Pagi ini mereka kembali ke sekolah. Ziochi membawa motor besar merek Ducati keluaran terbaru sendiri sedangkan Zoe seperti biasa pergi dengan Ximen menaiki mobil sport mahal milik remaja tampan itu.
Mereka satu sekolah di CHANGSA INTERNASIONAL HIGH SCHOOL. Sekolah yang hanya dapat dimasuki oleh para siswa-siswi yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata dan dipenuhi oleh para konglomerat.
"Ochii!!!" Daddy Zhen mengejar Ziochi yang tadi ingin cepat-cepat pergi ke sekolah karena pasti akan ada drama lagi.
Pria paruh baya yang masih tampan dengan wajah paripurna itu mendekati putrinya yang sudah standby diatas motor besarnya terlihat sangat badas dengan jaket baseball yang ia pakai.
"Ochi! Kenapa masih pakai motor? Daddy sudah belikan mobil, bukan?" Daddy Zhen sangat cemas jika putri badasnya ini terluka atau tergores.
"Dad! Kita sudah sepakat, bukan? Selama aku tak membuat mommy marah daddy tak akan melarang-ku bawa motor."
"Tapi, Ochi sayang. Daddy tak mau Ochi tergores sedikitpun. Apalagi, sekarang Ochi pakai rok pendek. Lihat pahanya dipertontonkan. Daddy tak rela!"
Ziochi membelo jengah. Sikap posesif daddy Zhen memang tak pernah luntur.
Zoe dan Ximen yang bersandar di mobil tak jauh dari Ziochi hanya bisa mendengus melihat drama ayah dan anak itu setiap pagi.
"Sekarang ikut mobil Ximen dan kakakmu Zoe!"
"No! Daddy, Ochi mohon jangan larang Ochi pakai motor," Rengek Ziochi dengan mata mulai berkaca-kaca.
Melihat wajah ingin menangis putri kesayangannya, hati daddy Zhen teriris. Tiba-tiba saja ia merasa tak berdaya dan sangat-sangat lemah jika sudah melihat mata berair sang anak.
"Daddy!" Rengeknya lagi dengan air mata nyaris menetes.
Ximen membelo jengah. Remaja tampan dengan sikap dingin mendominasi itu memilih masuk ke mobil tak peduli akan drama membosankan ini.
"Daddy tega. Ochi mau pergi dari rumah."
"Ochi!" Tegur daddy Zhen tak suka. Ia mengambil nafas dalam mengecup kening putri badasnya itu.
"Baiklah. Tapi ganti rok-mu dengan celana dulu!"
"Kenapa kau bawa motor?" Suara mommy Moa muncul dari ambang pintu besar kediaman dengan wajah galaknya mendominasi memeggang sebuah kertas.
Melihat itu Ziochi buru-buru menghidupkan mesin motornya takut di marahi mommy Moa.
"Oci pergi dad, mom!!" Mengecup pipi daddy Zhen yang ada di samping motor lalu memacu cepat.
"ZIOCHIII!!!" Teriak mommy Moa benar-benar darah tinggi setiap hari melihat kelakuan Ziochi.
Bagaimana tidak? Mommy Moa baru saja menemukan surat di kamar putri badasnya itu dan darahnya mendidih saat membaca isinya.
Zoe yang melihat mommy nya terlihat murka segera mendekat begitu juga daddy Zhen.
"Ada apa? Mom!" Zoe mengambil surat itu.
"Lihat! Apa yang sudah dia perbuat? Ini semua karena kau terlalu memanjakannya!" Kesal mommy Moa mencubit lengan daddy Zhen yang meringis karenanya.
"Kenapa sayang?" Memeluk mommy Moa penuh cinta.
"Dad! Ziochi berkelahi di sekolah dan hampir membunuh teman sekelasnya hanya karena permen karet," Ucap Zoe menjelaskan isi surat itu.
Daddy Zhen menghela nafas. Ini surat kesekian kalinya yang ditemukan mommy Moa dan tetap saja Ziochi tak berubah.
"Awas saja! Mulai sekarang koleksi motornya akan mommy jual."
"Sayang! Jangan begitu. Kasian Ochi!"
"Diaamm!!" Tekan mommy Moa pada daddy Zhen yang langsung bungkam dengan wajah tampan datar menekuk.
Zoe hanya tersenyum tipis. Daddy Zhen selalu begini ketika bersama keluarganya. Tapi, ketika di luar tahu sendiri bagaimana rupanya.
"Ya sudah. Zoe pergilah nanti terlambat, sayang!" Mencium pipi Zoe bergantian dengan daddy Zhen.
Namun, tatapan Zoe teralihkan pada sosok pria tampan yang terlihat baru turun dibaluti stelan kerjanya.
Mata Zoe sampai tak berkedip menatap sang kakak yang semakin hari bisa mengisi rongga dadanya yang kosong.
"Mom, dad!" Sapa Noah berjalan mendekat.
Tubuh kekar dan gagah itu lebih tinggi dari mommy Moa dan Zoe. Apalagi, perawakan Noah memang seperti orang Amerika asli dengan kulit kuning bersih dan rahang tegas dengan buku mata lentik yang mendominasi.
"Noah sudah mau berangkat?"
"Hm. Yah!" Tapi memandang Zoe yang tersenyum padanya.
"Pergilah bersama Zoe! Bawa mobil sendiri saja, ya?"
Noah terdiam sejenak. Sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu. Zoe yang semula berbunga saat ingin diantar Noah seketika terdiam melihat eskpresi berat sang kakak.
"Ada apa?" Sinis mommy Moa ketus.
"Mom! Aku ada rapat penting pagi ini. Zoe pergi dengan Ximen dulu, ya?" Beralih pada Zoe yang menelan kekecewaan.
Tak pernah Noah menolaknya tapi sekarang, kenapa jadi begini? Apa Noah marah padanya?
"Noah! Tinggal 6 hari lagi kalian akan menikah. Fokus pada Zoe dulu dan serahkan pekerjaanmu pada Vivian!"
"Mom! Aku tak mau membahas itu dulu. Pekerjaan di perusahaan sangat banyak. Lagi pula, Zoe masih sekolah," Tolak Noah lembut berusaha menyentuh hati mommy-nya.
Zoe diam tapi ia meremas pinggir roknya. Dadanya kembali sesak tapi Zoe tetap menahan dengan wajah baik-baik saja.
"Mommy sudah putuskan dan kau tak bisa menolak."
Mommy Moa masuk ke dalam kediaman sementara daddy Zhen hanya bisa menepuk bahu Noah jantan.
"Tenangkan dirimu. Daddy akan berusaha bicara dengan mommy."
"Hm. Terimakasih, dad!" Singkat Noah terlihat pasrah.
Daddy Zhen menyusul istrinya sedangkan Zoe masih diam di tempat.
"Tidak apa-apakan? Kakak memang tak bisa mengantar Zoe kali ini. Maaf ya, sayang!" Mengusap puncak kepala Zoe yang memaksakan senyum.
"Tidak masalah, kak! Aku pergi dulu, ya?"
"Hati-hati. Jika sudah sampai hubungi kakak!"
Mengecup pipi Noah lalu berlari kecil masuk ke mobil Ximen.
Noah melambaikan tangannya. Zoe mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil yang melaju stabil membalas lambaian tangan sang kakak.
Setelah benar-benar tak lagi terlihat barulah Zoe duduk menatap ke depan dengan helaan nafas berat.
"Kakak akan menikah?"
Zoe tersentak mendengar pertanyaan Ximen yang biasa tak banyak bicara tapi kali ini mencegat kerongkongannya.
"Dengan kak Noah?"
"Mommy yang memaksanya," Jawab Zoe menatap wajah tampak lelaki berusia 15 tahun itu.
Di usianya yang masih muda, Ximen memiliki kecerdasan otak yang mustahil dimiliki kebanyakan anak di usianya sekarang. Dia sudah menduduki kelas 10 tahun ini melampaui dua kelas di sekolah menengah pertama kemaren.
Ximen adalah siswa undangan berprestasi. Apalagi, diberkati ketampanan menurun dari daddy Zhen dan tubuh yang tinggi seperti anak usia 17 tahun, Ximen sukses menjadi idaman ciwi-ciwi sekolah dan Zoe tahu itu.
Tapi, sikapnya yang dingin tak tak tersentuh, membuat Ximen dijuluki Kulkas seratus pintu di sekolah.
"Mommy sulit di bujuk."
"Begitulah. Apalagi, mommy sudah sering menjodohkan kami sedari kecil. Kakak juga tak bisa melawan."
"Kakak menyukai kak Noah?"
Degg..
Hal itu langsung membuat Zoe tercekik. Bohong jika ia jawab tidak karena mata dan hatinya memang sudah terisi oleh pria tampan itu.
Ximen tahu isi hati Zoe karena selama ini kakaknya Zoe hanya manja pada Noah bahkan dengan daddy Zhen, Zoe bisa dikatakan kurang.
"K..kakak.."
"Coba saja berusaha. Tapi, aku tak yakin kak Noah akan menganggap-mu lebih dari adik."
Ucapan Ximen benar adanya. Selama ini Noah benar-benar menolak tapi mommy-nya tetap memaksa.
"Jangan menyerah. Jika memang jodoh pasti bersatu."
"Kalau tidak?" Tanya Zoe tersenyum getir.
"Lepaskan! Untuk apa memaksa orang untuk menghabiskan seluruh hidupnya dengan kita."
Zoe memandang wajah datar Ximen dengan rumit. Perasaan ingin mencoba dan berusaha itu kembali menjalar di hati Zoe.
"Jika kakak nanti menyerah, Kakak akan mencarimu."
"Hm. Aku punya tempat paling menantang memacu adrenaline," Jawab Ximen menyunggingkan senyum iblis.
"Jangan tersenyum. Kau terlihat seperti psikopat!" Zoe bergidik tapi Ximen kembali seperti biasa.
Dingin tak tersentuh. Zoe sudah terbiasa dengan sikap si bungsu ini.
Setelah beberapa lama mereka sudah sampai ke depan gerbang sekolah. Ada dua penjaga di sana dan mereka selalu menunduk hormat setiap mobil Ximen memasuki lingkungan sekolah.
"Itu Ximen!"
"Aaaaa!!! Aku dengar pertandingan basket antar sekolah akan tiba minggu ini. Aku tak sabar melihat keringat calon suamiku!!"
"Ximeeen!!!"
"Ximeeen!!"
Zoe tersenyum kecut melihat eskpresi beku Ximen yang acuh dan memarkirkan mobilnya di tempat biasa.
Para siswi-siswi sekolah mulai berkumpul di sekitar mobil Ximen yang mengambil tasnya lalu keluar dengan gaya cool menyandang tas di bahu kanan.
"Ximeeen!!"
"Setelah satu hari tak melihatnya. Kenapa dia semakin tampan saja??"
"Selamat pagi!"
"Selamat pagi, adik kelas!"
Ximen mengacuhkan kerumunan manusia ini. Zoe keluar dari mobil dan berjalan di samping Ximen yang menatap tajam beberapa laki-laki yang menatap penuh minat pada Zoe hingga mereka menciut.
"Kakak kelas dulu, ya?"
Ximen mengangguk halus tanpa ekspresi pergi ke kelasnya yang ada di lantai 3 sedangkan kelas Zoe ada di lantai 5. Mereka terpecah karena beda lift.
"Sebaiknya aku menelepon kakak dulu," Gumam Zoe mengambil ponselnya di dalam tas.
Rambut emasnya yang panjang sepunggung terlihat tergerai indah membuat Zoe jadi ratu yunani di sekolah.
Zoe pergi ke area tangga darurat untuk lebih nyaman karena akan banyak yang kepo akan urusannya.
Dalam dua kali panggilan akhirnya Noah mengangkat sambungan itu.
"Hello. Kak!"
"Zoe! Sudah sampai?" Tanya Noah di seberang sana terdengar sangat hangat.
Zoe tersenyum. Ia seakan lupa akan sakit hatinya di kediaman tadi.
"Sudah, kak! Kakak bagaimana? Sudah di perusahaan?"
Pertanyaan Zoe cukup lama di jawab Noah. Zoe mengerutkan dahinya saat mendengar suara kerasak-krusuk seseorang membuka plastik di sana.
"Kak?"
"Zoe! Nanti kakak hubungi lagi, ya? Semangat belajar. Pulang nanti kakak jemput!"
"Tapi, kak Zoe.."
Tutt..
Panggilan itu terputus. Zoe terdiam cukup lama karena semakin kesini Noah semakin aneh. Perasaannya-pun jadi tak nyaman dan terus gelisah.
"Jangan-jangan kakak pergi ke apartemen wanita itu," Geram Zoe mengepalkan tangannya kuat.
Zoe mencari nomor Vivian di ponselnya. Emosi Zoe sudah meledak-ledak jika dugaannya benar.
"Hello, nona!"
"Dimana kakakku? Dia sudah sampai ke perusahaan?" Tanya Zoe dengan intonasi tak bersahabat.
"Tuan muda belum ke perusahaan, nona! Dia akan datang nanti siang. Ada yang perlu saya bantu?"
"Jadi benar. Kakak berbohong," Gumam Zoe meremas ponsel itu kuat dengan dada sungguh panas.
"Nona?"
"Terimakasih," Ucap Zoe lalu mematikan sambungan.
Ia akan masuk kelas setengah jam lagi. Jika mencari Noah maka ia akan terlambat apalagi Zoe tak tahu dimana apartemen wanita sialan itu.
"Lihat saja. Jika sampai kau merebut kakakku, aku tak akan segan membunuhmu," Geram Zoe benar-benar takut jika Noah di ambil. Ia tak akan sudi dan sumpah demi apapun ia tidak akan melepaskan Noah untuk wanita manapun.
......
Sementara di dalam apartemen sana, terlihatlah Noah yang duduk di sofa menemani sesosok wanita yang seusia dengannya.
Wanita berambut hitam sebahu dengan wajah bulat dan mata sipit khas China. Wanita itu duduk di samping Noah yang terlihat berwajah dingin menjaga jarak diantara mereka berdua.
"Kenapa semalam tak datang?"
"Ada urusan," Singkat Noah memilih bermain ponsel.
Sikap dinginnya membuat wanita itu terdiam menghentikan seruputan ramen yang ia peggang.
"Noah! Apa kau marah padaku?"
"Lain kali jangan sembarangan menghubungiku. Aku tak ingin keluargaku berpikir yang tidak-tidak tentangku," Tegas Noah menyimpan ponselnya lalu meraih tas kerja di atas meja sofa.
"Noah!" Ingin menyentuh lengan Noah tapi di tepis kasar oleh pria tampan itu.
Wajah Noah mengeras dengan sorot mata coklat miliknya berubah tajam menatap wanita itu.
"Jangan menyentuhku!" Tekannya tak bersahabat.
Wanita itu diam menunduk. Bibirnya merapat karena geram dengan sikap dingin Noah yang tak pernah luluh dengannya.
"Tidak. Aku tak bisa membiarkannya pergi," Batin wanita itu mulai mengaduh sakit.
"Assstt, perutku!"
Noah menatap datar perut yang mengeluh sakit. Jujur ia tak ingin berdekatan dengan wanita ini tapi ada satu alasan yang membuatnya bertahan sampai sekarang.
"Aku akan panggil dokter!" Mengeluarkan ponselnya tapi tiba-tiba saja Bei La menarik lengan Noah yang sontak mengeraskan rahangnya langsung mendorong bahu Bei La.
"JANGAN MELEWATI BATASMUU!!" Suara Noah meninggi membuat Bei La terkejut meringkuk di sofa.
"N..Noah, s..sakitt..perutku..."
"Siall!!" Maki Noah segera menghubungi dokter yang biasa menangani Bei La.
Melihat Noah yang sama sekali tak mau menyentuhnya amarah Bei La. meledak-ledak.
"Pria ini terbuat dari apa?! Apa perlu aku membuka pakaianku di hadapannya agar dia bertekuk lutut padaku?!" Batinnya sungguh muak melihat sikap na'if Noah.
Sudah tiga bulan ia di apartemen ini tapi Noah tak pernah mau menyentuh atau bersikap lebih dekat. Pria ini seperti impoten sama sekali tak punya gairah pada wanita.
...
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Amelia Harianja
karyamu bagus bangat wilia.
2024-08-27
0
Rika Cahaya darma putri
jangan2 Noah ada hutang Budi sama temannya ,sehingga Noah harus menjaga kekasih temannya🤔
2024-02-17
0
Alvarendra Ghaisan
ximen lebih menantang /Drool//Drool//Facepalm/
2024-01-03
2