin menjaga jarak. Ia belum siap dekat dengan laki-laki manapun sejak ditinggalkan oleh Bagas untuk selama-lamanya.

"Maaf, Mbak Nilam. Apakah saya boleh meminta nomer telpon mbak agar saya mudah menghubungi mbak jika mobil saya ada masalah." Laki-laki yang bernama Hendra itu menghampiri Nilam yang sedang mengutak atik mobil milik pria tersebut. Dan pekerjaan Nilam pun terhenti sesaat. Ia tak enak jika tak menanggapi lawan bicaranya yang merupakan konsumen penting bengkel ditempatnya bekerja.

"Ya, anda bisa memintanya pada boss saya. Maaf, tangan saya kotor jadi, ngak bisa mengambil ponsel. Silahkan anda ke pak boss saja!"

"Begitu ya. Oke." Sebenarnya Hendra ingin memintanya langsung dari si empunya. Namun, sepertinya Nilam sama sekali tak meresponnya. membuat pria itu semakin dibuat penasaran dan ingin menahlukkan si gadis dingin itu.

Waktu bergulir sangat cepat. Mentari perlahan mulai tenggelam di ufuk barat. Nilam dan teman-temannya sesama montir sudah bersiap-siap untuk pulang.

"Duluan ya, Mbak Nilam."

"Oke." Nilam mengacungkan jari jempolnya dan ia pun meraih helm nya lalu, mengenakannya. Ia melajukan motornya perlahan keluar dari area bengkel.

Sepanjang perjalanan Nilam tenggelam dalam lamunannya. Saat tadi di lampu merah, ia melihat sepasang kekasih yang tengah berboncengan motor dengan sangat mesra. Ia jadi teringat akan kebersamaannya dengan Bagas sang kekasih hati yang sampai detik ini tak bisa dilupakannya dan tak akan pernah hilang didalam lubuk hatinya. "Mas Bagas, Nilam kangen." Setetes bulir air mata jatuh melewati pipinya.

Terlalu asik dalam lamunannya hingga ia tak menyadari jika lampu rambu lalu lintas telah berubah warna menjadi merah. Ia pun tanpa melihat sekelilingnya langsung melaju dengan kecepatan tinggi dan sebuah mobil melintas tepat dididepan Nilam, dan akhirnya tabrakanpun tak terhindarkan hingga tubuh Nilam terhempas dan terjatuh tepat diatas jalan aspal yang kasar.

BRAKKKK

"AAaaaaa–!"

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!