2

" Mas Rangga lagi kerja. Ada perlu apa? biar saya sampaikan." Ucap Kayra sedikit ketus karena dia tidak suka dengan cara Mozza memandang dirinya. Apa ada yang salah dengan penampilannya yang hanya mengenakan daster rumahan dengan rambut dia kuncit dengan gaya cepol. Ini kan hanya di rumah. Tak perlukan dia banyak bergaya dalam penampilan.

" Bilang saja. Mozza ke sini." Ucap Mozza dengan gaya angkuhnya dan memberikan secarik kartu nama yang dia keluarkan dari tas kecilnya.

" Nanti aku sampaikan." Ucap Kayra datar dan langsung menutup pintu depan. Tak peduli lagi jika Mozza masih berdiri di sana.

Mozza bersungut- sungut menahan kekesalannya karena Kayra menutup pintunya sedikit kasar di hadapannya.

" Siapa Kay?" Tanya Surti dengan sodet yang masih ia pegang di tangan kanannya.

" Mozza." Jawab Kayra dengan mata masih tertuju membaca kartu nama yang diberikan wanita itu.

" Mozza?!" Surti mengernyitkan dahinya hingga menambah kerutan di wajahnya.

" Ibu kenal?" Tanya Kayra kini menatap mertuanya.

Surti tampak sedang mengingat- ingat dengan sosok wanita itu. Lalu menit kemudian netranya membesar ketika mengingat sosok yang sudah lama dia hapuskan dari hidup Rangga.

" Jangan di kasih tau Rangga!" Ucap Surti dan mengambil kartu nama yang dipegang Kayra.

" Loh.. Kenapa, Bu?" Tanya Kayra terheran- heran melihat sikap mertuanya.

" Lupakan aja Kay. Anggap aja wanita itu gak pernah datang ke sini." Ujar Surti sambil berjalan menuju dapur.

Kayra yang penasaran mengekor Surti ke dapur dan berdiri di ambang pinti dapur menatap mertuanya yang tengah sibuk mengaduk masakannya yang masih berendam di wajan atas kompor.

" Mozza itu siapa, Bu? Sepertinya aku pernah dengar nama itu." Tanya Kayra sambil terus berusaha mengingatnya.

" Bukan siapa- siapa, Kay. Jangan pikirin yang macem- macem. Fokus sama kehamilan kamu." Ujar Surti masih tak ingin menjawab secara gamblang.

Kayra menarik nafasnya dalam. Sepertinya percuma saja dia bertanya pada mertuanya. Tidak akan pernah dijawab. Tetapi justru karena hal itu jadi membuat Kayra penasaran.

******

"Assalammu'alaikum." Seru Rangga dengan riang saat dia memasuki pintu depan.

" Wa'alaikumsalam." Sahut Kayra dan Surti berbarengan. Kayra langsung menghampiri Rangga untuk menyambutnya dan mencium punggung tangan Rangga.

" Biar Mas saja." Rangga menolak memberikan tas kerjanya ketika Kayra ingin membawakannya ke kamar.

" Gak papa Mas."

" Kamu lagi hamil, sayang." Ucap Rangga dan mengecup lembut kening Kayra.

" Oh iya. Ini tadi mas beli di jalan." Seru Rangga dan memberikan buah- buahan yang dia bawa dalam kantung belanja.

Kayra menerimanya dengan senang hati. Perhatian Rangga dan ibu mertuanya memang sangat berlebihan. Tetapi Kayra sangat senang akan hal itu. Kasih sayang dan perhatian dari merekalah yang dibutuhkan Kayra saat ini.

" Bos mas yang baru. Perfeksionis banget, Kay. Gak mau ada kesalahan sedikiiiiit aja." Keluh Rangga saat Kayra menyuguhkan secangkir kopi untuk Rangga yang sedang duduk di teras rumah sambil menyesap sebatang rokok. Kayra duduk di kursi sebelah Rangga agak sedikit menjauh untuk menghindari kepulan asap rokok.

" Bahkan.. Pak Joko bagian HRD. Dipecat hari ini karena ketahuan memasuki sanak saudaranya pada perusahaan itu." Sambung Rangga lagi. Rangga menarik nafasnya. " Salah Pak Joko juga sih. Masukin orang yang kurang kompeten. Jadi hanya menambah beban perusahaan aja. Pak Joko beserta tiga orang keluarganya. Di pecat secara bersamaan." Cerita Rangga.

" Kasihan Pak Joko. Di usia tuanya dia malah kehilangan pekerjaannya." Kayra tampak prihatin memikirkan bagaimana nasib keluarga Pak Joko kelak.

" Mas takut kalo sewaktu- waktu mas buat kesalahan dan berakhir seperti Pak Joko." Ujar Rangga mengingat bagaimana dia akan sangat membutuhkan pekerjaan ini. Di tambah lagi saat ini istrinya tengah hamil.

" Jangan berpikiran begitu, Mas. Semoga mas selalu dilindungi dari orang yang zalim. Dan semoga mas bisa tetap bertahan pada perusahaan itu." Hibur Kayra.

Rangga mengaminkan ucapan istrinya. Setelah menyeruput tetes terakhir kopi hitam suguhan Kayra. Rangga segera masuk ke rumah untuk membersihkan tubuhnya.

******

" Raka!" Panggil seorang wanita cantik bertubuh langsinh dan memiliki kaki yang jenjang pada Raka yang sudah bersiap menuju mobilnya.

Raka hanya menoleh sebentar dan melanjutkan langkahnya menuju mobil. Wanita itu sedikit berlari agar bisa menghentikan langkah Raka.

" Kenapa susah sekali untuk bertemu dengan kamu!" Omel wanita itu dan ikut menerobos masuk ke mobil Raka.

Raka menatap tajam wanita yang selalu mengejarnya. Wanita yang menurutnya tidak tahu malu.

" Kenapa kamu enggan sekali menyapa calon istrimu." Ucap wanita itu lagi.

Raka menarik nafasnya dalam mengatur emosinya. Ingin rasanya detik ini juga dia mendorong keluar wanita itu. Tetapi pasti neneknya akan marah. " Waktu kita gak banyak." Ucap Raka pada supirnya agar segera melajukan mobilnya. Sedangkan Raka membuka berkas yang sejak tadi dia bawa. Tak menghiraukan kehadiran wanita itu.

" Raka!" Wanita itu berteriak marah dan menutup paksa berkas yang sedang di baca Raka. " Aku sedang bicara. Tolong hargai aku!" Omelnya dengan menatap tajam ke arah Raka.

" Apa gak cukup perlakuan manisku di hadapan nenek?" Ucap Raka tajam.

" Aku tunanganmu!" Ujar wanita itu dengan menekankan kalimatnya.

" Alexa! Aku tidak pernah menyetujui perjodohan ini!" Ucap Raka. " Jangan memaksaku berbuat kasar padamu!" Ucap Raka telak.

" Raka!"

" Turun!" Bentak Raka tajam.

Sang supir yang diketahui bernama Tiko langsung menepikan kendaraannya.

" Raka!" Alexa masih enggan mengikuti perintah Raka.

" Aku bilang TURUN!" Bentak Raka sekali lagi dan semakin menajamkan tatapannya.

Melihat raut wajah Raka yang sangat tidak bersahabat. Membuat Alexa berdecak sebal dan dengan berat hati dia turun dari mobil mewah milik Raka.

Dengan wajah bersungut- sungut. Alexa menelepon sopirnya untuk segera menjemputnya.

" Dia pasti ngadu." Ujar Liam yang memang selalu stand by di samping Raka.

" Biarin aja!" Ucap Raka tak terlalu mempedulikannya.

" Si bos pasti kena omel dari nyonya besar." Sahut Tiko.

Ya.. Liam, Tiko dan Raka sebenarnya adalah sahabat. Raka yang memang terkenal tertutup dengan orang lain. Hanya pada mereka saja dia bisa mengekspresikan semuanya.

Raka hanya menatap sekilas jalanan yang mulai dipadati dengan kendaraan dan matanya kembali tertuju pada berkas yang tadi dia baca.

' CCKKIIIIITTT'

Raka terhuyung ke depan karena Tiko tiba- tiba saja mengerem mendadak.

" Ada apa?" Raka Penasaran.

" Tuh. Tiba- tiba aja ada motor jatuh." Ucap Tiko.

Raka langsung turun untuk melihat keadaan di luar Dan benar saja ada seorang pengendara motor tengah meringis kesakitan di depan mobilnya.

" Anda baik- baik saja?" Tanya Raka dan membantu sang pengendara untuk menepi.

Di bantu beberapa pengendara yang juga sengaja menepi untuk membantu. Sang pengendara berjalan tertatih menuju trotoar. Celana bahannya sobek pada bagian lutut.

" Pak Raka!" Ucapnya ketika matanya menangkap sosok Raka yang tengah duduk di sampingnya.

" Kamu kenal saya?" Raka mengernyitkan dahinya karena wajah sang pengendara tertutup masker.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

kayaknya sirangga yg ditabrak itu kenal sm raka......

2023-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!