Meja kerja yang begitu padat dengan tumpukan banyak berkas yang sibuk di tandatangani oleh seorang pria tampan dengan perawakan Amerika asli.
Jam sudah menunjukan pukul 9 malam dan ia belum juga selesai. Tak ada kata TIDAK LEMBUR baginya setiap hari. Memang sangat gila kerja.
Drett..
Ponsel di samping laptopnya menyala. Tanpa mengalihkan tatapan tajam intens nan teliti itu dari kertas di depannya, tangan terulur meraih ponsel.
"Noah!! Kenapa masih belum pulang? Kau tak lihat ini sudah jam berapa? Perlu mommy buatkan peta untukmu, haa?? Lupa jalan pulang sekarang?"
Suara mommynya mengomel. Sudut bibir Noah terangkat kecil. Lengkungan sensual itu seperti tak terganggu dengan kecerewetan sang mommy bahkan bisa dikatakan omelan wanita itu adalah alarm pulang untuknya.
"Pulang atau tak perlu melihatku lagi!!"
"Mom! Sebentar lagi, ya?" Pinta Noah dengan suara bass yang lembut tapi jantan.
Seorang Noah Xiveng Ming. Pria berumur 25 tahun. Diberkati wajah yang tampan dan kecerdasan dalam memimpin perusahaan Ming yang sudah diserahkan padanya.
Noah awalnya tak mau menerima permintaan dari Zhen Xiveng Ming yang ingin ia menggantikannya untuk memimpin perusahaan. Tetapi, karena ayah tirinya itu sangat-sangat tak bisa jauh dari istrinya, jadilah Noah setuju hingga berlangsung sampai sekarang.
Perusahaan Ming semakin maju di tangannya apalagi Noah tak pernah berhenti bekerja keras sampai mengikuti jejak Zhen menjadi presdir sukses di usia muda.
"Noah!! Kau dengar mommy??"
"Iya, mom! Aku akan pulang."
Noah pasrah menutup laptop dan penanya. Suara mommy Moa masih bicara panjang lebar mengomeli Noah yang hanya diam tapi tak ada bantahan atau wajah dongkol.
Justru ia sangat semang dengan kecerewetan wanita yang notabennya bukan ibu kandung bagi Noah.
"Noah! Tadi Zoe keluar bersama teman-temannya."
"Dia belum pulang?" Tanya Noah dengan wajah tampan mulai serius.
"Belum. Coba nanti cari dia dulu dan kalian pulang bersama!"
"Hm. Baiklah," Jawab Noah bergegas merapikan mejanya.
"Jangan sampai calon menantu mommy gores seujung kuku-pun! Jika tidak, kau akan menerima akibatnya!!"
"Mom. Jangan mulai lagi," Tegur Noah dengan intonasi jengah. Zoe memang adik tirinya tapi bagi Noah gadis berusia 18 tahun itu tetaplah adik kesayangannya yang Noah anggap seperti adik kandung.
"Noah! Jangan buat mommy gantung diri dengan penolakanmu terus menerus. Mommy mau ZOE jadi menantu mommy TITIK."
"Tapi, mom! Zoe itu adikku. Sudahi semua ini. mom!" Tolaknya agak bermakna keras namun tidak dengan suaranya.
"Tidak ya tidak. Mommy beri kau waktu memikirkan acara pernikahan kalian!"
"Mom! Zoe adikku dan akan tetap seperti itu. Ayolah, mom!" Bujuknya kian larut tapi lagi-lagi wanita itu menekankan keputusannya.
"Mom! Aku.."
Tut..
Panggilan itu mati. Noah seketika frustasi. Berdebat dengan mommynya hanya buang-buang energi. Bertahun-tahun lamanya, Noah selalu di jodohkan dengan Zoe.
Awalnya Noah tak begitu mengambil hati karena ia pikir dengan seiring berjalannya waktu, mommynya akan bosan tapi tidak, wanita paruh baya yang masih sangat cantik menjadi primadona kaum pria itu justru semakin menjadi-jadi.
"Jika begini terus Zoe pasti akan risih," Gumam Noah memijat pelipisnya pusing.
Tanpa Noah sadari, sosok yang ia tolak mentah-mentah menjadi istrinya itu tengah terdiam di belakang pintu ruangan.
Manik emas indahnya menyorot sendu kedepan. Wajah cantik dengan keelokan paras bak barbie hidup itu terlalu redup untuk di pandang.
"Kenapa kakak selalu menolakku?!" Batinnya meremas dada yang di baluti dress model monalisa selutut dilapisi blazer.
Ntahlah. Selama di jodoh-jodohkan oleh mommy Moa, Zoe tanpa sadar mengagumi Noah lebih dari sekedar seorang adik.
Zoe melamun sampai tak sadar pintu di belakangnya sudah terbuka. Noah tersentak melihat Zoe dengan dahi mulus mengernyit.
"Zoe?"
"K..kak," Sentak Zoe berbalik langsung menebar senyum cantik menyapa Noah yang tak tersenyum tipis bahkan nyaris tak tampak.
Tapi, tangan kanannya mengalihkan tas kerja ke tangan kirinya lalu mengusap puncak kepala Zoe sama seperti rutinitas biasanya.
"Mommy menelepon. Dia bilang kau belum pulang? Dari mana saja?" Tanya Noah seraya menarik tangan Zoe berjalan menuju lift.
Malam ini perusahaan sepi karena memang hanya terisa Noah dan asistennya yang tadi ada urusan di bawah.
"Kakak lembur lagi? Mommy pasti marah." Zoe berusaha menutupi kesedihannya.
Ditatapnya lembut wajah tampan Noah yang terlihat lelah tapi pria ini memang sangat cerdas dan pekerja keras.
"Begitulah. Tadi kemana saja?"
"Tidak ada. Ngumpul di rumah teman."
"Lain kali jangan lama-lama. Telepon mommy atau kakak jika telat pulang," Peringat Noah kembali mengusap kepala Zoe.
Zoe hanya mengangguk menikmati belaian tangan Noah di kepalanya. Lift membawa mereka ke lantai bawah.
Noah menurunkan tangannya dari kepala Zoe lalu melihat ponselnya yang tadi berdering. Zoe melihat sudut bibir Noah terangkat seperti tengah memberi pesan pada seseorang.
"Jarang sekali kakak senyum seperti itu. Apa kakak sudah punya kekasih?!" Batin Zoe merasa risih.
Wajahnya yang semula baik-baik saja mulai menunjukan ketidaksukaan. Dengan agak kasar Zoe merampas ponsel kakaknya membuat pria tampan itu terkejut.
"Zoe?" Menaikan satu alisnya tapi tak ada raut marah sama sekali.
"Kalau sama Zoe jangan sibuk main ponsel. Zoe tak suka!" Ketus Zoe membuang wajah masam ke sembarang arah.
Bibir pink seksinya manyun dengan wajah di tekuk terlihat sangat menggemaskan.
Mendengar suara manja dan merajuk sang adik kesayangan, Noah sontak menarik bahu Zoe dan memeluk gadis itu gemas.
"Iya, maaf. Lain kali kakak tak akan begitu lagi." Mengecup puncak kepala Zoe.
Perlakuan manis Noah memang hanya untuk orang-orang terdekatnya. Diluar dari itu, Noah selalu memasang wajah datar dan profesional.
"Memangnya pesan dari siapa sampai senyam-senyum begitu?" Agak kesal memasukan ponsel Noah ke saku blazernya.
"Dari Vivian!" Asisten Noah yang tadi di bawah.
"Bohong. Kakak tak mungkin suka sama kak Vivian-kan?" Bantah Zoe menatap kesal manik hazel Noah yang selalu memandangnya lembut.
"Ini urusan pekerjaan. Sungguh."
"Ck!" Decahnya malas.
Pintu lift terbuka. Noah beralih merangkul bahu Zoe yang masih setia menekuk wajahnya.
"Berikan tasnya!" Mengambil alih tas Noah dengan ketus berjalan mendahului pria tampan itu.
Noah tersenyum tipis. Ia berjalan agak cepat mengejar langkah kaki Zoe yang sudah berjalan keluar pintu megah perusahaan.
Drett..
Ponsel di saku blazer Zoe berdering. Zoe merogoh sakunya memelankan langkah melihat layar ponsel Noah terdapat panggilan masuk dari seseorang.
"Bei La?"
Gumam Zoe mengerutkan dahinya tapi ponsel itu sudah berpindah ke tangan Noah yang buru-buru menepi agak menjauh dari Zoe.
Ekspresi Noah masih datar seperti membicarakan hal serius pada sosok yang menelponnya.
"Nanti aku akan ke apartemen mu. Aku mengantar adikku pulang dulu!"
Mendengar itu sontak saja dada Zoe terasa sakit. Dengan marah ia meletakan tas kerja Noah di lantai lalu melangkah pergi tanpa menghiraukan Noah yang masih menelepon tak sadar akan kepergian adiknya.
Selesai menelfon, Noah berbalik. Tapi, dahi mulusnya mengernyit tak melihat Zoe yang tadi ada di depan pintu.
"Zoe!!" Panggil Noah tapi tak ada. Mata Noah memicing ke arah gerbang perusahaan dimana penjaga membukakan gerbang untuk sosok gadisnya yang bergegas masuk ke dalam taksi.
"Shitt! Zoee!!!" Panggilan Noah tak dapat menghentikan mobil itu melaju menjauhi area perusahaan.
"Tuan!"
Vivian baru keluar dari pintu memeggang beberapa dokumen yang ia cari tadi.
"Cepat ambil mobil!" Titah Noah tak tenang melihat Zoe pergi tanpa alasan seperti itu.
....
Vote and like sayang
Buat yang baru baca kisah ini mohon baca dulu IMPOTEN HUSBAND agar nggak bingung sama tokoh-tokoh di dalamnya say.
Cerita ini bersifat campuran dimana nanti juga ada kisah Marco, Jio dan Noah yang lebih utama. Ini hanya untuk menuntaskan cerita keluarga mereka ya, mungkin nggak akan sepanjang novel sebelumnya.
SELAMAT MEMBACA
Noah mengejar taksi yang membawa Zoe. Tujuan gadis itu bukan ke kediaman Ming melainkan apartemen miliknya yang sudah lama tak Zoe kunjungi.
"Kenapa dia ke sana?!" Batin Noah menajamkan matanya duduk angkuh di belakang sementara Vivian menyetir.
"Tuan! Sepertinya nona Zoe marah. Biasanya dia kesana jika suasana hatinya sedang tak baik."
"Hm," Gumam Noah datar menanggapi ucapan Vivian.
Pria blasteran Inggris China itu hanya bisa menghela nafas. Vivian adalah anak Elio pengawal pribadi milik Noah dan Zoe waktu kecil.
Vivian sama dengan sang daddy. Mengabadikan diri pada keluarga Ming.
Taksi itu berhenti di depan apartemen. Zoe terlihat buru-buru keluar lalu masuk ke gerbang tanpa menoleh kiri kanan.
"Kau pulanglah! Katakan pada mommy jika aku menemani Zoe di apartemen!" Titah Noah ikut turun kala mobil berhenti di belakang taksi.
Vivian hanya mengangguk memandangi Noah yang mengejar langkah Zoe dengan menenteng tas kerjanya.
Vivian tahu betapa Noah menyayangi Zoe sebagai adiknya sama seperti anak daddy Zhen yang lain. Mereka terbiasa manja pada sang kakak.
Di dalam apartemen sana, Zoe sudah masuk ke lift tak menghiraukan Noah yang juga mengejar sampai berdiri di dekatnya.
Zoe tahu Noah mengikutinya dan wajah Zoe terlihat sangat tak bersahabat.
"Kenapa? Hm?" Tanya Noah merangkul bahu Zoe ke dalam pelukannya membiarkan lift membawa mereka ke atas.
Zoe membisu. Wajah masih di tekuk tak menggubris Noah yang tersenyum tipis.
"Kenapa kesini? Mommy sudah menunggu kita pulang, baby!"
"Hanya ingin," Acuh Zoe melepas rangkulan Noah.
Noah menghela nafas. Ia tipe yang penyabar dan bersikap dewasa. Walau ketika di luar Noah akan berubah menjadi pendiam dan tak banyak bicara tapi ia tahu bagaimana cara bersikap dengan orang-orang yang ia temui.
"Ada masalah di sekolah?" Tanya Noah beralih mengacak rambut Zoe yang dicempol ke atas tampak sangat manis.
"Tidak."
"Ada yang mengganggu? Adik kesayangan kakak?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Banyak tugas," Singkat Zoe langsung keluar dari lift meninggalkan Noah yang mematung.
Zoe sudah sering merajuk seperti ini jadi Noah menganggapnya hal biasa dan memang itulah sifat kekanak-kanakan Zoe.
Noah memesan makan malam dari ponselnya lalu berjalan menuju pintu apartemen Zoe.
"Zoe! Kakak pesankan makanan? Zoe mau apa?" Tanya Noah tak menyerah masuk ke dalam apartemen.
Zoe tak ada di ruang depan. Sendal kodok gadis itu berserakan dengan blazer terlempar jauh ke sofa.
"Ck!" Decah Noah menggeleng gemas.
Drett..
Ponselnya lagi-lagi berbunyi. Ekspresi wajah Noah yang semula bersahabat berubah datar dengan raut yang tak bisa di tebak.
Noah berjalan keluar pintu mengangkat sambungannya. Zoe yang baru keluar kamar seketika menyipitkan matanya tajam ke arah punggung kekar Noah dibaluti kemeja kerja.
"Pasti pacarnya?!" Batin Zoe mengepal dan berjalan tanpa suara ke dekat pintu.
"Malam ini tidak bisa. Aku ada urusan."
"Tapi, aku membutuhkanmu. Aku mohon datang, ya? Hanya sebentar!"
Suara wanita dewasa yang terdengar serak seperti sedang sakit. Sontak saja mata Zoe semakin nyalang dan di penuhi ketidaksukaan.
Tidak. Noah kakakku dan hanya aku yang boleh dia perhatikan.
Rasa tak suka Zoe semakin menjadi-jadi kala tiba-tiba wanita itu meminta di bawakan banyak hal seperti tengah mengidam.
Zoe tahu semua itu karena dulu, saat mommy Moa mengandung Ximen dia sering meminta banyak hal aneh-aneh terutama makanan pada daddy Zhen yang tentu dengan senang hati melayani sang istri.
"Aku mohon. Aku sangat ingin memakannya!"
"Hm. Baiklah!" Mematikan panggilan itu sepihak dengan gumaman datarnya.
Zoe yang semakin marah dan tak sudi kakaknya berdua dengan wanita lain seketika langsung berjalan menendang sendal kodoknya ke sembarang arah.
"Zoe!" Panggil Noah berbalik mengkerut alisnya.
"Zoe! Belum tidur?"
Zoe acuh. Ia masuk ke kamarnya lalu membanting pintu keras. Noah sempat terperanjat tapi ia mengira Zoe ada masalah di sekolahnya atau memang mood gadis itu sedang buruk.
"Zoe! Makanan yang kakak pesan akan tiba sebentar lagi. Kakak ada urusan di luar sebentar nanti kakak.."
Brakkk..
Suara sesuatu yang jatuh di dalam kamar Zoe membuat Noah terkejut sekaligus panik bergegas mendekati pintu kamar Zoe.
"Zoee!! Zoe kenapa??" Menekan gagang pintu tapi di kunci.
"Zoee!! Jangan main-main dengan kakak. Kenapaa??" Semakin panik hingga tak lagi bisa menunggu jawaban.
Noah menerjang pintu itu hingga jebol. Mata Noah berkabut panik melihat Zoe terduduk di lantai memeggangi tangannya yang bersimbah darah karen beling berserakan. Tas kerjanya jatuh beserta jas di lantai.
"Zoee!!" Bergegas mendekat dan menggendong Zoe ringan duduk di ranjang.
"Kau apa-apaan, haa??" Marah Noah melihat tangan Zoe berdarah.
"T..tadi..tadi Zoe mau minum. Tapi gelasnya jatuh dan Zoe tergelincir, kak! Hiks!" Tangisan bombay Zoe seketika meluncur.
Jantung Noah berpacu cepat. Ia benar-benar tak pernah bisa tenang jika adik-adiknya terluka apalagi Zoe yang sudah biasa ia manja dari kecil.
"Tahan sebentar!"
Mengambil kotak obat di laci. Noah duduk di samping Zoe yang masih menangis tersedu-sedu.
"Sttt kakak!"
"Tahan. Itu karenanya jangan ceroboh. Sudah berapa kali kakak bilang panggil kakak jika perlu sesuatu. Ini tidak," Omel Noah membersihkan luka di tangan Zoe yang tak begitu dalam tapi memang mengeluarkan darah.
Zoe memandangi wajah tampan panik Noah yang meniup-niup luka di telapak tangannya. Di sela-sela jatuhnya cairan bening itu Zoe mengagumi ketampanan seorang Noah.
Alis tebal, bibir sensual seksi berwarna pink alami dan wajah mulus dilengkapi rahang yang tegas. Sedari kecil mata Zoe memang sudah di butakan oleh kakak kesayangannya itu.
"Masih sakit?" Meniup luka Zoe yang mengangguk spontan tapi matanya masih tak lepas dari kecemasan yang sarat di wajah Noah.
"Tahan, ya? Nanti bisa infeksi jika tak di perban."
Zoe mangut-mangut patuh bak anak ayam. Noah dengan telaten membalutkan perban ke tangan Zoe sampai terbalut rapi.
"Jangan menangis lagi. Lukanya akan sembuh dengan cepat, hm?" Mengusap kepala Zoe dan mengecup kening mulus itu.
Tanpa Noah sadari Zoe terbawa perasaan. Usapan lembut jempol tangan Noah ke pipinya dan belaian hangat pria itu ke kepalanya sukses membuat Zoe tak bisa memandang lelaki manapun.
"Kak!"
"Hm? Apa?" Begitu lembut dan penuh perhatian mengecek kedua betis dan bagian tubuh Zoe yang lain memastikan tak ada yang terluka sedikitpun.
"Kakak temani Zoe disini, ya?"
Noah terdiam. Ia terlihat berpikir sementara Zoe mulai melancarkan drama keduanya untuk mencegah Noah agar tak pergi bertemu sosok wanita yang meneleponnya tadi.
"Baiklah. Kakak pasti sibuk. Pergi saja!" Ingin bangkit.
"Tidak. Kakak tidak sibuk." Menahan lengan Zoe agar tetap di tempat.
Zoe menunduk. Tapi, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum licik.
"Sampai kapanpun kakak hanya milikku. Wanita asing mana-pun tak boleh mengambil kakak dariku," Batin Zoe menyeringai.
"Kak! Zoe mau main game," Rengek Zoe punya ide brilian.
"Ya sudah. Kakak akan bersihkan beling ini dulu."
"Baterai ponsel Zoe habis. Bisa pinjam ponsel kakak?" Pintanya dengan wajah imut manja. Noah tersenyum kecil mengacak-ngacak rambut Zoe lalu memberikan ponselnya tanpa ada penolakan.
"Mainlah. Kakak keluar dulu!"
Zoe mengangguk menerima ponsel itu dengan senang hati. Ia memandangi kepergian Noah lalu membuka ponsel pria itu.
Sandi? Ck! Sandi ponsel Noah adalah tanggal lahir Zoe. Welpaper Noah juga foto adik-adik mereka.
Dengan darah mendidih Zoe melihat isi pesan dari nomor yang tadi menelepon kakaknya.
KAU SUDAH SAMPAI? AKU SANGAT INGIN MAKAN SALAD BUAH.
"Buat saja sendiri," Gumam Zoe mengartikan kata itu tanpa belas kasih lalu menghapus untuk dirinya.
....
Vote and Like sayang
Berhasil menggagalkan rencana kepergian Noah tadi malam, akhirnya pagi ini mereka kembali ke kediaman.
Tak ada amarah atau kekesalan apapun di wajah seorang Zoe Xiveng Ming, ia melangkah masuk ke kediaman besar Ming seraya mengandeng lengan kekar Noah yang tersenyum tipis menuruti langkah adik kesayangannya.
"Singaaa!!!" Pekik Zoe berlari menuju wanita paruh baya yang masih begitu cantik baru keluar dari lift.
"Zoe?"
"Maaf, ya? Mom! Semalam Zoe tidur di apartemen," Ucap Zoe masuk ke pelukan mommy Moa yang bahkan tampak tak berubah.
Hanya cara berpakaian wanita itu saja lebih sopan dari yang dulu.
"Tidak apa. Semalam Noah menelepon mommy. Katanya kalian menginap di apartemen. Mommy sangat senang dan lain kali usahakan sering-sering pergi menginap berdua."
"Moom!!" Tegur Noah yang berjalan mendekat.
Wanita cantik dengan mata emerald itu tersenyum tanpa dosa. Zoe tak menolak karena ia juga suka di jodoh-jodohkan dengan Noah.
"Mommy jangan mulai lagi." Mengecup pipi mulus mommy Moa lesu.
"Mommy tak mau tahu apa alasanmu. Keputusan mommy sudah bulat untuk menjadikan Zoe MENANTU!"
"Mom!"
"Apa?" Ketus mommy Moa menggandeng lengan Zoe lalu mengiringnya menuju ruang makan.
Noah hanya bisa menghela nafas memandangi keras kepala wanita paruh baya itu. Tak ingin berdebat lagi, akhirnya Ia masuk ke dalam lift naik ke lantai atas menuju kamarnya.
Sementara di ruang makan. Zoe justru di ajak berkompromi oleh mommy Moa yang tak tahan melihat penolakan Noah yang sudah bertahun-tahun membantahnya.
"Zoe! Zoe suka dengan kakakmu Noah?"
Zoe diam memalingkan wajahnya. Pipi bulat putih mulus Zoe memerah karena pandangan intens netra emerald mommy Moa begitu dalam.
"Suka tidak?"
"S..singa! Kakak tak mungkin suka pada Zoe," Gumamnya memang memanggil mommy Moa dengan sebutan singa sejak kecil.
"Jangan menyerah sebelum berperang. Jujur mommy tak mau menerima wanita luar apalagi untuk putra tampan mommy itu. Tak ada yang cocok menjadi menantu mommy selain Zoe."
"Mom!" Mengigit bibir bawahnya seraya menunduk semakin di buat gugup.
Mommy Moa tersenyum. Bukan tanpa alasan ia sampai sekarang masih memaksa Noah bersama Zoe. Mommy Moa tahu jika Zoe mencintai Noah dan tak bisa berpaling.
"Zoe! Mommy tak percaya pada siapapun di luar sana. Zoe mau-kan bekerja keras meluluhkan hati Noah?"
"Singa! K..kak Noah sudah punya pacar."
Brakk..
Mommy Moa menggebrak meja makan yang sudah di tata rapi di atasnya. Wajah cantik mommy Moa menggelap seperti diselimuti hawa membunuh.
Zoe ikut merinding di buatnya.
"Siapa yang sudah berani mengambil tempatmu? Katakan!"
"Bahaya. Jika mommy tahu maka pasti kakak akan dalam masalah besar. Nanti kak Noah jadi marah padaku, bagaimana?" Batin Zoe kelabakan.
"Katakan Zoe! Berani sekali dia!" Menggulung lengan dressnya sampai ke siku bak preman.
"M..Mom! Maksud Zoe, b..bagaimana kalau kakak sudah punya pacar? Itu-kan hak kakak, mom," Kilahnya mencari aman.
Wajah mommy Moa yang semula menggelap perlahan mulai cerah. Emosi wanita paruh baya ini memang sering naik turun apalagi jika anak-anaknya sudah turun ke bawah di tambah suami messumnya.
"Mommy kira Noah sudah berpacaran. Syukurlah, itu hanya perasaanmu saja."
"Tapi, bagaimana jika memang sudah? Mom!" Tanya Zoe mengulik-ulik tapi masih memendam semua kecurigaanya.
"Zoe! Selama janji pernikahan belum terucap dan Noah belum mengatakan cinta pada wanita itu, kau WAJIB menikungnya. Paham?"
"Tapi, mom.."
"Susttt! Ini rencana kita berdua. Mommy akan selalu mendukungmu!" Bisik mommy Moa mengusap kepala Zoe yang tersenyum.
Wajah cantiknya semakin berseri dengan rambut pirang dan mata emas kian menawan.
"Singa yang terbaik." Mengacungkan dua jempolnya.
"Tentu. Jangan patah semangat. Bila perlu, kau susun siasat lebih licik. Kau goda saja kakakmu sampai dia lupa prinsipnya selama ini, hm?"
Pipi Zoe langsung memerah. Mommy Moa memang lebih cocok dengan Zoe di banding Ochi putri kedua mommy Moa karena keduanya selalu bertengkar karena sifat pembangkang mommy Moa turun pada Ochi duplikatnya.
"Mom! Dimana daddy, Ochi dan Ximen?"
"Masih di kamar. Tadi sudah mommy bangunkan. Sebentar lagi pasti turun."
Zoe mangut-mangut mengerti. Mommy Moa asik berbincang dengan Zoe sampai Noah turun ke bawah bersama sosok paruh baya tampan yang terlihat masih saja tegap dan gagah.
Noah yang mempesona dengan balutan kaos lengan pendek yang santai mempertontonkan otot-otot seksi lengannya sedangkan daddy Zhen, masih belum berubah. Senyum hangatnya selalu mekar menatap mereka.
"Pagi sayang-sayangku semua!" Mengecup bibir mommy Moa kilas lalu melayangkan kecupan singkat ke puncak kepala Zoe.
Noah hanya mengacuhkan tabiat daddynya itu lalu duduk di samping Zoe. Tatapan datar tapi hangatnya itu beralih ke tangan Zoe yang masih di perban.
"Masih sakit? Hm?" Mengusap punggung tangan Zoe yang ada di bawah meja.
"Tidak. Sudah boleh lepas perban-kan?"
Sorot mata Noah berubah tajam hingga Zoe menyengir kuda. Mommy Moa dan daddy Zhen saling pandang.
Tapi, daddy Zhen tak begitu mengambil peduli soal interaksi Noah dan Zoe yang sedari kecil memang sudah begitu dekat.
"Nanti kita ke rumah sakit."
"Untuk apa?" Sentak Zoe melebarkan mata almondnya.
"Lukanya harus di periksa."
"Kak! Ini hanya luka kecil. Tak akan di amputasi juga," Decah Zoe tapi Noah tak bisa di bantah.
Noah bungkam pertanda tak lagi boleh menjawab ucapannya barusan. Zoe memanyunkan bibirnya tampak sangat menggemaskan.
"Jangan manyun!"
"Ck! Tahu ah," Acuh Zoe memilih minum srgelas air putih di dekat piring.
"Mommy sudah atur tanggal pernikahan kalian!"
Uhukkk..
Zoe langsung terbatuk keras dan Noah juga terkejut bukan main tapi ia lebih dulu menepuk-nepuk tengkuk Zoe yang tersedak.
"M..mom!"
"Tidak ada bantahan!" Tegas mommy Moa masa bodoh.
Daddy Zhen hanya diam terlihat tak begitu setuju dengan keputusan istrinya tapi sekarang bukanlah waktu membantah ucapan wanita itu. Ia tahu istrinya bagaimana.
"Mom! Jangan bicara asal-asalan. Aku tak mau menikahi Zoe!"
"Kenapa? Kurang cantik apa lagi anak mommy satu ini, ha?" Tanya mommy Moa menatap tajam Noah yang terlihat sangat tak setuju.
"Mom! Zoe masih sekolah. Tak pantas jika dia menikah di usia muda. Aku mohon jangan membicarakan ini lagi!"
"Ini keputusan mommy," Tak bisa di bantah.
Zoe diam. Ia melirik raut wajah tampan Noah terlihat berusaha meredam kekesalahan karena ia tak akan bisa menolak mommynya.
"Kenapa hatiku sungguh sakit melihat penolakan kakak?!" Batin Zoe terasa di remas-remas.
"Ini hari minggu. Bawa Zoe jalan-jalan!"
"Mom!" Gumam Zoe menatap lemah mommy Moa agar tak memberi tekanan pada Noah lagi.
Hatinya meringis melihat wajah tak suka Noah akibat terus di jodoh-jodohkan dengannya.
Suasana ruang makan jadi dingin. Noah membisu dengan wajah datar tak bersahabat dan mommy Moa juga sama.
Daddy Zhen sadar jika pengambilan keputusan istrinya sampai sejauh ini pasti sudah terjadi sesuatu.
"Pernikahan kalian akan di adakan seminggu lagi."
"Aku pergi dulu, mom, dad!" Berdiri tanpa menyentuh makananya lalu pergi.
Zoe diam meremas pinggiran dressnya. Dadanya kian di penuhi rasa sesak tapi Zoe sungguh tak menunjukan kesedihan itu.
"Mom, dad! Zoe ke atas dulu!" Bangkit dan berjalan cepat menuju ke kamarnya.
Daddy Zhen menghela nafas. Ia menatap lembut wajah istrinya yang tampak tak terusik akan penolakan keras Noah.
"Sayang! Aku rasa tindakanmu terlalu memaksa pada anak-anak kita." Menggenggam tangan istrinya hangat.
"Babi! Aku tahu perasaan Zoe bagaimana. Di keluarga Ming ini hanya dia yang dibeda-bedakan oleh keluarga-mu. Walau kita selalu bersamanya, apa kau yakin dia akan menerima saat tahu dia bukan anakmu? Kita bisa melindungi Zoe secara fisik tapi bagaimana batinnya? Dia dekat dengan Noah dan apa salahnya mereka menikah? Tak ada rugi sama sekali."
"Aku paham maksudmu. Tapi, biarkan mereka memilih. Mungkin Noah punya wanita yang dia sukai untuk di jadikan istri. Kita.."
"Tidak. Keputusanku sudah bulat. Putraku hanya bisa menikah dengan ZOE!" Tegas mommy Moa membungkam daddy Zhen yang tak mau memperumit masalah.
"Baiklah. Aku akan panggil anak-anak dulu. Hm?"
Mengusap kepala istrinya lalu berjalan ke arah lift. Tapi, daddy Zhen tak pergi ke lantai atas melainkan keluar pintu besar kediaman Ming.
Noah berdiri tegap dengan tubuh tinggi, kekar di baluti kaos santai di teras depan dengan sorot mata datar sulit diartikan.
"Ada wanita yang kau sukai? Boy!" Menepuk pundak kokoh Noah dan berdiri di samping pria muda tampan itu.
Keduanya memiliki aura yang sama-sama berkharisma. Noah duplikat daddy Zhen ketika ia masih berumur 25 tahun dengan pesona tak bisa di tolak.
"Jika ada, kenalkan pada kami. Jangan di sembunyikan!" Menurunkan tangannya yang beralih masuk ke saku celana.
Noah diam sejenak. Wajahnya tak menunjukan ekspresi apapun tapi jelas ia memikirkan keputusan mommynya tadi.
"Zoe itu adikku, dad!" Akhirnya ia bersuara.
"Lalu?"
"Tak mungkin aku menikahinya," Sambung Noah menghela nafas berat.
"Kau tahu kenyataanya bukan?"
Noah mengangguk. Tapi, ia tak mau menghancurkan masa depan Zoe. Adiknya masih sekolah dan masa depannya begitu luas dan panjang. Noah bukan tipe pria brengsek seperti itu.
"Noah! Daddy tahu perasaanmu tapi, mommy-mu bukan orang yang bisa berubah-ubah. Jika dia sudah menetapkan keputusan bahkan daddy-pun tak bisa membantahnya."
"Aku tak ingin membantah mommy tapi tidak dengan yang ini, dad! Mommy sudah keterlaluan," Gumam Noah dengan suara pelan takut jika mommynya dengar.
"Kau sudah punya wanita yang kau suka?"
Tanpa berpikir Noah menggeleng. Tak mudah menemukan wanita yang bisa menarik perhatiannya kecuali Zoe dan curut-curut di kediaman ini.
"Aku tak mau menjalin hubungan yang lain dulu."
"Bawa saja wanita lain dan kau akui sebagai kekasihmu di depan mommy."
"Mommy akan membunuh wanita itu, dad!" Ujar Noah tersenyum getir begitu juga daddy Zhen yang tahu betul apa yang akan terjadi.
"Pikirkanlah. Tapi, apapun keputusanmu daddy dukung." Menepuk jantan bahu kokoh Noah lalu berjalan kembali masuk ke dalam kediaman besar itu.
Noah di landa dilema berat. Bicara dengan daddynya memang terasa lebih lega tapi ia butuh solusi yang pas.
....
Vote and like sayang
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!