Ditegur Wanita Cantik

"Tolong Pelankan suara musiknya!" ujar wanita itu dengan sedikit menaikkan intonasi suara, Namun tape recorder yang kencang menelan suara gadis cantik itu.

"Apa?" jawab Wira balik bertanya.

"Pelankan suara tapenya!" ujar wanita itu sambil menunjuk ke arah pemutar musik membuat Wira mengerti dengan maksudnya.

Dengan segera dia mengambil tape yang sedang memutar lagu klasik, kemudian dia mematikan lalu menatap kembali ke arah wanita yang masih berdiri di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Wira yang masih Terkesima dengan kecantikan gadis itu yang memiliki daya tarik sangat berbeda dari wanita-wanita yang pernah ditemui oleh sang penakluk.

"Tolong Pelankan suara musiknya, karena sekarang sudah mendekati waktu maghrib Tidak sepantasnya kita sebagai umat yang beragama memutar musik dengan kencang, sebentar lagi azan akan berkumandang. jadi tolong hargailah kepercayaan orang lain dan waktu seperti ini cocok untuk beristirahat setelah seharian bekerja, bukan disuguhi dengan suara bising yang tidak enak di telinga." ujar suara lembut wanita itu.

"Maaf, maaf aku tidak sengaja. aku sedang sedih karena ibuku baru saja meninggal." ujar Wira sambil merubah raut wajahnya supaya dikasihani.

"Innalillahiwainnailaihirojiun, Kapan Tante Linda meninggal. Maaf aku tidak datang ke acara pemakamannya, memang beberapa hari ini aku tidak melihat dia keluar dari kamar aku kira dia sedang bermain ke tempat anaknya."

"Tadi jam 01.00 siang, baru saja langsung dimakamkan."

"Ya sabar ya pak! semoga tante Linda diterima amal ibadahnya, dan bapak yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran "

"Terima kasih atas doanya. Oh iya kamu siapa namanya?" tanya Wira sambil mengeluarkan tangan.

"Aku Aulia penghuni baru di apartemen ini, karena tempat kerjaku yang jauh dari rumah sehingga aku memutuskan menyewa salah satu kamar di apartemen ini." Jawab Aulia sambil menyambut uluran tangan Wira sehingga membuat aneh mulai menjalar ke sekujur tubuhnya.

"Wira. Oh ya kamu kerja di mana?"

"Aku bekerja di Panti sosial tentang pengurusan orang disabilitas."

Mendengar kata disabilitas Wira pun memperhatikan sekujur tubuhnya yang sedang duduk di kursi roda, sehingga akal jahatnya mulai menemukan ide agar dia bisa berlama-lama mengobrol dengan gadis cantik berwajah manis yang baru Iya temui.

"Waduh ternyata kamu sangat hebat, kamu mau bekerja di tempat orang-orang yang memiliki kekurangan. aku sebagai orang yang merasakan perasaan hal yang sama merasa terbantu dengan relawan relawan seperti kamu, meski mendapat gaji Tapi itu tidak sebanding dengan pekerjaan yang berat, karena kehidupan kami sangat menyusahkan." Ujar Wira tanpa berpikir dua kali dia mengaku bahwa dirinya juga adalah orang difabel yang tidak bisa berjalan.

"Maksudnya?" dahi Aulia yang putih bersih mengerut.

"Aku juga sama seperti mereka, tidak bisa berjalan menggunakan kedua kaki. hanya mampu beraktivitas ditopang dengan kursi roda. sedih, kecewa, marah, berkumpul menjadi satu. Kenapa hidupku sangat malang seperti ini, aku tidak seperti orang lain yang bisa berjalan dengan cepat, Bahkan mereka bisa berlari. sedangkan aku hanya untuk ke kamar mandi saja membutuhkan perjuangan yang begitu berat." jawab Wira dengan menundukkan pandangan, menggambarkan kepiluan hati yang sedang ia alami.

Mendengar penjelasan laki-laki yang baru ia temui mata indah milik Gadis itu menatap ke arah Wira memperhatikan sekujur tubuhnya dari telapak kaki sampai ujung rambut, sehingga perasaan Iba pun mulai menyeruak hingga dia pun duduk di kursi yang berada di dekat makas. tangannya tiba-tiba memegang bahu Wira membuat pria penakluk itu mengulum senyum di dalam hati Karena dia sudah bisa memperdaya wanita yang sangat cantik.

"Memang aku ini benar-benar hebat, walaupun aku terlihat sangat menyedihkan dengan kursi roda, tapi Wanita Masih tertarik dengan bosan aku yang begitu menawan. Jadi bukan harta yang mereka inginkan melainkan ketampananku." gumam hati Wira yang merasa menang telah mengelabui Aulia.

"Kamu yang sabar ya! karena orang-orang seperti kamu adalah orang-orang istimewa, orang-orang yang memiliki semangat hidup yang lebih daripada kami yang normal, meski dengan kekurangan tapi kalian masih bertahan. Aku salut dengan perjuangan yang sangat gigih meski dengan keterbatasan mereka tetap mampu bekerja, mereka tetap mampu beraktivitas sebagaimana mestinya." ujar Aulia yang masih memegang bahu Wira, dia menguatkan perasaan pria itu dengan kata-kata yang sering ia ungkapkan ketika sedang mengurusi pasiennya.

"Terima kasih atas semangatnya. tapi aku kadang merenung di dalam kesendirian, merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung karena aku memiliki kekurangan."

"Hidup itu bukan untuk disesali tapi untuk dinikmati, kebahagiaan itu bisa didapat oleh semua orang tidak terbatas dengan orang yang normal ataupun yang difabel. mereka akan merasakan kebahagiaan dengan cara masing masing, sudah jangan merasa minder dengan keadaan yang ada, karena kamu adalah orang hebat." Aulia tetap menguatkan Wira karena dia merasa yakin Wira butuh mood booster di tengah kepedihan yang sedang ia rasakan.

Mendapat sentuhan di pundaknya Wira mulai menggerakkan tangan hendak memegang tangan gadis yang masih menempel, membuat Aulia menarik tangannya karena meski Dia sedang menguatkan, Tidak sepantasnya pria yang baru kenal langsung bisa memegangnya.

"Maaf aku bukan bermaksud kurang ajar. tapi aku sangat berterima kasih kamu sudah menguatkanku sekarang aku hidup sebatang Kara  ibuku yang selalu menyayangi sudah meninggal, aku tidak bisa membayangkan kehidupanku yang akan datang, yang tidak memiliki siapa-siapa." ujar Wira dengan segera berkata itu untuk menutup Aulia yang terlihat sedikit merasa kesal. Bahkan wajahnya terlihat mengerut seperti hendak mengeluarkan cairan kesedihan.

"Tidak apa-apa, kalau kamu merasa kesepian kamu bisa main ke kamarku, karena kita tinggal bersebelahan." Jawab Aulia sambil mengulum senyum membiaskan kemarahan.

"Terima kasih atas kebaikanmu dan mohon maaf kalau kamu tidak nyaman berada di sampingku."

"Sama-sama, aku juga minta maaf telah mengganggu kesenanganmu yang sedang mendengarkan musik, itu bukan bermaksud buruk tapi sebagai tetangga harus saling mengingatkan dan saling menjaga satu sama lain."

"Ya Terima kasih sudah diingatkan."

"Mohon maaf, bukannya tidak mau menemani. Tapi waktu Sebentar lagi malam aku harus kembali ke kamarku karena baru saja aku sampai dari tempat kerja, mungkin tubuhku akan tercium sangat tidak nyaman. jadi untuk itu aku mohon pamit dulu!" ujar Aulia sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Aulia?" tahan Wira membuat wanita itu membalikkan kembali tubuhnya menata peran ke arah pria yang sedang duduk di kursi roda

"Apa tawaranmu benar?"

"Tawaran yang mana?" dahi Aulia mengerut mengingat perkataan yang sudah ia lontarkan.

"Kalau aku kesepian, aku boleh main ke kamarmu?"

"Tapi bukan untuk melakukan hal yang negatif, Kita hanya saling menguatkan untuk menjalani kehidupan."

"Iya aku mengerti, Terima kasih sebelumnya."

Akhirnya Aulia pun melanjutkan niatnya untuk meninggalkan apartemen milik Linda yang sekarang diisi oleh anaknya, diantar dengan tetapan Wira yang terlihat menelan ludah beberapa kali. perawakan Aulia yang sangat tinggi dipadukan dengan rambut yang diikat di atas, kulitnya yang putih terlihat sangat halus mungkin ketika ada nyamuk yang hinggap mereka akan terpeleset. ketika dia melangkah terlihatlah dua belahan bokong yang sangat berisi mengalihkan dunia para pria yang melihatnya.

"Memang kalau sang penakluk, walaupun dalam keadaan lumpuh wanita akan tetap bertekuk lutut di hadapan meminta belas kasihan untuk mencintainya. Wira, Wira, memang kamu ini sangat tampan." ujarnya setelah pintu tertutup sambil menatap kaca yang berada di dekat memperhatikan dirinya yang menyebabkan orang yang.

Episodes
1 Angga Wira Aditya
2 Kematian Sang Ibu
3 Bekunjung Kerumah
4 Ditegur Wanita Cantik
5 Merenung
6 Menikmati Malam Jakarta
7 Angelina
8 Mengatar pulang
9 obrolan Intens
10 Diusir Tiba-tiba
11 Merepotkan
12 Bantu
13 Perdebatan
14 Kembali Ke Apartemen
15 Mengudang Aulia
16 Ngopi Bersama
17 Janji Hari Minggu
18 Harus Sempurna
19 Kecewa
20 Menepati janji
21 Kelurga Aulia
22 Dua wanita Cantik
23 Dijebak
24 Mengenal Gadis Kursi Roda
25 Kembali Ke rutinitas
26 Taklukan Aluna!
27 Usir Rania!
28 Rania Marah
29 Kehidupan Arwi
30 Ketakutan Aulia
31 Takjiah
32 Introspeksi
33 Aluna Datang Kekantor
34 Semangat
35 Janjian
36 Carikan Aku Kursi roda
37 Antar
38 Menonton
39 Pertandingan yang sangat seru
40 Sang Juara
41 gejala kelumpuhan
42 Insyaf
43 Kambuh Lagi
44 Menjamu Cindy dan Clarisa
45 Ungkapan Wira
46 menaklukan dua Wanita
47 Melanjutkan Petualangan
48 Terperangkap
49 Jadi Korban
50 Lisa Yang Harus Memberesihkan
51 Lisa Merasa Lelah
52 Penyampai pesan
53 Lisa Tertarik
54 Belikan aku Tiket Konser
55 Mencari Kursi Roda
56 Pentas
57 Fans Baru
58 Menuju Restoran
59 Diner
60 Nyaman
61 mengantar Pulang
62 Terjebak
63 Kecewa
64 Menyegarkan Diri
65 Gagal Lagi
66 Menenangkan Diri
67 Lisa Ngambek
68 Curhat Dengan Andi
69 Mengajak Kencan Lisna
70 Janji dengan Aluna
71 Menjelaskan Semunya Ke Lisna
72 Pesona Yang Kuat
73 Mengantar Dita Pulang
74 Kesialan Terus Menimpa
75 Merenungi
76 Aluna Yang Ceria
77 Cara dia Menatapku
78 Villa di puncak
79 Diner Outdoor
80 Ungkapkan Perasaan
81 Menikmati Malam
82 Menang Taruhan
83 Masih Terbayang
84 Mencoba berpaling
85 Tidak bisa Melupakan
86 Menyibukkan Diri
87 Rasa Bersalah
88 Harus Bagaimana
89 Menemui Aluna
90 Teralihkan
91 Tak Mampu
92 Falling in love
93 Kegelisahan Wira
94 Mencoba Kembali
95 Lisa Mengganggu
96 Menggagalkan Rencana Sendiri
97 Tangan kosong
98 Bertemu Arwi
99 Arwi diminta Pertolongan
100 Aulia Menghubungi Wira
101 Pertanggungjawaban
102 Mencari Ketenangan
103 Menemui Bapak
104 Pencerahan
105 jauhi Wira
106 Sangat Perhatian
107 Aku sangat Bahagia
108 Tour Religi
109 Ustadz Ghufron
110 wira Ketauan
111 Belum Bisa
112 Aluna Terlihat Murung
113 Terbongkar
114 Penyesalan
115 Bangkit
116 Perubahan Sang Asisten
117 dikucilkan
118 Pelajaran
119 Mood Booster
120 Perubahan
121 Mengejar
122 Bertemu nurlela
123 Uji Kelayakan
124 Permintaan Maaf
125 Tamat
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Angga Wira Aditya
2
Kematian Sang Ibu
3
Bekunjung Kerumah
4
Ditegur Wanita Cantik
5
Merenung
6
Menikmati Malam Jakarta
7
Angelina
8
Mengatar pulang
9
obrolan Intens
10
Diusir Tiba-tiba
11
Merepotkan
12
Bantu
13
Perdebatan
14
Kembali Ke Apartemen
15
Mengudang Aulia
16
Ngopi Bersama
17
Janji Hari Minggu
18
Harus Sempurna
19
Kecewa
20
Menepati janji
21
Kelurga Aulia
22
Dua wanita Cantik
23
Dijebak
24
Mengenal Gadis Kursi Roda
25
Kembali Ke rutinitas
26
Taklukan Aluna!
27
Usir Rania!
28
Rania Marah
29
Kehidupan Arwi
30
Ketakutan Aulia
31
Takjiah
32
Introspeksi
33
Aluna Datang Kekantor
34
Semangat
35
Janjian
36
Carikan Aku Kursi roda
37
Antar
38
Menonton
39
Pertandingan yang sangat seru
40
Sang Juara
41
gejala kelumpuhan
42
Insyaf
43
Kambuh Lagi
44
Menjamu Cindy dan Clarisa
45
Ungkapan Wira
46
menaklukan dua Wanita
47
Melanjutkan Petualangan
48
Terperangkap
49
Jadi Korban
50
Lisa Yang Harus Memberesihkan
51
Lisa Merasa Lelah
52
Penyampai pesan
53
Lisa Tertarik
54
Belikan aku Tiket Konser
55
Mencari Kursi Roda
56
Pentas
57
Fans Baru
58
Menuju Restoran
59
Diner
60
Nyaman
61
mengantar Pulang
62
Terjebak
63
Kecewa
64
Menyegarkan Diri
65
Gagal Lagi
66
Menenangkan Diri
67
Lisa Ngambek
68
Curhat Dengan Andi
69
Mengajak Kencan Lisna
70
Janji dengan Aluna
71
Menjelaskan Semunya Ke Lisna
72
Pesona Yang Kuat
73
Mengantar Dita Pulang
74
Kesialan Terus Menimpa
75
Merenungi
76
Aluna Yang Ceria
77
Cara dia Menatapku
78
Villa di puncak
79
Diner Outdoor
80
Ungkapkan Perasaan
81
Menikmati Malam
82
Menang Taruhan
83
Masih Terbayang
84
Mencoba berpaling
85
Tidak bisa Melupakan
86
Menyibukkan Diri
87
Rasa Bersalah
88
Harus Bagaimana
89
Menemui Aluna
90
Teralihkan
91
Tak Mampu
92
Falling in love
93
Kegelisahan Wira
94
Mencoba Kembali
95
Lisa Mengganggu
96
Menggagalkan Rencana Sendiri
97
Tangan kosong
98
Bertemu Arwi
99
Arwi diminta Pertolongan
100
Aulia Menghubungi Wira
101
Pertanggungjawaban
102
Mencari Ketenangan
103
Menemui Bapak
104
Pencerahan
105
jauhi Wira
106
Sangat Perhatian
107
Aku sangat Bahagia
108
Tour Religi
109
Ustadz Ghufron
110
wira Ketauan
111
Belum Bisa
112
Aluna Terlihat Murung
113
Terbongkar
114
Penyesalan
115
Bangkit
116
Perubahan Sang Asisten
117
dikucilkan
118
Pelajaran
119
Mood Booster
120
Perubahan
121
Mengejar
122
Bertemu nurlela
123
Uji Kelayakan
124
Permintaan Maaf
125
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!