Liam segera melihat ke arah tatapan Raka terpaku. Liam yang tak melihat apapun. bergantian menatap Raka dengan bingung. " Liatin apaan sih?!" Tanya Liam.
" Bukan apa- apa." Jawab Raka yang menyadari jika wanita yang baru saja dilihatnya berbeda dengan kenangannya di masa lalu. Wanita yang selalu mengisi relung hatinya.
" Aneh." Ujar Liam dan membereskan berkas- berkas yang masih berserakan di meja.
" Aku langsung pulang ya." Ucap Liam setelah selesai membereskan berkas- berkasnya.
Raka tak menyahut melainkan mempercepat langkahnya dan merangkul Liam untuk kembali naik ke mobilnya. Malas sekali jika dia pulang sekarang dan bertemu dengan Alexa. Wanita yang selalu membuatnya sakit kepala.
" Mau ngapain nih?!" Sergah Liam ketika Raka mendorongnya agar masuk ke mobilnya" Kita nonton." Ucap Raka asal. Cuma alasan dia saja sebenarnya.
" Gak biasanya." Tiko menanggapi.
" Aneh banget. Ada apaan sih dia?" Liam bingung.
" Ooohhh.." Tiko baru menyadari jika tadi pagi di sudah melihat mobil Alexa sudah terparkir manis di rumah sang tuan mudanya itu. " Yaudah bos.. Kita nontom sekarang." Seru Tiko menyetujui usul Raka.
******
Hari sudah menjelang sore. Tetapi Raka masih belum pulang juga. Alexa yang sudah menunggu sejak tadi mulai terlihat gelisah.
" Raka kemana sih, Nek?!" Alexa tampak mulai kesal karena Raka selalu saja menghindari dirinya.
" Sebentar lagi mungkin dia pulang. Sabarlah." Hibur Erina pada Alexa yang terlihat bermasam muka.
Pucuk dicinta. Ulam pun tiba. Raka muncul dari balik pintu dengan wajah yang terlihat lelah. Tanpa menyapa Alexa. Raka mencium punggung Erina dan segera menuju kamarnya. Tak dipedulikan wanita di samping neneknya yang menatapnya dengan wajah berbinar karena penantiannya terjawab sudah.
" Sayang!" Panggil Alexa setengah berteriak karena Raka mengacuhkan kehadirannya.
Dengan satu tarikan nafas panjang dan helaan nafas yang berat. Mau tidak mau. Raka membalikkan badannya dan melihat ke arah Alexa yang sudah mendekat dan kini bergelayut manja pada lengan Raka.
" Aku lelah." Ucap Raka seraya melepaskan tangan Alexa yang melingkar.
Alexa mencebik dengan sikap Raka yang dingin.
" Ajaklah dia jalan. Kasihan Alexa sudah menunggumu dari pagi." Ucap Erina pada Raka.
" Lain kali aja, Nek. Aku lelah." Tolak Raka halus.
" Rakaa.." Erina mulai menekan intonasi bicaranya.
Raka hanya berdecak kesal. " Kita ngobrol aja di halaman belakang." Ucap Raka terpaksa menemani Alexa. Malas rasanya jika harus mengajaknya keluar.
" Di kamar aja." Usul Alexa. " Bolehkan, Nek?" Ucap Alexa meminta persetujuan Erina. Erina hanya mengangguk sambil tersenyum.
" Terserahlah!" Ucap Raka dengan wajah cueknya dan berjalan mendahului Alexa ke kamarnya.
Raka duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Sebenarnya saat ini ingin sekali dia tiduran di kasur. Tetapi ada wanita ini. Bisa- bisa dia ikutan nimbrung di sampingnya.
" Kenapa di luar? Ini sama aja ngobrol di halaman belakang!" Protes Alexa.
" Kalo gak suka, lebih baik kamu pulang." Ucap Raka dingin.
" Raka!"
" Berhentilah menempel terus!" Ucap Raka kesal.
" Aku calon istri kamu!" Alexa menekankan kalimatnya.
" Udah berapa ratus kali aku bilang! Aku menolak perjodohan ini! Semakin kamu memaksa semakin aku merasa enggan!" Raka tak kalah menekan intonasi bicaranya pada Alexa.
" Apa maksud kamu?"
" Pergi dari hadapanku!" Ucap Raka mulai merasa muak dengan sikap Alexa. Hampir setahun mereka bertunangan. Tetapi benih- benih cinta tak juga tumbuh di hati Raka sedikitpun.
" RAKA!" Bentak Erina yang kebetulan saat itu masuk ke kamarnya untuk melihat apa yang dua orang ini lakukan.
Raka menoleh pada Erina yang sudah menatapnya tajam.
" Jaga bicara kamu!" Bentak Erina lagi.
" Nek!"
" Jika kamu menolak perjodohan ini! Nenek akan hapus kamu dari daftar ahli waris!" Ancam Erina pada Raka.
Raka berkali- kali mengatur nafasnya. Emosinya sudah sangat meluap. Raka mencoba menahan kembali emosinya agar tak membentak neneknya. Orang yang paling dia hormati dan sayangi di dunia ini setelah kedua orang tuanya.
" Apa kamu menentang nenek?!" Erina semakin menajamkan tatapannya.
" Nek."
" Kamu adalah pewaris keluarga Narendra. Kamu harus mengikuti peraturan yang berlaku di keluarga ini!"
Raka tak lagi menyahut ataupun membantah. Bukan soal dia akan di coret dari ahli waris. Tetapi Raka memilih mengalah agar terus bisa menemani neneknya sampai akhir waktunya. Entah siapa duluan yang akan terpanggil nanti oleh tuhan.
Alexa menahan senyum puasnya melihat Raka seketika takluk dan diam karena mendengar ucapan Erina.
******
' Hhuuueeekkkk...Hhhuuueeekkk.. Hhuuueeeekkk'
Sejak pagi Kayra selalu mengeluarkan kembali isi perutnya jika dia mengisi perutnya dengan makanan berat seperti nasi. Hanya buah yang mampu bertahan di dalam perutnya. Rangga dengan sabar memijit tengkuk leher Kayra yang sedang muntah. Dia melihat istrinya dengan prihatin. Wajahnya mulai terlihat pucat.
" Kita ke dokter aja ya, Sayang." Bujuk Rangga merasa khawatir dengan keadaan Kayra.
Kayra menggeleng.
" Hal biasa terjadi untuk ibu hamil." Ucap Surti di tengah kebingungan Rangga dengan keadaan Kayra.
" Kayra pucat sekali, Bu. Sejak pagi selalu aja muntah kalo makan nasi."
" Aku gak papa, Mas." Hibur Kayra dengan senyuman yang dia lukis walaupun terlihat lemas.
" Dulu, ibupun begitu. Malah lebih parah waktu hamil mas mu itu." Ucap Surti pada Rangga. " Ibu gak bisa makan nasi. Jangankan makan. Cium bau nasi pun udah bikin perut ibu di aduk- aduk." Kenang Surti di iringi sela tawanya.
" Bagaimana ibu bisa makan?" Rangga tampak penasaran. Karena selama ini ibunya tidak pernah bercerita bagaimana dia saat sedang hamil dulu.
" Ibu gak makan nasi sampai kandungan ibu menginjak usia enam bulan. Jadi selama itu ibu cuma makan buah. Atau cuma makan lauknya aja." Ucap Surti menyambung ceritanya.
" Ibu malah lebih parah, Mas. Aku kan masih bisa cium bau nasi. Untuk hari ini mungkin sii dede lagi gak mau makanan berat." Ucap Kayra dengan senyuman khasnya.
" Mas takut kamu kenapa- napa sayang." Rangga membelai lembut pipi istrinya.
' Tok Tok Tok'
Sebuah ketukan dari pintu depan menghentikan pembicaraan mereka. Surti buru- buru bangkit dan berjalan menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang.
" Lama banget sih!" Omel Arif begitu Surti sudah membuka pintunya.
" Assalammu'alaikum." Sindir Surti pada anaknya yang kini seperti hilang tata kramanya.
" Masuk rumah sendiri!" Ucap Arif dengan sikap angkuhnya. Semenjak menikah dengan Loli. Gaya hidup Arif memang meningkat. Gayanya bagaikan seorang bos besar . Padahal kenyataannya dia baru memiliki perusahaan di bidang transportasi dan itupun masih merintis.
" Siapa, Bu?" Tanya Rangga yang baru menghampiri ibunya.
Surti hanya diam melihat tingkah anak pertamanya yang semakin angkuh. Bahkan kini dia duduk dengan kaki terangkat ke meja tanpa melepaskan sepatunya.
" Duduk yang sopan, Mas. Ada ibu." Rangga memperingatkan.
" Suka- suka aku dong! Ini kan rumahku juga!" Ucap Arif dengan sombongnya.
" Jangan bertengkar." Bisik Surti pada Rangga. Lelah rasanya jika melihat kedua putranya kini saling serang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Dasar elexa cinta itu tdk bs dipaksakan beribu kl raka sll menolak sll gencar2 trus mengejarnya sampe dapat....lanjut thor...
2023-11-11
1