Di tengah gemerlap kota Jakarta, ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, adzan maghrib berkumandang dengan lantunan yang merdu dari berbagai masjid yang tersebar di seluruh kota. Cahaya senja yang memerah memancar di antara gedung-gedung tinggi, menciptakan siluet menakjubkan. Orang-orang berhenti sejenak dalam kesibukan mereka, merasa tenteram saat mendengar panggilan shalat, sambil mengamati langit yang berubah warna dari biru cerah menjadi oranye keemasan. Suasana kota Jakarta menjadi tenang dan damai, memancarkan keindahan spiritual yang mendalam saat adzan maghrib mengisi udara.
Wira duduk di sudut ruangan yang sunyi, di rumah almarhum ibunya yang penuh kenangan. Sepanjang hari, dia telah terhanyut dalam lamunannya, terbayang kembali pertemuannya dengan Aulia, gadis yang telah merebut hatinya. Di hadapannya, ada foto ibunya yang tersenyum bahagia, mengingatkannya pada kenangan manis bersama sang ibu yang sudah tiada.
Sambil memandangi foto ibunya, Wira merenung tentang saat pertama kali dia melihat Aulia. Gadis cantik itu muncul seperti bidadari dalam kehidupannya, membawa sinar keceriaan yang telah lama hilang. Wira merasakan getaran emosi yang rumit dalam dadanya. Ia ingin lebih mengenal Aulia, ingin berbicara, tertawa, dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan gadis yang telah merayu hatinya.
Dalam ketenangan rumah itu, suasana yang mendalam, Wira membiarkan pikirannya melayang bebas. Dia merencanakan cara untuk mendekati Aulia, cara untuk membuat gadis itu tertarik padanya tanpa mengesampingkan kenangan ibunya yang sudah meninggal. Wira tahu bahwa hidup adalah tentang menghadapi tantangan, dan mungkin, cinta akan menjadi satu di antaranya. Saat dia merenung dalam lamunannya, semangat dan tekadnya semakin kuat, membara seperti nyala lilin di ruangan yang tenang, merasuki hatinya dengan harapan yang penuh arti.
Dalam hati, Wira merasakan gejolak emosi yang membingungkan. Setiap kali dia melihat Aulia, hatinya berdebar kencang, seakan-akan terlilit dalam pesona gadis itu. Dia merasa seperti tersesat dalam dunia baru yang penuh misteri dan keindahan yang tak terlukiskan.
"Aulia, engkau adalah sinar matahari di tengah hari yang gelap. Setiap senyummu menghangatkan hatiku, dan setiap kata yang kau ucapkan membuatku ingin tahu lebih banyak tentangmu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi aku ingin mencoba. Aku ingin mengenalmu lebih baik, berbicara denganmu, dan berbagi cerita dan mimpi kita." Ungkap Vira dalam hati
Namun, Wira juga merasa cemas. Dia khawatir akan penolakan, takut Aulia mungkin tidak memiliki perasaan yang sama. Namun, dia bertekad untuk tidak membiarkan ketakutan menghalangi langkahnya. Dalam kebingungannya, Wira berjanji pada dirinya sendiri untuk mengambil langkah pertama dan melibatkan dirinya dalam petualangan cinta yang penuh dengan harapan dan ketidakpastian.
Wira terus merenung dalam kenangannya tentang ibunya yang sudah meninggal. Bayangan wajah ibunya yang penuh kasih dan dukungan selalu menghangatkan hatinya, bahkan di saat-saat sulit seperti ini. Namun, ketika jam menunjukkan pukul 08.00, perutnya mulai memberi sinyal lapar dengan keroncongan yang semakin keras. Itu adalah tanda bahwa dia harus bangkit dari kursi roda dan merespons panggilan perutnya.
Dengan hati yang sedikit berat, Wira melepaskan diri dari kursi roda. Dia tahu bahwa meskipun ibunya sudah tiada, itu tidak sedikitpun berpengaruh dalam kehidupan karena dia sudah lama tinggal sendiri dan mandiri, hidupnya hanya dibantu oleh asisten rumah tangga dan tukang delivery yang biasa mengantar makanan.
Wira berjalan menuju pintu apartemen yang tidak terkunci karena tadi Aulia lah yang menutup sebelum keluar dari kamar, dia pun memindai keadaan sekitar takut ada Aulia yang sedang di luar karena Kalau bertemu dengan gadis itu maka Wira harus berpura-pura lumpuh dengan menaiki kursi roda.
Setelah merasa aman pria tampanan gagah itu pun keluar kemudian Mengunci pintu apartemen ibunya menuju ke lift dengan hati yang berdebar tidak bisa dibayangkan Bagaimana jadinya yang dia baru sekali berkenalan sudah berbohong dengan berpura-pura tidak bisa berjalan.
Beruntung kala itu suasana apartemen sangat sepi karena selain kecil tidak banyak orang yang betah ditinggal di tempat kumuh seperti itu, sehingga Wira tidak bertemu siapapun ketika dia menuruni lantai menggunakan lift. Sesampainya di lobby Wira pun bergegas menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya hatinya terus berdebar, jantungnya terus berdetak seperti sedang dikejar oleh warga setelah mencuri di rumah orang.
Gejolak hati itu barulah tenang ketika dia sudah duduk di belakang kemudi, nafasnya yang memburu dihembuskan dengan begitu pelan, sampai lama-lama napas itu kembali normal seperti biasa. setelah merasa tenang dia pun memindai keadaan sekitar lalu menekan tombol Start hingga mobil mewahnya pun mulai menyala kemudian pergi meninggalkan apartemen ibunya.
Dalam perjalanan malam melalui kota Jakarta, suasana hiruk pikuk begitu kentara. Kendaraan berlampu sorot yang melintas dengan cepat di jalanan yang padat, menciptakan suara klakson yang tak pernah berhenti. Cahaya neon dari berbagai toko dan restoran memancar di sisi jalan, menciptakan jajaran warna yang memikat.
Orang-orang berpakaian rapi dan penuh semangat berduyun-duyun menuju klub malam, restoran, atau tempat hiburan lainnya. Suara musik, tawa, dan percakapan mengisi udara, menciptakan dinamika malam yang penuh kegembiraan.
Tetapi di tengah gemerlap kota, ada juga kontras yang jelas. Pengemis yang berjejer di trotoar mencari belas kasihan dari para pejalan kaki yang lewat. Pedagang kaki lima mempersiapkan makanan lezat untuk para pelanggan setia mereka. Dan beberapa pengendara ojek online berhenti sejenak untuk menunggu pesanan, sambil mengobrol dengan sesama pengendara.
Wira terus mengemudikan mobilnya penuh adrenalin namun dia tetap terfokus memperhatikan jalan karena ketika ada restoran tempat dia makan, dia pun berhenti di restoran itu kemudian mampir sejenak untuk mengisi perut yang terasa keroncongan. Entah mengapa tadi di rumah sang Ibu Dia sangat senang sekali merenung, padahal kehidupannya sangat bergairah dan penuh aktivitas.
Selesai mengisi perut Wira pun melanjutkan perjalanan pulang ke apartemen mewah miliknya, apartemen yang bisa menampilkan keindahan seluruh kota Jakarta ketika malam hari tiba dari kaca-kaca jendela yang sangat besar. Wira masuk melewati ruang tamu dengan furniture yang sangat mewah di tengahnya ada kursi kulit yang terlihat begitu empuk, penerangan lampu yang pas membuatnya terlihat sangat menawan.
Wira terus berjalan sampai akhirnya tiba di salah satu kamar yang begitu luas, di dalamnya ada kasur empuk bak hotel bintang lima, dipadukan dengan kamar mandi yang tak kalah canggih. selain shower, bath up juga tersimpan dan tertata rapih di sana. dengan segera Wira pun melepaskan seluruh bajunya kemudian dia memasukkan tubuh untuk merendam otot-otot yang terasa kaku setelah seharian beraktifitas.
Wira memejamkan mata diiringi dengan alunan musik yang sangat melow menikmati semua pencapaian dan kemewahan yang ia miliki. sampai setengah jam berlalu barulah dia membilas tubuhnya menggunakan air hangat lalu mengenakan handuk kimono untuk mengeringkan tubuhnya. Wira duduk di kursi sofa yang dirancang dengan teliti Dari lengan sofa yang elegan hingga kaki-kaki yang kokoh, semuanya memiliki desain yang indah dan estetika yang menawan. Bantal-bantal yang menghias sofa ini memberikan tambahan sentuhan dekoratif dan kenyamanan ekstra.
Tangannya memecat tombol untuk menyalakan televisi supaya menemaninya dalam keheningan malam, Namun sayang acara TV tidak mampu menghiburnya sehingga dia pun memutuskan untuk mengganti baju kemudian keluar kembali dari apartemen mewahnya. kadang kita suka merasa heran dengan tingkah laku orang-orang seperti Wira, mereka mati-matian membeli apartemen atau rumah yang mewah, namun mereka tidak bisa menikmati kenyamanan dan kemewahan itu mereka lebih sering memilih menghabiskan waktu keluar daripada menikmati segala pencapaiannya.
Setelah berada di parkiran, Wira pun mengeluarkan mobilnya untuk pergi ke salah satu tempat yang bisa menghilangkan penat, yang tak lain dan tak bukan adalah klub malam. tak lama diantaranya dia pun tiba di klub yang ia tujuh disambut dengan begitu ramah, karena Wira adalah salah satu tamu VIP Club mereka.
Ketika dia ada di dalam Club suara dentum musik mengalun keras dengan bass yang menggetarkan dada,ampu-lampu sorot menyinari lantai dan orang-orang berpakaian glamor siap menikmati waktu malam dengan menari dan melupakan semua penat ketika ada di keluar Club. ada orang-orang yang sedang bergerombol di lantai dansa dan ada pula mereka duduk sambil mengganggu-ganggukan kepala, mengikuti setiap alunan musik yang sangat menggairahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments