Kursi Roda
Angga Wira Aditya, dikenal sebagai "Wira" oleh teman-temannya, adalah salah satu sosok paling terkenal di dunia bisnis Indonesia. Di usia 35 tahun, dia adalah CEO dari salah satu perusahaan produk olahraga terkemuka di negeri ini. Ketika Anda berbicara tentang sukses, kekayaan, dan pengaruh, tidak ada yang dapat menyainginya. Namun, ada sesuatu yang tidak semua orang tahu tentang Wira.
Di mata publik, Wira adalah citra sempurna seorang pemimpin perusahaan. Tampilan tampan, karismanya, dan kewibawaannya selalu berada pada titik tertinggi. Tapi di balik semua itu, ada aspek kehidupannya yang dijaga dengan sangat ketat dan hanya diketahui oleh segelintir orang.
Setiap hari, di bawah topeng identitasnya yang sesungguhnya, Wira menjalani kehidupan ganda yang tak terbayangkan. Dia adalah seorang playboy yang penuh misteri. Dengan menggunakan berbagai nama samaran, dia menutupi identitasnya yang sebenarnya untuk menjalani kehidupan yang berbeda.
Wanita-wanita yang berpapasan dengannya tidak bisa menahan diri. Mereka merasa seolah terhipnotis oleh pesona dan kekayaan yang dia pancarkan. Bahkan baru saja bertemu dengannya, mereka langsung tergila-gila dan tanpa ragu-ragu memintanya untuk berkencan. Mereka merasa beruntung mendapatkan perhatian dari pria tampan dan sukses seperti Wira.
Bagi Wira, mencari wanita adalah seperti berjalan-jalan di taman bermain. Mereka datang begitu mudah, seperti serangga yang terbang ke dalam jaring laba-laba. Wanita-wanita itu memintanya untuk menghabiskan waktu bersama pria tampan yang bekerja sebagai seorang CEO terkemuka.
Namun, bagi Wira, semua ini bukanlah permainan yang tanpa akhir. Meskipun terlihat bahagia di mata dunia luar, di dalam hatinya, ada pertanyaan yang selalu menghantuinya. "Apakah inilah yang aku cari sebenarnya?" pikirnya seraya duduk sendirian dalam keheningan kamar tidurnya. "Kekayaan, wanita, dan identitas ganda. Tapi di mana arti sejati dalam semua ini?"
Wira Aditya, yang oleh teman-temannya sering disapa sebagai "Pria Sang Penakluk," memang memiliki reputasi yang tak tertandingi dalam hal menarik hati wanita. Ia telah meraih sejuta kisah cinta yang berputar di sekitar pesonanya yang tak terbantahkan. Setiap wanita yang berjalan ke dalam hidupnya tampaknya tak bisa menolak pesona dan kemewahannya.
Pria Sang Penakluk, itulah julukan yang melekat padanya dalam lingkaran pertemanan yang eksklusif. Teman-temannya selalu terpesona oleh cerita-cerita tentang penaklukan-penaklukan baru yang dilakukan oleh Wira. Baginya, dunia cinta adalah seperti taman bermain pribadi yang selalu siap dia jelajahi.
Setiap wanita yang mengenal Wira merasa beruntung bisa menghabiskan waktu dengannya. Meskipun baru saja bertemu, mereka sering kali merasa terpikat oleh kehadiran dan percakapannya. Mereka merasa sebagai sasaran penaklukan yang paling beruntung.
Dalam pergaulan sosial, Wira selalu menjadi pusat perhatian. Pria ini adalah manifestasi hidup dari pesona dan ketampanan. Dia mampu membuat hati setiap wanita berdebar-debar begitu dia melirik mereka dengan mata tajamnya. Tak ada satu pun wanita yang bisa menolak pesona dan kemewahan yang dia pancarkan.
Pada suatu siang, Wira mendatangi salah satu restoran di mana Andi temannya sudah menunggu. Suasana di restoran mewah itu adalah kombinasi sempurna antara kemewahan dan elegansi. Setiap detailnya dirancang untuk memberikan pengalaman kuliner yang istimewa. Ketika waktu makan siang tiba, restoran ini bercahaya dengan pesona yang tak terlupakan.
Langit-langit tinggi ruangan menampilkan lukisan plafon yang indah dan lampu gantung kristal yang memantulkan cahaya dengan indah. Cahaya lembut yang disebarkan oleh lampu-lampunya menciptakan suasana yang hangat dan penuh daya tarik.
Meja-meja terbuat dari kayu berkualitas tinggi dan dilapisi dengan taplak meja putih yang bersih. Kursi-kursi yang nyaman dihiasi dengan kain sutra lembut, menciptakan lingkungan yang mewah. Masing-masing meja ditempatkan dengan jarak yang cukup untuk memberi privasi kepada para tamu, sementara masih memberikan kesempatan untuk menikmati pemandangan luar jendela.
Para pramusaji yang berpakaian rapi dan sopan dengan senyum ramah menghadiri para tamu dengan profesionalitas. Mereka sangat berpengetahuan tentang menu dan dan semua yang dihidangkan di restoran tempat mereka bekerja, siap untuk memberikan rekomendasi yang memuaskan. Peralatan makan yang berkilauan dipersiapkan dengan rapi di atas meja, mencerminkan kualitas layanan restoran ini.
Pemandangan dari jendela-jendela yang besar adalah yang memikat. Para tamu dapat menikmati pemandangan kota yang gemerlap, jalan-jalan yang ramai, dan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang di kejauhan. Pemandangan ini memberikan latar belakang yang sempurna untuk waktu makan siang yang istimewa.
Menu makan siang di restoran ini mencakup hidangan-hidangan kelas atas, mulai dari hidangan pembuka yang lezat hingga hidangan utama yang eksklusif. Anggur merah berkualitas tinggi tersedia dalam daftar anggur yang lengkap, menawarkan pilihan yang sempurna untuk melengkapi hidangan.
Ketika para tamu menikmati makan siang mereka, mereka merasakan kombinasi cita rasa yang luar biasa, keindahan lingkungan, dan pelayanan yang sangat baik. Restoran mewah ini menciptakan suasana yang tak hanya memanjakan indera rasa, tetapi juga mata dan perasaan para tamu. Suasana seperti ini membuat waktu makan siang menjadi pengalaman yang tak terlupakan di tengah gemerlapnya dunia mewah.
"Wira." Panggil Andi setelah menyelesaikan makanan dan meletakkan gelas yang baru saja ia teguk.
"Yah kenapa Di?" jawab Wira yang melihat temannya dengan serius.
Sekarang kita sudah tidak muda lagi, aku sebagai sahabatmu dari dulu ingin berbicara serius tentang kehidupanmu yang sekarang."
"Tumben-tumbenan kamu ingin berbicara serius, Bukankah bercanda lebih terlihat asyik." jawab Wira dengan acuhnya.
Mendengar ucapan Wira Andi tidak terlalu mempedulikan, Karena dia sudah sangat paham dengan sikap temannya yang sangat cuek dia melanjutkan pembicaraan.
"Kita sudah tidak muda lagi, sekarang umur kita hampir 35 tahun, aku bersama teman-teman lainnya yang seumuran denganmu sudah menata hidup yang baru bahkan kami sudah memiliki anak. aku bukan mau mencampuri urusanmu tapi sebagai sahabat Tidak ada salahnya untuk mengingatkan, dalam kurun umur yang sudah lumayan menginjak hampir kepala empat, sebaiknya kamu Berhentilah bermain-main, apalagi bermain tentang wanita. sudah saatnya kamu mencari satu wanita yang serius untuk dijadikan sebagai pasangan, karena sejatinya kehidupan manusia harus menikah dan meneruskan keturunan. Bukan tentang harta yang melimpah, bukan tentang wanita yang selalu berganti menemani."
"Iya aku juga memiliki pemikiran ke sana, makanya aku selalu memacari semua wanita untuk mencari wanita yang cocok menjadi pendampingku." jawab Wira dengan wajah cueknya, matanya terlihat jelatan memperhatikan keadaan restoran yang nampak ramai dikunjungi oleh pengunjung, seperti seekor predator yang sedang mencari mangsa.
"Bukan apa-apa memang kehidupanmu secara kasat mata tidak ada yang kurang namun, aku tahu dan aku bisa menebak ada kehampaan di hatimu. kalau ada seorang wanita yang bisa mengerti maka ruang kosong itu akan terisi penuh oleh cinta Dan kehidupanmu akan lebih terarah karena memiliki tujuan atau kebahagiaan yang ingin dicapai bersama pasangan."
Tring! tring! tring!
Sebelum menjawab ungkapan sahabatnya telepon yang berada di atas meja terdengar berdering, dengan segera Wira pun mengambil lalu melihat orang yang meneleponnya, ternyata itu adalah Arwi kakaknya.
"Yah Ada apa kak?" Tanya Wira setelah menempelkan handphone di telinga.
"Kamu malah bertanya ada apa apa? kamu lupa kalau ibu kita sedang dirawat di rumah sakit. Kamu dihubungi dari semenjak seminggu yang lalu tapi kamu tidak pernah menjenguk ataupun menemani ketika ibu dirawat. sekarang kamu puas karena Ibu sudah tiada Ibu sudah meninggalkan kita semua?" jawab Arwi dengan suara yang sedikit terisak, menahan emosi dan kesedihan yang berkumpul di dalam dada seperti hendak meletus melihat tingkah adiknya yang sangat tidak peduli dengan keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments