"Hormatku padamu, penguasa seluruh negeri."
Lilya membungkukkan badannya, melihat ke arah bawah untuk merendahkan dirinya di hadapan sang penguasa. Benar saja. Edgar di sini. Harusnya Lilya mengatakannya lebih awal sehingga aku tidak akan bertemu psikopat itu di sini.
"Sedang apa kau di sini?" Suara Edgar terdengar dingin, seakan Lilya akan menjadi batu es jika berlama-lama di dekatnya.
"Saya ke sini untuk membawa tuan putri melihat indahnya bunga higanbana yang sedang mekar, rajaku. Bayi juga membutuhkan sinar hangat mentari di pagi hari agar pertumbuhannya sempurna. Karena itu saya membawanya ke taman sembari memperlihatkan indahnya bunga higanbana yang sedang mekar."
Lilya menjelaskannya dengan sangat baik, tapi tetap saja...INI ADALAH PAGI YANG DINGIN!
"Ah, begitu."
Ia memberi tanggapan yang pendek dan sangat dingin. Matanya menatap lurus ke arahku, tapi tatapan itu begitu kosong. Aku tidak begitu paham apa maksud sebenarnya dari tatapan iblis itu. Entah apa yang ada di fikirannya.
Edgar perlahan mendekat, membuat jantungku berdebar cepat. Apakah ini adalah akhir dari hidupku? Tapi waktu kematianku harusnya 9 tahun 9 bulan lagi. Oh Tuhan—AAAHHH!
"OEEEKK OEEEK!!!"
Ahh ada apa ini? Kepalaku terasa seperti disengat oleh listrik bertegangan tinggi tepat di ubun-ubun. Rasa sakitnya merasuk ke otak dan menyebar ke setiap sudut di kepalku. Ahh nyut-nyutan. Ahh kenapa tiba-tiba sakit begini?!
"Tuan putri? Kenapa tiba-tiba menangis?" Lilya tampak sedikit kaget. Tangannya bergerak ke kanan dan ke kiri, mengayunkan tubuh mungilku sembari mengucapkan kata-kata yang menenangkan.
"Berisik sekali. Kenapa dia menangis?"
Apa-apaan lelaki ini? Kau merasa terganggu mendengar jeritan kesakitan makhluk mungil nan menggemaskan ini? Kalau begitu silahkan beranjak dari sini!
"Saya juga tidak tau, yang mulia."
Angin kembali berhembus, membuat selimut di kepalaku bergeser dari posisinya. Lilya dengan cepat mengatur kembali agar selimut itu kembali pada posisinya. Namun gerakan Lilya terhenti. Wajahnya terlihat kaget bercampur cemas.
"Yang mulia...tuan putri baru saja berdoa."
Edgar terlihat biasa saja, tidak terjadi perubahan signifikan di wajahnya. Kakinya melangkah untuk mendekat, matanya terfokus pada kepalaku.
Tangan kanannya terangkat, seketika muncul api hitam yang menyelimuti pergelangan hingga jari-jari tangannya. Mulutnya bergerak, merapalkan mantra-mantra yang tidak aku pahami. Tangannya perlahan mendekat, hingga dapat kurasakan suhu di dekatku mulai menghangat. Astaga, apa dia akan membakarku hidup-hidup? Ohh tidak, jangan lakukan itu, aku masih berumur tiga bulan!!!
Aku memejamkan mata saat merasakan tangan hangatnya menyentuh puncak kepalaku. Benar-benar hangat. Perlahan rasa sakit yang ada di kepalaku menghilang, bagai terbakar oleh api hitam yang muncul dari tangannya. Mataku perlahan membuka, melihat sosok lelaki berambut hitam yang berusaha menghilangkan rasa sakit di kepalaku.
Tangisanku telah sepenuhnya berhenti. Rasa sakit yang aku rasakan juga sepenuhnya telah menghilang. Tangan Edgar terangkat, membiarkan Lilya mengelusnya sembari memberikan senyuman hangat padaku.
"Tuan putri adalah iblis, tuan putri dilarang untuk berdoa kepada Tuhan."
Ahh, ternyata itu masalahnya.
Lilya melanjutkan, "Saat tuan putri berdoa, akan muncul rasa sakit yang teramat sangat di kepala tuan putri, bahkan akan terbentuk luka bakar di bagian sana."
Ahh benarkah? Jadi kepalaku sekarang memiliki bekas luka? Apakah itu jelek?
"Untungnya yang mulia ada di sini. Tuan putri tidak apa-apa sekarang. Bekas lukanya juga sudah tidak ada lagi."
Benar juga. Dia yang mengobati sakitku. Tapi...kenapa? Bukankah dia adalah iblis tidak berperasaan yang membiarkanku hidup hanya untuk dibunuh saat ia butuh kekuatan tambahan? Bukankah dia si psikopat yang membunuh keluarganya sendiri tanpa ampun? Bahkan ia membunuh wanita yang dihamilinya beserta bayi yang ada di dalam kandungan wanita itu?
Bukankah ia Edgar si bos terakhir game Underworld yang suka menyiksa putri tunggalnya, Felicia, dan meminum darahnya untuk mendapat kekuatan tambahan?
Harusnya ia membunuhku tanpa ampun, bukannya menyelamatkanku. Apa yang terjadi dengan game ini? Apakah Tuhan telah mengubah jalan cerita game ini?
"Kenapa kau menceramahi bayi? Kau pikir dia mengerti dengan ucapanmu?"
Lilya melihat Edgar sembari tersenyum hangat, kemudian menjelaskan. "Yang mulia, bayi dapat mengerti ucapan manusia. Mereka hanya belum bisa menjawabnya dengan baik. Sering mengajaknya bicara, menceramahinya, dan menceritakan dongeng untuknya akan membuat otaknya berkembang dengan baik."
Edgar tampak mendengarkan dengan serius. "Oh, begitu."
Kini tatapannya terfokus ke arahku. Tatapannya tetap dingin, tidak menyiratkan rasa apapun. Aku tidak mengerti dengan tatapan itu. Namun senyuman di wajah Lilya tampak menyiratkan sesuatu. Ia mengerti apa yang ada di fikiran Edgar.
"Apa yang mulia ingin mencoba menggendong Putri Felice?"
Heii!!! Kau ingin aku mati?!
Tangan Edgar perlahan bergerak, membawaku ke gendongannya. Sejenak terasa tidak nyaman. Mungkin ini pertama kalinya ia menggendong bayi. Tapi...aroma ini? Aroma yang sangat menenangkan. Terasa jauh lebih nyaman daripada gendongan Lilya maupun Lexy. Inikah rasanya digendong seorang ayah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ritasilviya
lanjut thor jangan kelamaan upnya???.
2020-08-26
2
Difana
bolehkah felicia aku karungin dan aku sekap di dlm rumah agar tak ada yg melihat nya dan meunyel-unyel pipi nya selain aku
2020-07-17
5
𝙳𝚑𝚢
lanjut
2020-05-27
2