Felicia Sair El Lucifer, merupakan putri tunggal Raja Iblis Edgar Sair El Lucifer. Ibunya adalah succubus manis bernama Brezenska Van Der Belphegor. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Seorang pelayan menyerahkan Felice kepada ayahnya, sang raja iblis, Edgar. Namun Edgar tidak mau menerima keberadaannya dan hendak membunuhnya.
Pelayan itu melindungi Felice dan meminta sang raja mengampuninya. Setelah menjalani banyak perdebatan, akhirnya sang raja iblis mengizinkan si pelayan untuk membesarkan Felice dengan syarat bahwa Felice tidak boleh menunjukkan wajahnya di hadapan sang raja. Jika Felice menunjukkan wajahnya di hadapan sang raja baik sengaja maupun tidak sengaja, Edgar akan membunuhnya di tempat.
Saat Felice berumur 10 tahun, kerajaan sang ayah diserang oleh para pendekar. Edgar yang terpojok memasuki Istana Vega dan tidak sengaja bertemu dengan Felice. Sesuai janji, Edgar membunuh Felice di tempat dan mendapatkan kekuatan baru dari darah Felice.
Darah spesial iblis dengan warna mata keemasan membuat siapapun yang meminumnya mendapatkan kekuatan mistis yang luar biasa besar. Tubuh yang tidak mampu menahannya akan meledak deperti balon yang diisi dengan udara melebihi kapasitas. Edgar mampu menahan kekuatan itu dan menjadi dua kali lebih sulit untuk dikalahkan.
Yap, itu yang harusnya terjadi.
Tapi lihatlah sekarang. Sudah seminggu berlalu sejak ia pertama kali menggendongku, sejak hari itu juga ia jadi rutin mengunjungiku. Biasanya ia akan menikmati keindahan bunga higanbana di pagi hari—ralat, subuh—kemudian berkunjung ke kamarku untuk melihatku sarapan. Aku dapat merasakan keinginannya untuk menggendongku, namun ia selalu menolak saat ditawari oleh Lexy. Dasar lelaki tsundere!
"Yang mulia, jika yang mulia terus menolak, yang mulia tidak akan pernah terbiasa."
Lexy mulai menunjukkan kekhawatirannya. Edgar terus duduk di sofa, tidak sedikitpun menggubris perkataan Lexy. Mungkin Lexy berada di batas kesabarannya, hingga akhirnya wanita itu membawaku mendekati Edgar. Wajahnya tampak tegas, tidak lagi menerima penolakan.
"Maafkan kelancanganku. yang mulia. Tapi aku bisa merasakan apa yang yang mulia inginkan. Ayo, gendonglah. Tidak masalah."
Edgar tampak terdiam. Dan...apa-apaan wajah yang memerah itu? Apa dia gugup? Ohh makhluk macam apa ayahku ini?
Tangannya mulai bergerak, memindahkanku ke dalam dekapannya. Tetap terasa tidak nyaman. Namun aroma tubuhnya tercium sangat familiar. membuatku betah walaupun punggungku tidak terasa begitu nyaman.
"Baa baa..."
(Read : Papa...)
Edgar tampak kaget dengan kata-kata yang keluar dari bibir mungilku. Terdengar sangat aneh memang, tapi sepertinya aku berhasil mengucapkan kata itu. Dia mengerti dengan ucapanku. Edgar sekarang tersenyum. Perlahan wajahnya mendekat ke arahku, membuat mataku reflek terpejam.
Dan...astaga, dia mencium keningku.
Ini sebuah kemajuan besar. Untuk pertama kalinya aku melihat senyuman menghiasi wajahnya. Dan yang lebih membahagiakan adalah Edgar tersenyum karena aku.
"He he he."
- ~~~ -
Terkadang aku terbangun di malam hari.
Rasanya membosankan karena aku akan sulit tidur jika sudah terbangun seperti ini. Tidak ada siapa-siapa di sini, juga tidak ada permainan yang menyenangkan. Ingin rasanya aku menangis dengan kencang seperti bayi kebanyakan di malam hari, namun aku terlalu kasihan dengan pelayan yang bekerja sepanjang hari.
Sebuah bayangan yang bergerak dengan cepat mencuri perhatianku. Apa itu? Mencurigakan sekali.
"Bayi yang terbangun di malam hari harusnya menangis. Kenapa kau tidak menangis?"
Sebuah suara yang familiar menyapa indra pendengaranku, disusul dengan suara langkah kaki yang makin lama makin mendekat. Ah, itu Edgar. Kenapa dia mengunjungiku malam-malam begini?
"Aabaa~"
Tanganku terangkat ke atas, seakan meminta untuk digendong. Namun Edgar hanya diam, terus memperhatikanku dengan mata dinginnya. Ahh, belakangan aku menyadari bahwa Edgar tidak seburuk yang digambarkan oleh game. Ia hanya ayah tsundere yang ingin terus memperhatikan putrinya. Namun gengsinya terlalu tinggi sehingga ia tidak menunjukkannya.
Edgar tiba-tiba menoleh ke belakang, secepat kilat ia melompat ke tempat yang sangat gelap. Apa yang terjadi?
"Baaa~ Baaa~?"
Sekelebatan bayangan melintas di atas ranjang tidurku. Jantungku seketika betdetak sangat cepat. Jelas itu bukan Edgar karena ia berdiri di sudut ruangan yang gelap. Siapa itu?
Sedetik kemudian seorang lelaki berdiri di hadapanku. Wajahnya ditutupi oleh kain hitam dengan corak berwarna hijau muda. Tangannya menggenggam sebuah pisau kecil yang mengkilap diterpa oleh sinar bulan. Tangannya dengan cepat mengayunkan pisau itu padaku. Aku memejamkan mata, menunggu rasa sakit macam apa yang akan aku rasakan.
Namun...
Tidak sakit...
Apa aku telah dikirim ke nirwana sekarang?
Aku perlahan membuka mata, menyaksikan Edgar memegang sebuah pisau yang berlumuran darah. Lelaki dengan penutup muka tadi perlahan jatuh ke belakang. Terdengar suara berdentum yang cukup keras saat tubuhnya menyentuh lantai. Jujur, itu membuatku sangat syok.
Lampu seketika dihidupkan, membuat penampakan Edgar makin jelas terlihat. Terlihat noda darah menghiasi pipi kirinya. Bukan hanya itu, pakaian serta tangannya turut terkena oleh darah. Matanya terlihat dingin, melihat rendah lelaki yang terjatuh di hadapannya. Baiklah ini sangat menakutkan.
"OEEEEEKK! OEEEKK!!!"
Mendengar suara tangisanku, Edgar reflek melepaskan pisau itu dari tangannya. Dengan cepat Edgar membawaku ke dekapannya, memelukku dengan erat, seperti mengatakan bahwa semuanya telah baik-baik saja sekarang.
"Kau aman, Felice. Ayah ada di sini."
Aroma nyaman yang sangat familiar itu telah bercampur dengan aroma darah. Namun dipeluk dengan erat seperti ini membuatku merasa aman.
- ~~~ -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
DuchessElia
bagus banget ceritanya, terimakasih author😭❤
2021-02-10
0
Titus Adjust
like..
2020-09-02
3
Ritasilviya
lanjut thor
2020-08-26
2