Bab 4

Brankar rumah sakit yang di bawa perawat melintasi lorong hingga masuk ke IGD. Diandra langsung dilakukan penanganan, karena selama di perjalanan tadi dia mengalami pendarahan.

Dokter keluar IGD menemui Bu Broto yang panik dengan terus mendoakan Diandra. "Maaf Bu sepertinya pasien harus langsung segera di operasi."

Bu Broto yang ditemani Krisna anaknya saling pandang.

"Kalau tidak cepat akan berbahaya untuk ibu dan bayi nya. Bagaimana?"

"Iya dok, langsung operasi saja. Tolong diusahakan ibu dan bayi selamat ya dok." kata Bu Broto sedikit memohon.

"Bismillah Bu, kami usahakan. Tolong ibu tanda tangan surat persetujuan operasinya." kata dokter dan memberikan surat persetujuan dari tangan suster ke Bu Broto.

Bu Broto membaca surat itu, lalu menandatanginya.

"Ya halo?" Krisna mendapat telpon dari Sadewa adiknya yang berada di rumah.

"Mas, Faris dan Fanisha sudah di rumah ya. Ini lagi makan siang." jelas Sadewa memberi kabar mengenai anak-anak Diandra.

"Alhamdulillah... Tolong jagain dulu ya dek. Mas sama Mama lagi nungguin mbak Dian di operasi."

"Iya mas."

Panggilan telpon terputus. Krisna kembali mendekati Bu Broto ya kini berada di samping brankar yang membawa Diandra ke ruang operasi.

Bu Broto dan Krisna menunggu di depan ruang operasi sambil terus merapalkan doa.

Flashback.

Terdengar teriakan seorang pria minta tolong. Saat itu jalanan depan rumah Diandra tidak ramai hanya beberapa orang yang lewat itupun hanya pedagang bakso yang sedang ngetem di depan rumah Bu Broto.

Pedagang bakso pun langsung mendekati si pria dan bertanya ada apa. Bu Broto yang ingin mengembalikan mangkok bakso melihat ada keanehan, maka diapun mendekati si pria dan pedagang bakso.

"Tolong Bu, istrinya pak Risyam meringis kesakitan di perutnya." kata si pria yang begitu panik.

Dari luar terlihat Diandra meringis sambil memegang perutnya. Bu Broto langsung lari ke rumahnya dan memanggil Krisna yang ada di dalam rumah. Bu Broto dan Krisna memapah Diandra masuk ke dalam mobil. Lalu mobil melaju ke rumah sakit.

Di perjalanan Bu Broto terus menyuruh Diandra untuk berzikir dan berdoa hingga akhirnya Diandra tidak sadarkan diri.

Back to.

Operasi masih terus berlangsung hingga sekarang sudah memasuki pukul 14.00.

Tiada henti Bu Broto dan Krisna berdoa. Walau di selingi oleh telpon dari Sadewa yang selalu memberi kabar kalau Fanisha terus menangis ingin bertemu bundanya.

Hati Bu Broto semakin tersayat-sayat mendengarnya. Jangan sampai terjadi apa-apa dengan Diandra, kasihan Faris dan Fanisha.

Tepat pukul 15.00, operasi selesai. Dokter keluar dari ruang operasi. "Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Ibu masih belum sadarkan diri, hanya saja bayinya harus masuk inkubator karena lahir sebelum waktunya."

Bu Broto dan Krisna bersyukur, lalu mereka saling berpelukan.

Diandra sekarang sudah berada di ruang rawat. Setelah melewati masa sulitnya, Diandra mulai siuman tepat sebelum adzan magrib. Bu Broto bersyukur karena Diandra sudah siuman.

Diandra menanyai perutnya yang sudah kempes.

"Alhamdulillah mbak Dian sudah lahiran melalui operasi caesar." jawab Bu Broto dengan lembut. "Hanya saja bayimu masih ada di inkubator karena lahir sebelum waktunya." Lanjutnya.

Diandra mengangguk dengan lemah. Lalu Diandra teringat dengan Faris dan Fanisha. Tadi saat di bawa ke rumah sakit, dia ingat sekali saat itu anak-anak masih di sekolah.

Seperti mengerti dengan keresahan Diandra, Bu Broto langsung memberitahu. "Anak-anak ada di rumah ibu, ditemani oleh Sadewa."

"Alhamdulillah... Terima kasih Bu." kata Diandra dengan lemah.

"Kamu istirahat biar cepat pulih. Ibu pulang dulu ya mau cek anak-anak, tadi kata Sadewa Nisha nangis terus mencari bundanya. Besok pagi ibu kesini lagi."

Diandra mengangguk. "Hati-hati Bu."

Sepeninggalan Bu Broto, Diandra tidak bisa langsung tidur. Dia malah memikirkan hutang yang begitu besar yang di tinggalkan almarhum suaminya.

"Cari kemana uang 200 juta?"

Diandra terus mengasah otaknya hingga akhirnya dia pun tertidur.

*****

Dari semenjak pulang sekolah, Faris dan Fanisha sudah berada di rumah Bu Broto dengan di temani Sadewa anak bungsu Bu Broto yang masih kuliah. Syukurnya hari ini tidak ada jadwal kuliah jadi Sadewa bisa menemani anak-anak Diandra.

Faris dan Fanisha bingung kenapa harus berada di rumah Bu Broto. Karena kata Sadewa kalau Diandra mau melahirkan dan anak-anak boleh menemui Diandra setelah operasi dan berada di ruang rawat.

Mendengar itu yang awalnya Fanisha anteng tidak banyak tingkah malah nangis terus mencari bundanya. Sadewa yang merasa bersalah langsung hubungi kakaknya Krisna yang menemani Bu Broto di rumah sakit.

Faris terus menenangkan Fanisha dan menyuruh adiknya untuk berdoa agar bunda dan adiknya selamat serta sehat.

Kakak beradik itu numpang sholat di rumah Bu Broto. Mereka berdoa sampai menangis. Hingga akhirnya mereka kelelahan dan tertidur di kamar Sadewa.

Bu Broto dan Krisna yang baru pulang dari rumah sakit, menanyai keadaan Faris dan Fanisha.

Sadewa cerita juga kalau dari siang Faris dan Fanisha belum makan. Mereka terus menanyai bundanya hingga sekarang mereka tertidur.

Bu Broto membangunkan Faris dan Fanisha. Lalu menyuruh mereka untuk makan. Kakak beradik itu mengikuti perintah Bu Broto, walau mereka tidak nafsu makan tapi tetap di lakukan. Karena kata Krisna kalau makannya habis besok akan di ajak jenguk Diandra di rumah sakit.

Keesokannya, benar janji Krisna kalau dia akan mengajak Faris dan Fanisha menjenguk bundanya. Sebelumnya mereka di temani Bu Broto pulang ke rumahnya untuk mandi dan ganti baju.

Selama di perjalanan ke rumah sakit, Fanisha begitu antusias karena selain menemui Diandra. Dia juga akan menemui adik bayi nya. Terus saja Fanisha membahas adiknya seperti apa, mirip Faris atau dirinya, sampai membahas adik bayi nya sedang apa.

Krisna dan Bu Broto yang berada di kursi depan hanya tersenyum melihat tingkah laku anak usia 6 tahun itu.

Saat membuka pintu kamar rawat yang terdiri dari 4 ranjang itu. Fanisha langsung teriak semangat memanggil bunda. Faris langsung menaruh jari telunjuk kanan di depan bibirnya. "Ssshh... Nggak boleh berisik dek di rumah sakit!"

Fanisha menutup mulut nya dan berjalan pelan ke ranjang dimana Diandra berada.

"Bunda... Maaf ya kakak tadi teriak." bisik Fanisha di dekat Diandra.

"Iya sayang, ngomongnya biasa aja nak nggak usah bisik-bisik." kata Diandra yang juga ikutan berbisik.

Semuanya tertawa pelan melihat kelakuan ibu dan anak yang bicara dengan bisik-bisik.

"Terima kasih Bu Broto dan Mas Krisna sudah anterin anak-anak kesini."

"Iya sama-sama." kata Bu Broto yang duduk di kursi samping ranjang. "Bagaimana kata dokter, sudah boleh pulang?"

"Alhamdulillah sudah lebih baik, hanya saja baru boleh pulang besok."

"Nggak papa mbak, yang penting pulihkan dulu kondisinya." kata Krisna yang usianya lebih tua 2 tahun dari Diandra.

Fanisha sibuk memeluk Diandra karena dia begitu kangen dengan bundanya.

"Bu, saya mau bicara sebentar boleh?" tanya Diandra ke Bu Broto.

Seperti mengerti, Krisna mengajak Faris dan Fanisha ke kantin untuk beli minuman dan cemilan. Mereka pun begitu semangat.

Sepeninggalan mereka, Diandra memulai pembicaraannya. "Bu, saya mau minta tolong lagi boleh?"

"Insyaa Allah mbak kalau saya bisa, saya bantu."

"Bu, kemarin itu ada debt kolektor datang ke rumah. Dia bilang mas Risyam punya hutang 200 juta. Saya mau minta tolong mas Krisna untuk menjual mobil saya." kata Diandra memohon ke Bu Broto, karena Krisna punya usaha jual beli mobil second.

"Ya Allah mbak... Yang sabar ya. Nanti saya bilang ke Krisna untuk bantu jual mobil mbak."

"Terima kasih Bu, semoga saja lakunya besar ya kalaupun kurang nanti sisanya saya nggak berat carinya."

"Iya mbak... Mbak nggak usah terlalu banyak pikiran biar cepat pulih."

"Iya Bu. Tapi tolong Bu jangan sampai anak-anak tau." Bu Broto mengangguk.

Tidak lama Krisna dan anak-anak kembali. Di tangan Faris dan Fanisha sudah ada minuman dan cemilan.

Dengan bantuan Bu Broto mendorong kursi roda, mereka melihat bayi nya Diandra yang masih ada di ruang inkubator. Terlihat keharuan di wajah mereka. Fanisha yang di gendong Krisna melihat dengan jelas adiknya yang sangat menggemaskan. Dia sampai dadah-dadah ke bayi yang sedang tertidur pulas.

Diandra pun mendapat kesempatan untuk menyentuh bayi nya yang bahkan belum dikasih nama.

Waktu untuk menjenguk bayi nya tidak bisa lama, apalagi Diandra pun masih suka terasa ngilu pada bekas operasi jika terlalu banyak bergerak.

Karena hari sudah sore. Mereka pun izin pulang. Walau Fanisha sempat merengek ingin dekat dengan Diandra. Tapi setelah di bujuk akhirnya menurut juga.

Kini sekarang Diandra kembali sendiri. Walau di ruang rawat itu ranjangnya terisi penuh. Diandra tetap merasa kesepian. Belum lagi ujian yang menimpanya semakin besar.

Diandra pun yakin kalau Allah akan memberikan ujian kepada hambanya sesuai batas kemampuannya. Diandra pun yakin kalau menurut Allah dia mampu menjalani ujian ini.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Nino

Nino

Gak nyangka bakal sampai kehabisan jari buat ketikin review ini... cerita ini einfach supeerrr👏

2023-11-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!