Raka menarik nafasnya dalam ketika hendak turun dari mobil. Bersiap untuk mendengarkan omelan dari neneknya yang selalu termakan omongan Alexa. Dengan sedikit mwngendurkan dasi yang melingkar di kerah bajunya. Raka berjalan memasuki rumah mewah nan megah. Membuat siapapun yang memandangnya takjub. Rumah yang didesain khusus oleh mendiang sang kakek. Bagaikan istana kerajaan.
" Nek." Raka menghampiri neneknya yang sepertinya sengaja menunggu kedatangan Raka di sofa ruang tamu dan mencium punggung tangan neneknya.
" Duduklah." Titah Erina tegas.
" Jika tentang Alexa. Besok saja kita bahas. Aku lelah." Ucap Raka malas.
" Nenek bilang DUDUK!" Erina menegaskan kalimatnya.
Dengan hembusan nafas panjang. Raka mengikuti keinginan neneknya dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Erina.
" Kenapa kamu belum bisa menerima perjodohan ini?" Tanya Erina tanpa basa basi.
" Aku belum bisa mencintai Alexa."
" Perset*n dengan cinta, Raka!" Bentak Erina pada Raka. " Berapa kali nenek ingatkan padamu. Tradisi keluarga kita adalah menikah sesuai dengan pilihan orang tua!" Erina mengingatkan tradisi yang sudah berjalan secara turun temurun dalam keluarga Narendra.
" Nek.."
" Kedua orang tuamu sudah tiada. Jadi yang berhak menentukan jodoh kamu adalah nenek. Dan nenek memilihkan Alexa untukmu! Asal usul keluarganya jelas. Pendidikannya juga tinggi dan yang paling terpenting. Keluarganya setara dengan kita!" Erina semakin menegaskan kalimatnya. Sudah sangat sering sekali Raka mendengar hal ini dari neneknya. Bukan dia lupa. Hanya saja sikap Alexa sama sekali tidak menunjukkan dari kalangan terpelajar.
Raka menghela nafas panjang. Tak lagi ingin beradu argumen lagi dengan neneknya. Raka pamit menuju kamarnya.
" Nenek akan mempercepat pernikahan kalian!" Ucap Erina pada Raka yang sudah sedikit menjauh darinya.
" Terserah nenek saja! Bukankah keputusanku untuk menentukan hidupku tak berlaku!" Ucap Raka dengan nada dingin dan segera berlalu menuju kamarnya.
******
Kayra menatap Rangga dengan wajah sendu. Bayangan tentang Mozza. Bagaimana suaminya dulu sangat mencintai Mozza. Hingga saat malam pernikahan mereka pun, Rangga tak menemaninya di kamar pengantin mereka. Ingatan tentang Rangga yang menyebut nama itu kembali terngiang- ngiang di telinga Kayra.
" Kamu kenapa sayang?" Tanya Rangga karena tiba- tiba saja istrinya menangis tanpa sebab.
" Aku takut kamu berpaling, Mas." Ucap Kayra dengan suara parau.
Rangga menyeka air mata Kayra dengan kedua ibu jarinya. " Mas sangat mencintaimu. Tak mungkin rasanya mas akan berpaling." Ucap Rangga lembut.
" Assalammu'alaikum." Sapa Surti yang baru pulang dari mengikuti pengajian rutin ibu- ibu di sekitar lingkungan mereka.
" Wa'alaikumsalam." Sahut Rangga dan Kayra bersamaan.
Kayra dan Rangga bergantian mencium punggung tangan Surti.
" Kamu kenapa, Kay?" Tanya Surti pada menantunya. Mendapati mata Kayra masih basah.
" Kelilipan, Bu." Dusta Kayra cepat.
" Ohh.." Surti hanya ber-oh panjang. " Ibu ganti baju dulu ya." Ujar Surti. " Rangga, Ibu mau bicara sama kamu. Jangan masuk kamar dulu!" Titah Surti.
" Iya, Bu."
" Yaudah kalo gitu. Aku masuk kamar dulu ya Mas." Ucap Kayra pada Rangga. Dan masuk ke dalam kamarnya.
Cukup lama Rangga menunggu Surti untuk keluar kamar. Rangga memutuskan menyesap sebatang rokok di teras rumah.
Belum habis sebatang. Surti dengan pakaian sederhananya sudah berjalan menghampiri Rangga dan duduk di kursi rotan yang ada di teras.
" Ada apa, Bu?" Tanya Rangga di sela dia menyesap rokoknya.
Surti menarik nafasnya panjang. " Ada tetangga yang lihat ada wanita cantik datang ke rumah. Apa benar?" Tanya Surti dengan pendahuluan.
Rangga terdiam. Kedatangan Mozza siang itu memang hanya menjadi rahasia Kayra dan Rangga.
" Wanita itu, Mozza kan?" Terka Surti.
Rangga menarik nafasnya dalam. Dan mengangguk.
" Jangan tinggalkan Kayra demi perempuan itu!" Surti memperingatkan. " Kayra sedang mengandung anak kamu! Ingat itu!" Sambung Surti lagi.
" Iya, Bu." Jawab Rangga lembut. " Aku sangat mencintai Kayra."
" Kayra tau siapa Mozza?" Selidik Surti lagi.
" Tau."
" Kasihan dia. Kayra pasti sangat sedih sekali." Ucap Surti seolah tahu bagaimana pedihnya hati Kayra.
" Iya, Bu. Dia masih ingat bagaimana aku pernah mencintai Mozza." Ujar Rangga.
" Sudahlah! Hapus nama itu dari hidupmu! Fokus pada kebahagiaan keluarga kecil kamu!" Sergah Surti. Tak ingin menantunya kembali terluka.
******
Raka duduk di beranda depan kamarnya sambil menikmati segelas jus jeruk dan beberapa cemilan. Pikirannya menerawang jauh. Selalu saja dia tak berdaya jika dihadapkan dengan kenyataan bahwa dialah satu- satunya pewaris dari keluarga Narendra.
Ucapan neneknya tentang pernikahan membuatnya sedikit kalut. Bagaimana dia akan menikah dengan wanita yang tidak dia cintai. Bahkan tingkah laku dari wanita itu membuatnya selalu kecewa. Teralu mengumbar kemesraan. Raka bukanlah tipe orang yang seperti itu.
" Raka.." Panggil seseorang dan masuk begitu saja di kamar Raka yang tidak terkunci.
" Sayang.." Panggilnya lagi mencari sosok Raka. Kamar Raka yang bisa terbilang luas. Sedikit menyulitkan jika hanya melongok saja.
" Sayang." Serunya senang ketika menemukan Raka tengan duduk dengan mata terpejam menikmati sinar matahari pagi.
Raka yang sudah sangat hafal dengan pemilik suara, berusaha mengabaikan kehadiran wanita itu di kamarnya.
" Sayang." Panggilnya lagi dan kini bergelayut manja.
Raka melirik jam yang tertera di layar ponselnya.
" Masih terlalu pagi buat bertamu!" Ucap Raka dingin pada Alexa.
" Aku bukan tamu, sayang. Tapi aku kan juga calon nyonya rumah di sini." Sanggah Alexa dengan penuh percaya diri.
" Mimpi!" Sahut Raka dan masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dia sudah ada janji dengan kliennya untuk bertemu di sebuah restoran cepat saji.
" Ihh." Alexa berdecak sebal karena Raka malah masuk kamar saat dia baru saja duduk menemani Raka.
" Sayang!"
Raka langsung menyentak tangannya ketika Alexa memegang tangannya. Sementara Raka sedang sibuk memilih baju yang pas.
Alexa jatuh tersungkur. beruntung di dekatnya ada karpet bulu yang lumayan tebal.
" Aku mau ganti pakaian! Keluar!" Ucap Raka tanpa basa basi.
Alexa mengigit bibir bawahnya dengan senyum menggoda sambil menatap Raka dengan genit.
" Dih!" Ucap Raka malah merasa jijik dengan kelakuan Alexa. Tanpa bicara lagi. Raka menuju kamar mandi yang ada di kamarnya dan mengunci pintunya. Semakin lama, Alexa semakin berani saja. Memakai baju semakin minim di hadapan Raka. Bikin sakit kepala rasanya jika melihat.
" Kamu mau kemana?" Tanya Alexa begitu melihat Raka keluar dari kamar mandi dengan pakaian semi formal.
" Meeting!"
" Benarkah?"
' Drrrtt'
Ponsel Raka bergetar. " Lihat?!" Raka menunjukkan layar ponselnya yang tertera nama Liam. Dia pasti sudah menunggu di bawah.
" Cepat pulang ya. Aku tunggu kamu di rumah." Ucap Alexa dengan nada manja.
" Apa kamu gak ada kerjaan?" Tanya Raka tak suka jika hari liburnya di ganggu dengan sosok Alexa yang menyebalkan.
" Emmm.. Gak ada." Jawab Alexa dengan senyum yang dibuat semanis mungkin. Tetapi tetap saja hambar dimata Raka.
Raka segera menuju ke bawah. Tak dihiraukan lagi sosok Alexa yang sedikit berlari agar sejajar dengan langkah Raka. Raka dan Liam segera menuju mobil dan langsung menuju restoran tersebut.
Sesampainya di sana . Ternyata klien tersebut sudah menunggu Raka dan Raka langsung saja memulai meeting. Raka mendengarkan dengan saksama apa yang diutarakan sang klien dan setelah mempresentasikan. Raka mengundang klien itu untuk bertemu kembali di kantornya untuk tanda tangan kontrak.
" Harusnya masih molor.. Ini udah dimana- mana." Keluh Liam setelah klien itu meninggalkan mereka.
" Gaji paling gede. Masih aja ngeluh!" Seru Raka. Detik kemudian matanya terpaku pada sosok wanita yang baru saja memasuki restoran tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
rangga kasian kayra pasti cemburu sm mozza mantan pacar dl kasian kayra takut kehilangan suaminya.......
2023-11-10
0