Ketika Alam Berkehendak

Ketika Alam Berkehendak

Hamil

Kayra tersenyum lebar ketika hasil dari alat tes kehamilan menunjukkan garis dua. Setelah hampir tujuh tahun dia dan Rangga menantikan kehadiran sang buah hati. Kayra dapat tersenyum lebar saat dia mendapatkan hasil yang selama ini dia dan Rangga nantikan.

" Mas..." Panggil Kayra tak sabar dan menghampiri Rangga yang tengah memakai dasi di depan kaca lemari.

" Ada apa sayang?" Rangga masih sibuk dengan dasinya.

" Lihat!" Perintah Kayra dengan senyum ceria sambil menunjukkan alat tes kehamilan.

Rangga melihat sekilas namun otaknya seraya terhenti sejenak ketika indera penglihatannya menangkap garis dua pada alat itu. Rangga kembali menatap alat itu dan terpaku. Bergantian memandang Kayra dan alat tes itu bergantian. Seketika matanya berkaca- kaca dan merasa terharu.

" Kamu hamil?" Suara Rangga bergetar menahan tangis bahagianya.

Kayra mengangguk. Air matanya juga sudah membendung siap meluncur membasahi pipinya.

Rangga langsung menarik istrinya ke dalam pelukannya dan berkali- kali mengecup Kayra penuh kasih sayang. " Terima kasih, sayang." Ucap Rangga kini air matanya sudah meluncur begitu saja.

" Kamu jangan cape- cape. Harus banyak istirahat. Nanti malam kita periksa ya." Ucap Rangga dan kembali mengecup pipi istrinya.

Rangga keluar dari kamarnya dengan perasaan bahagia. Penantiannya selama tujuh tahun akhirnya terkabul juga. Kehadiran sang buah hati akan melengkapi kebahagiaan mereka.

" Bu..! Bu....!" Rangga berseru memanggil ibunya.

" Ada apa sih? Teriak- teriak. Kaya anak kecil aja kamu!" Omel Surti pada putra bungsunya.

" Kayra hamil,Bu!" Seru Rangga senang sambil menunjukkan alat tes kehamilan itu pada ibunya.

Kedua mata Surti membulat seolah tak percaya melihat alat tes kehamilan itu. " Alhamdulillah." Seru Surti dan mereka saling berpelukan.

" Kayra..." Panggil Surti dengan perasaan bahagia.

" Iya, Bu." Kayra menghampiri mertuanya.

" Mulai sekarang. Kamu jangan pernah bersihin rumah. Biar ibu aja. Nyucinya di mesin cuci aja. Jangan pake tangan." Titah Surti pada Kayra yang memang lebih senang mengerjakan semuanya dengan tangannya. Padahal Rangga sudah membelikan mesin cuci untuk meringankan pekerjaan istrinya.

" Iya, Bu." Ujar Kayra hanya bisa menurut saja.

" Rangga. Kamu harus selalu menuruti keinginan Kayra ya dan lebih perhatian lagi. Jangan sampai Kayra mengemis perhatian dari kamu." Nasihat Surti pada Rangga.

" Iya, Bu." Ucap Rangga.

" Mas.. Kamu gak berangkat?" Kayra memotong pembicaraan ibu dan anak itu karena melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

" Oh iya. Mas harus segera berangkat! Ada bos baru yang datang hari ini." Rangga buru- buru mencium punggung tangan Surti dan mengecup kening Kayra.

******

Rangga bergegas menuju meja kerjanya dan segera menyiapkan laporan yang diminta bosnya kemarin untuk dikumpulkan hari ini. Sebagai kepala bagian keuangan. Rangga menjadi salah satu orang penting dalam perusahaan ini.

Deg- degan juga rasanya ketika menunggu giliran untuk di panggil di depan ruangan direktur utama. Direktur mereka yang baru di gadang- gadang adalah orang yang perfeksionis. Tak ingin ada satu kesalahan pun yang terjadi.

" Rangga Dwi Putra." Panggil Liam. Seorang sekretaris yang baru juga.

Dengan satu tarikan nafas panjang. Rangga memasuki ruangan direktur itu. Rangga terkagum- kagum karena ternyata direktur baru mereka jauh lebih muda darinya. Memiliki alis tebal yang rapi. Hidung mancung. Wajahnya tampak proporsional untuk seorang pria. Pria yang paling tampan dalam perusahaan ini. Itu yang ada di benak Rangga.

" Duduk!" Perintah sang direktur dengan nada datar.

Rangga mematuhi dan memberikan berkas yang sejak tadi dia bawa.

Direktur itu tampak membaca laporan Rangga dengan saksama. Merunut setiap angka yang tertera pada laporan itu. Rangga membaca tulisan yang tertera di meja direktur. ' Raka Narendra Afsar' Gumam Rangga ketika membaca papan nama yang tertera di atas meja kerja sang direktur.

******

" Kamu istirahat aja, Kay." Ujar Surti pada Kayra yang sedang sibuk memotong sayuran.

" Tiduran mulu, badan Kayra jadi pegal- pegal, Bu." Ucap Kayra pada Surti.

" Sudah toh.. Biar ibu yang masak." Surti mengambil alih secara paksa pekerjaan Kayra.

Kayra hanya tersenyum karena tingkah mertuanya. Semenjak menikah dengan Rangga. Tak pernah terjadi percekcokan antara Kayra dan Surti. Walaupun hubungan mereka hanya sebatas mertua dan menantu. Tetapi ikatan mereka melebihi dari itu. Surti begitu menyayangi Kayra terlebih lagi semenjak istri Arif, kakak pertama Rangga berdebat dengan Surti. Seorang menantu berani membentak mertuanya. Sungguh hati Surti teriris sembilu rasanya. Sakit tak terperikan. Terlebih lagi Arif tak sedikitpun berpihak padanya.

Beruntungnya Rangga memiliki istri yang baik lagi santun. Walaupun pernikahan mereka tidak dilandasi rasa cinta pada awalnya. Tetapi pernikahan mereka sudah berlangsung hampir tujuh tahun.

" Kayra jadi tak enak hati karena menganggur. Sedangkan ibu sibuk memasak." Keluh Kayra masih enggan beranjak dari dapur.

" Sudah!" Surti mendorong dengan lembut tubuh Kayra agar keluar dari dapur. " Aku ini ibumu juga, Kay. Jangan merasa tidak enak hati!" Sergah Surti.

Kayra melemparkan senyum manisnya pada Surti. Selama dia menikah dengan Rangga. Tak pernah sekalipun Surti memarahinya. Malah Surti lebih cenderung memarahi Rangga jika mendapati Kayra tengah merajuk pada Rangga.

Kayra memeluk erat Surti hingga menghentikan langkah Surti untuk kembali ke dapur. " Kayra beruntung sekali punya mertua yang begitu menyayangi Kayra." Ungkap Kayra dengan perasaan tulus. " Terima kasih ya, Bu. Sudah menganggap Kayra sebagai anak kandung ibu juga." Ujar Kayra dan mengecup pipi Surti.

" Bicara apa toh.." Surti menepuk- nepuk lengan Kayra. " Ibu yang beruntung karena anak ibu bisa dapat istri sebaik kamu." Ucap Surti.

" Lepas toh.. Nanti masakan kita gak mateng- mateng." Imbuh Surti pada Kayra karena Kayra masih betah memeluk dirinya.

" Heheee.." Buru- buru Kayra melerai pelukannya.

Kayra tiduran di depan televisi sambil mengunyah wafer yang selalu tersedia di atas meja. Bosan sebenarnya karena sejak pagi tadi kegiatannya selalu di ambil alih oleh mertuanya. Tak tega sebenarnya Kayra melihat Surti bersusah payah merapikan seluruh ruangan di rumah ini. Rumah penibggalan ayah dari Rangga yang berukuran 15x20 meter ini. Lumayan cukup besar karena hanya dihuni mereka bertiga saja.

" Assalammu' alaikum." Suara seseorang memberi salam dari arah pintu depan.

Kayra yang baru saja merebahkan dirinya di atas sofa. Langsung bangkit kembali dan membukakan pintu.

" Cari siapa ya?" Tanya Kayra pada seorang wanita bertubuh tinggi dan langsing yang sedang tersenyum manis.

" Rangganya ada?" Tanya sang wanita tersebut dan sesekali matanya mengamati Kayra.

" Siapa ya? Ada perlu apa mencari suami saya?" Tanya Kayra dengan tatapan menyelidik.

" Suami?!" Tatapan wanita itu seakan tak ingin percaya dengan apa yang dikatakan Kayra.

" Iya."

Wanita itu tampak sedikit terkejut dan menyelipkan rambutnya pada daun telinganya.

" Saya Mozza." Ujarnya memperkenalkan diri.

" Apa Rangga ada?"

Kayra menatap wanita yang diketahui bernama Mozza ini dengan tatapan menyelidik. Sepertinya Kayra merasa tidak asing dengan nama itu. Tapi dengar dimana.. Dari siapa.. Karena Kayra sendiri tidak merasa pernah punya teman bernama Mozza.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

jgn2 selingkuhan sirangga mozza itu bikin penasaran wanita itu tiba2 dateng kerumah mencari suaminya
...

2023-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!