Dia Adikku Bukan Istriku
Meja kerja yang begitu padat dengan tumpukan banyak berkas yang sibuk di tandatangani oleh seorang pria tampan dengan perawakan Amerika asli.
Jam sudah menunjukan pukul 9 malam dan ia belum juga selesai. Tak ada kata TIDAK LEMBUR baginya setiap hari. Memang sangat gila kerja.
Drett..
Ponsel di samping laptopnya menyala. Tanpa mengalihkan tatapan tajam intens nan teliti itu dari kertas di depannya, tangan terulur meraih ponsel.
"Noah!! Kenapa masih belum pulang? Kau tak lihat ini sudah jam berapa? Perlu mommy buatkan peta untukmu, haa?? Lupa jalan pulang sekarang?"
Suara mommynya mengomel. Sudut bibir Noah terangkat kecil. Lengkungan sensual itu seperti tak terganggu dengan kecerewetan sang mommy bahkan bisa dikatakan omelan wanita itu adalah alarm pulang untuknya.
"Pulang atau tak perlu melihatku lagi!!"
"Mom! Sebentar lagi, ya?" Pinta Noah dengan suara bass yang lembut tapi jantan.
Seorang Noah Xiveng Ming. Pria berumur 25 tahun. Diberkati wajah yang tampan dan kecerdasan dalam memimpin perusahaan Ming yang sudah diserahkan padanya.
Noah awalnya tak mau menerima permintaan dari Zhen Xiveng Ming yang ingin ia menggantikannya untuk memimpin perusahaan. Tetapi, karena ayah tirinya itu sangat-sangat tak bisa jauh dari istrinya, jadilah Noah setuju hingga berlangsung sampai sekarang.
Perusahaan Ming semakin maju di tangannya apalagi Noah tak pernah berhenti bekerja keras sampai mengikuti jejak Zhen menjadi presdir sukses di usia muda.
"Noah!! Kau dengar mommy??"
"Iya, mom! Aku akan pulang."
Noah pasrah menutup laptop dan penanya. Suara mommy Moa masih bicara panjang lebar mengomeli Noah yang hanya diam tapi tak ada bantahan atau wajah dongkol.
Justru ia sangat semang dengan kecerewetan wanita yang notabennya bukan ibu kandung bagi Noah.
"Noah! Tadi Zoe keluar bersama teman-temannya."
"Dia belum pulang?" Tanya Noah dengan wajah tampan mulai serius.
"Belum. Coba nanti cari dia dulu dan kalian pulang bersama!"
"Hm. Baiklah," Jawab Noah bergegas merapikan mejanya.
"Jangan sampai calon menantu mommy gores seujung kuku-pun! Jika tidak, kau akan menerima akibatnya!!"
"Mom. Jangan mulai lagi," Tegur Noah dengan intonasi jengah. Zoe memang adik tirinya tapi bagi Noah gadis berusia 18 tahun itu tetaplah adik kesayangannya yang Noah anggap seperti adik kandung.
"Noah! Jangan buat mommy gantung diri dengan penolakanmu terus menerus. Mommy mau ZOE jadi menantu mommy TITIK."
"Tapi, mom! Zoe itu adikku. Sudahi semua ini. mom!" Tolaknya agak bermakna keras namun tidak dengan suaranya.
"Tidak ya tidak. Mommy beri kau waktu memikirkan acara pernikahan kalian!"
"Mom! Zoe adikku dan akan tetap seperti itu. Ayolah, mom!" Bujuknya kian larut tapi lagi-lagi wanita itu menekankan keputusannya.
"Mom! Aku.."
Tut..
Panggilan itu mati. Noah seketika frustasi. Berdebat dengan mommynya hanya buang-buang energi. Bertahun-tahun lamanya, Noah selalu di jodohkan dengan Zoe.
Awalnya Noah tak begitu mengambil hati karena ia pikir dengan seiring berjalannya waktu, mommynya akan bosan tapi tidak, wanita paruh baya yang masih sangat cantik menjadi primadona kaum pria itu justru semakin menjadi-jadi.
"Jika begini terus Zoe pasti akan risih," Gumam Noah memijat pelipisnya pusing.
Tanpa Noah sadari, sosok yang ia tolak mentah-mentah menjadi istrinya itu tengah terdiam di belakang pintu ruangan.
Manik emas indahnya menyorot sendu kedepan. Wajah cantik dengan keelokan paras bak barbie hidup itu terlalu redup untuk di pandang.
"Kenapa kakak selalu menolakku?!" Batinnya meremas dada yang di baluti dress model monalisa selutut dilapisi blazer.
Ntahlah. Selama di jodoh-jodohkan oleh mommy Moa, Zoe tanpa sadar mengagumi Noah lebih dari sekedar seorang adik.
Zoe melamun sampai tak sadar pintu di belakangnya sudah terbuka. Noah tersentak melihat Zoe dengan dahi mulus mengernyit.
"Zoe?"
"K..kak," Sentak Zoe berbalik langsung menebar senyum cantik menyapa Noah yang tak tersenyum tipis bahkan nyaris tak tampak.
Tapi, tangan kanannya mengalihkan tas kerja ke tangan kirinya lalu mengusap puncak kepala Zoe sama seperti rutinitas biasanya.
"Mommy menelepon. Dia bilang kau belum pulang? Dari mana saja?" Tanya Noah seraya menarik tangan Zoe berjalan menuju lift.
Malam ini perusahaan sepi karena memang hanya terisa Noah dan asistennya yang tadi ada urusan di bawah.
"Kakak lembur lagi? Mommy pasti marah." Zoe berusaha menutupi kesedihannya.
Ditatapnya lembut wajah tampan Noah yang terlihat lelah tapi pria ini memang sangat cerdas dan pekerja keras.
"Begitulah. Tadi kemana saja?"
"Tidak ada. Ngumpul di rumah teman."
"Lain kali jangan lama-lama. Telepon mommy atau kakak jika telat pulang," Peringat Noah kembali mengusap kepala Zoe.
Zoe hanya mengangguk menikmati belaian tangan Noah di kepalanya. Lift membawa mereka ke lantai bawah.
Noah menurunkan tangannya dari kepala Zoe lalu melihat ponselnya yang tadi berdering. Zoe melihat sudut bibir Noah terangkat seperti tengah memberi pesan pada seseorang.
"Jarang sekali kakak senyum seperti itu. Apa kakak sudah punya kekasih?!" Batin Zoe merasa risih.
Wajahnya yang semula baik-baik saja mulai menunjukan ketidaksukaan. Dengan agak kasar Zoe merampas ponsel kakaknya membuat pria tampan itu terkejut.
"Zoe?" Menaikan satu alisnya tapi tak ada raut marah sama sekali.
"Kalau sama Zoe jangan sibuk main ponsel. Zoe tak suka!" Ketus Zoe membuang wajah masam ke sembarang arah.
Bibir pink seksinya manyun dengan wajah di tekuk terlihat sangat menggemaskan.
Mendengar suara manja dan merajuk sang adik kesayangan, Noah sontak menarik bahu Zoe dan memeluk gadis itu gemas.
"Iya, maaf. Lain kali kakak tak akan begitu lagi." Mengecup puncak kepala Zoe.
Perlakuan manis Noah memang hanya untuk orang-orang terdekatnya. Diluar dari itu, Noah selalu memasang wajah datar dan profesional.
"Memangnya pesan dari siapa sampai senyam-senyum begitu?" Agak kesal memasukan ponsel Noah ke saku blazernya.
"Dari Vivian!" Asisten Noah yang tadi di bawah.
"Bohong. Kakak tak mungkin suka sama kak Vivian-kan?" Bantah Zoe menatap kesal manik hazel Noah yang selalu memandangnya lembut.
"Ini urusan pekerjaan. Sungguh."
"Ck!" Decahnya malas.
Pintu lift terbuka. Noah beralih merangkul bahu Zoe yang masih setia menekuk wajahnya.
"Berikan tasnya!" Mengambil alih tas Noah dengan ketus berjalan mendahului pria tampan itu.
Noah tersenyum tipis. Ia berjalan agak cepat mengejar langkah kaki Zoe yang sudah berjalan keluar pintu megah perusahaan.
Drett..
Ponsel di saku blazer Zoe berdering. Zoe merogoh sakunya memelankan langkah melihat layar ponsel Noah terdapat panggilan masuk dari seseorang.
"Bei La?"
Gumam Zoe mengerutkan dahinya tapi ponsel itu sudah berpindah ke tangan Noah yang buru-buru menepi agak menjauh dari Zoe.
Ekspresi Noah masih datar seperti membicarakan hal serius pada sosok yang menelponnya.
"Nanti aku akan ke apartemen mu. Aku mengantar adikku pulang dulu!"
Mendengar itu sontak saja dada Zoe terasa sakit. Dengan marah ia meletakan tas kerja Noah di lantai lalu melangkah pergi tanpa menghiraukan Noah yang masih menelepon tak sadar akan kepergian adiknya.
Selesai menelfon, Noah berbalik. Tapi, dahi mulusnya mengernyit tak melihat Zoe yang tadi ada di depan pintu.
"Zoe!!" Panggil Noah tapi tak ada. Mata Noah memicing ke arah gerbang perusahaan dimana penjaga membukakan gerbang untuk sosok gadisnya yang bergegas masuk ke dalam taksi.
"Shitt! Zoee!!!" Panggilan Noah tak dapat menghentikan mobil itu melaju menjauhi area perusahaan.
"Tuan!"
Vivian baru keluar dari pintu memeggang beberapa dokumen yang ia cari tadi.
"Cepat ambil mobil!" Titah Noah tak tenang melihat Zoe pergi tanpa alasan seperti itu.
....
Vote and like sayang
Buat yang baru baca kisah ini mohon baca dulu IMPOTEN HUSBAND agar nggak bingung sama tokoh-tokoh di dalamnya say.
Cerita ini bersifat campuran dimana nanti juga ada kisah Marco, Jio dan Noah yang lebih utama. Ini hanya untuk menuntaskan cerita keluarga mereka ya, mungkin nggak akan sepanjang novel sebelumnya.
SELAMAT MEMBACA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dina Marliana
udah nympe di cerita Noah sama Zoe🤭
2024-03-12
0
#ayu.kurniaa_
.
2024-01-04
0
Rahayu Puspita
lanjut dong
2024-01-03
0