NovelToon NovelToon

Ketika Alam Berkehendak

Hamil

Kayra tersenyum lebar ketika hasil dari alat tes kehamilan menunjukkan garis dua. Setelah hampir tujuh tahun dia dan Rangga menantikan kehadiran sang buah hati. Kayra dapat tersenyum lebar saat dia mendapatkan hasil yang selama ini dia dan Rangga nantikan.

" Mas..." Panggil Kayra tak sabar dan menghampiri Rangga yang tengah memakai dasi di depan kaca lemari.

" Ada apa sayang?" Rangga masih sibuk dengan dasinya.

" Lihat!" Perintah Kayra dengan senyum ceria sambil menunjukkan alat tes kehamilan.

Rangga melihat sekilas namun otaknya seraya terhenti sejenak ketika indera penglihatannya menangkap garis dua pada alat itu. Rangga kembali menatap alat itu dan terpaku. Bergantian memandang Kayra dan alat tes itu bergantian. Seketika matanya berkaca- kaca dan merasa terharu.

" Kamu hamil?" Suara Rangga bergetar menahan tangis bahagianya.

Kayra mengangguk. Air matanya juga sudah membendung siap meluncur membasahi pipinya.

Rangga langsung menarik istrinya ke dalam pelukannya dan berkali- kali mengecup Kayra penuh kasih sayang. " Terima kasih, sayang." Ucap Rangga kini air matanya sudah meluncur begitu saja.

" Kamu jangan cape- cape. Harus banyak istirahat. Nanti malam kita periksa ya." Ucap Rangga dan kembali mengecup pipi istrinya.

Rangga keluar dari kamarnya dengan perasaan bahagia. Penantiannya selama tujuh tahun akhirnya terkabul juga. Kehadiran sang buah hati akan melengkapi kebahagiaan mereka.

" Bu..! Bu....!" Rangga berseru memanggil ibunya.

" Ada apa sih? Teriak- teriak. Kaya anak kecil aja kamu!" Omel Surti pada putra bungsunya.

" Kayra hamil,Bu!" Seru Rangga senang sambil menunjukkan alat tes kehamilan itu pada ibunya.

Kedua mata Surti membulat seolah tak percaya melihat alat tes kehamilan itu. " Alhamdulillah." Seru Surti dan mereka saling berpelukan.

" Kayra..." Panggil Surti dengan perasaan bahagia.

" Iya, Bu." Kayra menghampiri mertuanya.

" Mulai sekarang. Kamu jangan pernah bersihin rumah. Biar ibu aja. Nyucinya di mesin cuci aja. Jangan pake tangan." Titah Surti pada Kayra yang memang lebih senang mengerjakan semuanya dengan tangannya. Padahal Rangga sudah membelikan mesin cuci untuk meringankan pekerjaan istrinya.

" Iya, Bu." Ujar Kayra hanya bisa menurut saja.

" Rangga. Kamu harus selalu menuruti keinginan Kayra ya dan lebih perhatian lagi. Jangan sampai Kayra mengemis perhatian dari kamu." Nasihat Surti pada Rangga.

" Iya, Bu." Ucap Rangga.

" Mas.. Kamu gak berangkat?" Kayra memotong pembicaraan ibu dan anak itu karena melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

" Oh iya. Mas harus segera berangkat! Ada bos baru yang datang hari ini." Rangga buru- buru mencium punggung tangan Surti dan mengecup kening Kayra.

******

Rangga bergegas menuju meja kerjanya dan segera menyiapkan laporan yang diminta bosnya kemarin untuk dikumpulkan hari ini. Sebagai kepala bagian keuangan. Rangga menjadi salah satu orang penting dalam perusahaan ini.

Deg- degan juga rasanya ketika menunggu giliran untuk di panggil di depan ruangan direktur utama. Direktur mereka yang baru di gadang- gadang adalah orang yang perfeksionis. Tak ingin ada satu kesalahan pun yang terjadi.

" Rangga Dwi Putra." Panggil Liam. Seorang sekretaris yang baru juga.

Dengan satu tarikan nafas panjang. Rangga memasuki ruangan direktur itu. Rangga terkagum- kagum karena ternyata direktur baru mereka jauh lebih muda darinya. Memiliki alis tebal yang rapi. Hidung mancung. Wajahnya tampak proporsional untuk seorang pria. Pria yang paling tampan dalam perusahaan ini. Itu yang ada di benak Rangga.

" Duduk!" Perintah sang direktur dengan nada datar.

Rangga mematuhi dan memberikan berkas yang sejak tadi dia bawa.

Direktur itu tampak membaca laporan Rangga dengan saksama. Merunut setiap angka yang tertera pada laporan itu. Rangga membaca tulisan yang tertera di meja direktur. ' Raka Narendra Afsar' Gumam Rangga ketika membaca papan nama yang tertera di atas meja kerja sang direktur.

******

" Kamu istirahat aja, Kay." Ujar Surti pada Kayra yang sedang sibuk memotong sayuran.

" Tiduran mulu, badan Kayra jadi pegal- pegal, Bu." Ucap Kayra pada Surti.

" Sudah toh.. Biar ibu yang masak." Surti mengambil alih secara paksa pekerjaan Kayra.

Kayra hanya tersenyum karena tingkah mertuanya. Semenjak menikah dengan Rangga. Tak pernah terjadi percekcokan antara Kayra dan Surti. Walaupun hubungan mereka hanya sebatas mertua dan menantu. Tetapi ikatan mereka melebihi dari itu. Surti begitu menyayangi Kayra terlebih lagi semenjak istri Arif, kakak pertama Rangga berdebat dengan Surti. Seorang menantu berani membentak mertuanya. Sungguh hati Surti teriris sembilu rasanya. Sakit tak terperikan. Terlebih lagi Arif tak sedikitpun berpihak padanya.

Beruntungnya Rangga memiliki istri yang baik lagi santun. Walaupun pernikahan mereka tidak dilandasi rasa cinta pada awalnya. Tetapi pernikahan mereka sudah berlangsung hampir tujuh tahun.

" Kayra jadi tak enak hati karena menganggur. Sedangkan ibu sibuk memasak." Keluh Kayra masih enggan beranjak dari dapur.

" Sudah!" Surti mendorong dengan lembut tubuh Kayra agar keluar dari dapur. " Aku ini ibumu juga, Kay. Jangan merasa tidak enak hati!" Sergah Surti.

Kayra melemparkan senyum manisnya pada Surti. Selama dia menikah dengan Rangga. Tak pernah sekalipun Surti memarahinya. Malah Surti lebih cenderung memarahi Rangga jika mendapati Kayra tengah merajuk pada Rangga.

Kayra memeluk erat Surti hingga menghentikan langkah Surti untuk kembali ke dapur. " Kayra beruntung sekali punya mertua yang begitu menyayangi Kayra." Ungkap Kayra dengan perasaan tulus. " Terima kasih ya, Bu. Sudah menganggap Kayra sebagai anak kandung ibu juga." Ujar Kayra dan mengecup pipi Surti.

" Bicara apa toh.." Surti menepuk- nepuk lengan Kayra. " Ibu yang beruntung karena anak ibu bisa dapat istri sebaik kamu." Ucap Surti.

" Lepas toh.. Nanti masakan kita gak mateng- mateng." Imbuh Surti pada Kayra karena Kayra masih betah memeluk dirinya.

" Heheee.." Buru- buru Kayra melerai pelukannya.

Kayra tiduran di depan televisi sambil mengunyah wafer yang selalu tersedia di atas meja. Bosan sebenarnya karena sejak pagi tadi kegiatannya selalu di ambil alih oleh mertuanya. Tak tega sebenarnya Kayra melihat Surti bersusah payah merapikan seluruh ruangan di rumah ini. Rumah penibggalan ayah dari Rangga yang berukuran 15x20 meter ini. Lumayan cukup besar karena hanya dihuni mereka bertiga saja.

" Assalammu' alaikum." Suara seseorang memberi salam dari arah pintu depan.

Kayra yang baru saja merebahkan dirinya di atas sofa. Langsung bangkit kembali dan membukakan pintu.

" Cari siapa ya?" Tanya Kayra pada seorang wanita bertubuh tinggi dan langsing yang sedang tersenyum manis.

" Rangganya ada?" Tanya sang wanita tersebut dan sesekali matanya mengamati Kayra.

" Siapa ya? Ada perlu apa mencari suami saya?" Tanya Kayra dengan tatapan menyelidik.

" Suami?!" Tatapan wanita itu seakan tak ingin percaya dengan apa yang dikatakan Kayra.

" Iya."

Wanita itu tampak sedikit terkejut dan menyelipkan rambutnya pada daun telinganya.

" Saya Mozza." Ujarnya memperkenalkan diri.

" Apa Rangga ada?"

Kayra menatap wanita yang diketahui bernama Mozza ini dengan tatapan menyelidik. Sepertinya Kayra merasa tidak asing dengan nama itu. Tapi dengar dimana.. Dari siapa.. Karena Kayra sendiri tidak merasa pernah punya teman bernama Mozza.

2

" Mas Rangga lagi kerja. Ada perlu apa? biar saya sampaikan." Ucap Kayra sedikit ketus karena dia tidak suka dengan cara Mozza memandang dirinya. Apa ada yang salah dengan penampilannya yang hanya mengenakan daster rumahan dengan rambut dia kuncit dengan gaya cepol. Ini kan hanya di rumah. Tak perlukan dia banyak bergaya dalam penampilan.

" Bilang saja. Mozza ke sini." Ucap Mozza dengan gaya angkuhnya dan memberikan secarik kartu nama yang dia keluarkan dari tas kecilnya.

" Nanti aku sampaikan." Ucap Kayra datar dan langsung menutup pintu depan. Tak peduli lagi jika Mozza masih berdiri di sana.

Mozza bersungut- sungut menahan kekesalannya karena Kayra menutup pintunya sedikit kasar di hadapannya.

" Siapa Kay?" Tanya Surti dengan sodet yang masih ia pegang di tangan kanannya.

" Mozza." Jawab Kayra dengan mata masih tertuju membaca kartu nama yang diberikan wanita itu.

" Mozza?!" Surti mengernyitkan dahinya hingga menambah kerutan di wajahnya.

" Ibu kenal?" Tanya Kayra kini menatap mertuanya.

Surti tampak sedang mengingat- ingat dengan sosok wanita itu. Lalu menit kemudian netranya membesar ketika mengingat sosok yang sudah lama dia hapuskan dari hidup Rangga.

" Jangan di kasih tau Rangga!" Ucap Surti dan mengambil kartu nama yang dipegang Kayra.

" Loh.. Kenapa, Bu?" Tanya Kayra terheran- heran melihat sikap mertuanya.

" Lupakan aja Kay. Anggap aja wanita itu gak pernah datang ke sini." Ujar Surti sambil berjalan menuju dapur.

Kayra yang penasaran mengekor Surti ke dapur dan berdiri di ambang pinti dapur menatap mertuanya yang tengah sibuk mengaduk masakannya yang masih berendam di wajan atas kompor.

" Mozza itu siapa, Bu? Sepertinya aku pernah dengar nama itu." Tanya Kayra sambil terus berusaha mengingatnya.

" Bukan siapa- siapa, Kay. Jangan pikirin yang macem- macem. Fokus sama kehamilan kamu." Ujar Surti masih tak ingin menjawab secara gamblang.

Kayra menarik nafasnya dalam. Sepertinya percuma saja dia bertanya pada mertuanya. Tidak akan pernah dijawab. Tetapi justru karena hal itu jadi membuat Kayra penasaran.

******

"Assalammu'alaikum." Seru Rangga dengan riang saat dia memasuki pintu depan.

" Wa'alaikumsalam." Sahut Kayra dan Surti berbarengan. Kayra langsung menghampiri Rangga untuk menyambutnya dan mencium punggung tangan Rangga.

" Biar Mas saja." Rangga menolak memberikan tas kerjanya ketika Kayra ingin membawakannya ke kamar.

" Gak papa Mas."

" Kamu lagi hamil, sayang." Ucap Rangga dan mengecup lembut kening Kayra.

" Oh iya. Ini tadi mas beli di jalan." Seru Rangga dan memberikan buah- buahan yang dia bawa dalam kantung belanja.

Kayra menerimanya dengan senang hati. Perhatian Rangga dan ibu mertuanya memang sangat berlebihan. Tetapi Kayra sangat senang akan hal itu. Kasih sayang dan perhatian dari merekalah yang dibutuhkan Kayra saat ini.

" Bos mas yang baru. Perfeksionis banget, Kay. Gak mau ada kesalahan sedikiiiiit aja." Keluh Rangga saat Kayra menyuguhkan secangkir kopi untuk Rangga yang sedang duduk di teras rumah sambil menyesap sebatang rokok. Kayra duduk di kursi sebelah Rangga agak sedikit menjauh untuk menghindari kepulan asap rokok.

" Bahkan.. Pak Joko bagian HRD. Dipecat hari ini karena ketahuan memasuki sanak saudaranya pada perusahaan itu." Sambung Rangga lagi. Rangga menarik nafasnya. " Salah Pak Joko juga sih. Masukin orang yang kurang kompeten. Jadi hanya menambah beban perusahaan aja. Pak Joko beserta tiga orang keluarganya. Di pecat secara bersamaan." Cerita Rangga.

" Kasihan Pak Joko. Di usia tuanya dia malah kehilangan pekerjaannya." Kayra tampak prihatin memikirkan bagaimana nasib keluarga Pak Joko kelak.

" Mas takut kalo sewaktu- waktu mas buat kesalahan dan berakhir seperti Pak Joko." Ujar Rangga mengingat bagaimana dia akan sangat membutuhkan pekerjaan ini. Di tambah lagi saat ini istrinya tengah hamil.

" Jangan berpikiran begitu, Mas. Semoga mas selalu dilindungi dari orang yang zalim. Dan semoga mas bisa tetap bertahan pada perusahaan itu." Hibur Kayra.

Rangga mengaminkan ucapan istrinya. Setelah menyeruput tetes terakhir kopi hitam suguhan Kayra. Rangga segera masuk ke rumah untuk membersihkan tubuhnya.

******

" Raka!" Panggil seorang wanita cantik bertubuh langsinh dan memiliki kaki yang jenjang pada Raka yang sudah bersiap menuju mobilnya.

Raka hanya menoleh sebentar dan melanjutkan langkahnya menuju mobil. Wanita itu sedikit berlari agar bisa menghentikan langkah Raka.

" Kenapa susah sekali untuk bertemu dengan kamu!" Omel wanita itu dan ikut menerobos masuk ke mobil Raka.

Raka menatap tajam wanita yang selalu mengejarnya. Wanita yang menurutnya tidak tahu malu.

" Kenapa kamu enggan sekali menyapa calon istrimu." Ucap wanita itu lagi.

Raka menarik nafasnya dalam mengatur emosinya. Ingin rasanya detik ini juga dia mendorong keluar wanita itu. Tetapi pasti neneknya akan marah. " Waktu kita gak banyak." Ucap Raka pada supirnya agar segera melajukan mobilnya. Sedangkan Raka membuka berkas yang sejak tadi dia bawa. Tak menghiraukan kehadiran wanita itu.

" Raka!" Wanita itu berteriak marah dan menutup paksa berkas yang sedang di baca Raka. " Aku sedang bicara. Tolong hargai aku!" Omelnya dengan menatap tajam ke arah Raka.

" Apa gak cukup perlakuan manisku di hadapan nenek?" Ucap Raka tajam.

" Aku tunanganmu!" Ujar wanita itu dengan menekankan kalimatnya.

" Alexa! Aku tidak pernah menyetujui perjodohan ini!" Ucap Raka. " Jangan memaksaku berbuat kasar padamu!" Ucap Raka telak.

" Raka!"

" Turun!" Bentak Raka tajam.

Sang supir yang diketahui bernama Tiko langsung menepikan kendaraannya.

" Raka!" Alexa masih enggan mengikuti perintah Raka.

" Aku bilang TURUN!" Bentak Raka sekali lagi dan semakin menajamkan tatapannya.

Melihat raut wajah Raka yang sangat tidak bersahabat. Membuat Alexa berdecak sebal dan dengan berat hati dia turun dari mobil mewah milik Raka.

Dengan wajah bersungut- sungut. Alexa menelepon sopirnya untuk segera menjemputnya.

" Dia pasti ngadu." Ujar Liam yang memang selalu stand by di samping Raka.

" Biarin aja!" Ucap Raka tak terlalu mempedulikannya.

" Si bos pasti kena omel dari nyonya besar." Sahut Tiko.

Ya.. Liam, Tiko dan Raka sebenarnya adalah sahabat. Raka yang memang terkenal tertutup dengan orang lain. Hanya pada mereka saja dia bisa mengekspresikan semuanya.

Raka hanya menatap sekilas jalanan yang mulai dipadati dengan kendaraan dan matanya kembali tertuju pada berkas yang tadi dia baca.

' CCKKIIIIITTT'

Raka terhuyung ke depan karena Tiko tiba- tiba saja mengerem mendadak.

" Ada apa?" Raka Penasaran.

" Tuh. Tiba- tiba aja ada motor jatuh." Ucap Tiko.

Raka langsung turun untuk melihat keadaan di luar Dan benar saja ada seorang pengendara motor tengah meringis kesakitan di depan mobilnya.

" Anda baik- baik saja?" Tanya Raka dan membantu sang pengendara untuk menepi.

Di bantu beberapa pengendara yang juga sengaja menepi untuk membantu. Sang pengendara berjalan tertatih menuju trotoar. Celana bahannya sobek pada bagian lutut.

" Pak Raka!" Ucapnya ketika matanya menangkap sosok Raka yang tengah duduk di sampingnya.

" Kamu kenal saya?" Raka mengernyitkan dahinya karena wajah sang pengendara tertutup masker.

3

Rangga melepaskan masker yang menutupi sebagian wajahnya dan melihat ke arah Raka. Raka seperti orang yang tengah mengingat sesuatu. Dia yang memang jarang menatap lawan bicaranya membuatnya tak hafal dengan orang yang pernah berbicara atau bertemu dengannya.

" Saya Rangga, Pak. Dari bagian finance." Ujar Rangga memperkenalkan dirinya.

" Ohh.. Maaf saya lupa." Ucap Raka.

Rangga hanya melempar senyum canggungnya.

" Liam. Bawa dia ke rumah sakit." Perintah Raka pada Liam.

" Tapi sebentar lagi kita ada meeting." Ucap Liam mengingatkan Raka.

" Aku bisa menghandle sendiri." Ucap Raka tak ingin di debat. Liam hanya menuruti perintah Raka.

" Saya tinggal dulu. Biar Liam mengurus pengobatan kamu." Ujar Raka pada Rangga dan tanpa menunggu tanggapan dari Rangga. Raka langsung berjalan, kembali memasuki mobilnya.

" Kita cari taksi." Ucap Liam matanya sesekali mengedar mencari taksi yang lewat.

" Biar saya sendiri aja, Pak." Ucap Rangga sedikit sungkan dengan bantuan bos besarnya.

" Jika aku membiarkan kamu ke rumah sakit sendirian. Artinya kamu ingin aku tamat!" Sergah Liam dan tangannya langsung menyetop taksi yang lewat.

" Motor saya gimana, Pak?" Rangga tampak bingung dengan kendaraannya yang masih terparkir di pinggir jalan.

" Nanti ada orang bengkel yang jemput." Ucap Liam dan memapah Rangga yang terpincang- pincang memasuki taksi berwarna biru.

******

Kayra yang bosan karena sejak kemarin tidak diizinkan mertuanya untuk mengerjakan apapun. Secara diam- diam dia menyapu halaman yang tampak masih kotor karena Surti masih sibuk dengan pekerjaannya di dapur.

" Assalammu'alaikum." Sapa Rangga saat memasuki halaman rumahnya.

" Wa' aaaalaaikumsaalaamm.." Sahut Kayra sedikit terbata ketika mendapati Rangga berjalan dengan di papah rekan kerjanya. Celana panjang hitamnya terkoyak di bagian lutut.

" Ya Allah.. Mas. Kamu kenapa?" Tanya Kayra dengan wajah panik.

Rangga duduk di sofa tua yang ada di ruang tamu. Kayra menatap Rangga dengan tatapan prihatin. Walaupun luka- lukanya sudah di bersihkan saat di rumah sakit tadi. Tetapi tetap saja melihat suaminya terluka seakan Kayra ikut merasakan perihnya luka- luka itu.

" Tadi Rangga mengalami kecelakaan. Untungnya tidak ada luka yang serius. Ini obat- obatan dan juga barang- barang Rangga. Besok montir akan mengirimkan motor anda. Dan Pak Raka memberikan anda cuti tiga hari untuk memulihkan kondisi anda." Ucap Liam pada Kayra dan Rangga secara bergantian.

" Terima kasih banyak, Pak Liam. Sampaikan juga salam saya untuk Pak Raka." Ucap Rangga. " Maaf sudah merepotkan."

" Tidak masalah. Salam anda akan saya sampaikan." Ucap Liam dan melirik jam yang ada dipergelangan tangannya. " Saya harus kembali ke kantor." Ucap Liam dan berpamitan pada Rangga dan juga Kayra.

" Antarkan, Sayang." Bisik Rangga merasa tak enak jika tak ada yang mengantar Liam.

" Terima kasih banyak, Pak." Ucap Kayra dan mengantar Liam menuju halaman depan. Taksi yang membawa mereka masih menunggu Liam.

" Saya permisi dulu." Ucap Liam pada Kayra dan masuk ke dalam taksi.

Selepas kepergian Liam. Kayra buru- buru masuk kembali ke rumahnya menemui suaminya.

" Gimana bisa kamu jatuh dari motor, Mas?" Tanya Kayra pada Rangga yang berusaha melepaskan kemejanya yang sudah kotor.

" Tadi ada motor yang nyenggol mas, Sayang." Jawab Rangga. " Mas jatuh untungnya mobil di belakang mas bisa ngerem. Kalo engga.. Waahh mas bisa kelindes ban mobil terus jadi mister gepeng." Ucap Rangga diselingi dengan gurauan.

" Malah bercanda!" Omel Kayra. " Terus kok bisa bos yang mas bilang perfeksionis itu nolongin mas?"

" Mobil yang ngerem itu ternyata mobil bosnya Mas, Sayang." Jawab Rangga dan mencubit gemas pipi Kayra.

' Tok tok tok.'

Suara ketukan pintu terdengar lagi, Kayra buru- buru bangkit dan membuka pintu itu. Wanita yang beberapa hari lalu datang mencari Rangga. Kini datang lagi. Kayra menatap Mozza tak suka.

" Rangga ada?" Tanya Mozza pada Kayra.

" Siapa sayang?" Tanya Rangga yang mendengar seseorang menyebut namanya.

Belum juga Kayra menjawab. Mozza sudah menggeser tubuh Kayra yang memang lebih pendek darinya dan masuk begitu saja ke dalam rumah.

" Oh my god." Seru Mozza terkejut dengan keadaan Rangga yang beberapa bagian tubuhnya di tutup perban.

" Mozza." Gumam Rangga dengan mata yang membola. Seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

" Kamu kenapa sayang?" Tanya Mozza dan duduk di sebelah Rangga.

Kayra buru- buru menarik tubuh Mozza agar menjauh dari suaminya.

" Jangan dekat- dekat! Kalian bukan muhrim!" Seru Kayra dengan nada ketus.

Mozza melirik Kayra dengan tatapan sinis.

" Ada apa kamu kemari?" Tanya Rangga dengan nada dingin.

" Sesuai janjiku. Aku menemuimu setelah aku sudah mencapai karirku." Ucap Mozza dengan senyum menggoda.

" Aku sudah menikah. Dan ini adalah istriku. Kayra." Ucap Rangga menatap Mozza tajam.

Mozza tersenyum penuh arti. " Gak mungkin!" Sanggah Mozza. " Kamu cinta mati sama aku, Rangga!" Ucap Mozza tak terima dengan kenyataan.

" Itu dulu. Sekarang aku mencintai istriku." Ucap Rangga mempertegas kalimatnya.

" Rangga!"

" Apa?" Bentak Rangga tak kalah lantang dengan suara Mozza. " Kamu meninggalkan aku begitu saja hanya demi karir modeling kamu?!" Maki Rangga. Dia masih ingat betul bagaimana rasa sakit yang dia rasakan ketika Mozza sudah membulatkan tekadnya untuk terbang ke negara yang terkenal dengan fashionnya yang mendunia. Dia memutuskan hubungan mereka begitu saja dan meninggalkan Rangga yang terpuruk sendiri.

" Aku lakuin itu juga untuk masa depan kita juga, Rangga!" Sangga Mozza.

" Bukan masa depan kita! Tapi Kamu!" Ralat Rangga. Telunjuknya teracungkan tepat di depan wajah Mozza.

" Hah!" Mozza mendengkus kesal dengan kenyataan yang ada. Lelaki yang dia pikir akan tetap menunggunya. Ternyata kini sudah membangun rumah tangga dengan wanita lain. Bahkan standar kecantikan wanita itu jauh di bawahnya.

" Pergi kamu dari sini! Dan jangan ganggu keluargaku!" Usir Rangga pada Mozza.

Dengan gaya yang angkuh dan elegan. Mozza berdiri dan menatap sinis pada Kayra yang sejak tadi membisu dan segera berlalu dari hadapan mereka.

Kayra menatap Rangga dengan tatapan nanar. Pantas saja nama Mozza tak asing di telinganya. Ternyata dia perempuan yang dulu sering di sebut suaminya saat tertidur ketika awal pernikahan mereka dulu.

" Dia mantan pacar kamu, Mas?" Tanya Kayra dengan suara bergetar. Hatinya kembali tergores ketika mengingat bagaimana perlakuan Rangga dulu saat mereka baru menikah.

Rangga menatap Kayra. Langsung dipeluknya Kayra yang tengah menangis. Rangga tahu jika Saat ini hati Kayra tengah terluka karena kehadiran Mozza yang tiba- tiba.

Kayra menangis sesenggukan di pelukan Rangga. " Pantas saja kamu sering menyebutnya dalam mimpi kamu." Ujar Kayra di sela tangisnya.

" Sssttt." Rangga mengelus lembut punggung Kayra dan sesekali mengecup pucuk kepala Kayra dengan lembut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!