Bab 3

Diandra bangun lebih pagi, dia ambil wudhu untuk melakukan sholat tahajud. Dia minta dimudahkan urusannya.

Saat langit masih gelap dan semua tertidur lelap, Diandra memperlama sujudnya. Dia banyak minta ke yang maha kuasa agar keluarganya selalu diberi kesehatan, jauh dari bahaya dan berlimpah rezeki.

Sambil menunggu adzan subuh, Diandra berzikir agar hatinya semakin tenang menghadapi semua ini.

Selesai sholat subuh, Diandra langsung membangunkan Faris dan Fanisha. Anak sulungnya itu selalu sigap untuk bangun sholat subuh, hanya saja untuk membangunkan Fanisha butuh waktu lama.

Setelah kedua anaknya bangun, Diandra langsung masak nasi goreng dari sisa nasi kemarin. Tidak lupa telor ceplok favorit Faris.

Diandra juga membuat roti bakar untuk bekal anak-anak sekolah dan tidak lupa memasukkan beberapa potong buah ke dalam tempat makannya.

Tepat pukul 6, Faris dan Fanisha sudah rapih dengan seragamnya. Mereka langsung sarapan nasi goreng dan segelas susu coklat.

Diandra memberikan bekal untuk anak-anaknya yang sudah siap. Lalu mengantarkan mereka sampai ke depan gerbang rumah.

"Mbak Dian...!" teriak seorang ibu yang rumahnya ada 5 rumah dari rumah Diandra.

"Iya Bu Broto ada apa?" tanya Diandra. "Masuk dulu yuk Bu."

Ibu yang bernama Bu Broto mengikuti Diandra ke teras rumah. Diandra masuk ke rumah menyiapkan minum untuk Bu Broto.

"Silahkan Bu di minum."

"Terima kasih mbak." Bu Broto meminum air pemberian Diandra. "Jadi begini mbak, hari Sabtu besok anak saya Laras mau ada syukuran 4 bulanan. Saya mau pesan nasi boks sama mbak Dian, sebanyak 70 boks. Bisa nggak mbak?"

"Alhamdulillah... Bisa Bu. Seporsi mau harga berapa Bu?"

"Seporsi Rp. 30.000 aja mbak, ada ayam sama sayur gitu. Oh iya jangan lupa sambalnya."

"Iya Bu. Alhamdulillah Bu... Nanti list makanannya saya chat ya Bu."

"Iya mbak, ini saya langsung bayar cash." Bu Broto memberikan sebuah amplop berisi uang. "Dihitung dulu mbak takut salah."

"Saya hitung ya Bu," kata Diandra. Pelan-pelan dia hitung setiap lembar uang pecahan seratus ribu. "Alhamdulillah cukup Bu."

"Ya sudah mbak kalau gitu, saya pamit dulu. Jangan lupa hari Sabtu ya mbak, acaranya habis Zuhur."

"Iya Bu, terima kasih." Diandra mengantarkan Bu Broto sampai gerbang.

Di dalam rumah Diandra langsung ambil wudhu dan melakukan sholat Dhuha. Diandra bersyukur atas segala nikmat yang sudah di beri. Baru saja tadi pagi dia minta di lapangkan rezekinya, Allah langsung mengijabah doanya.

*****

"Assalamualaikum...!" teriak salam dari Faris dan Fanisha menggema seisi rumah.

"Waalaikumsalam... Anak bunda sudah pulang. Ayo cuci kaki, cuci tangan terus ganti baju. habis itu kita makan siang sama-sama."

"Siap bunda!!" teriak semangat Faris dan Fanisha seperti pasukan militer.

Diandra menggeleng sambil tersenyum bahagia melihat tingkah lucu kedua anaknya.

Diandra dan kedua anaknya sudah duduk di atas meja makan. Diandra masak menu spesial hari ini yaitu ayam goreng mentega dan capcay. Faris dan Fanisha begitu antusias menikmati setiap makanan yang di masak bundanya.

"Alhamdulillah bunda dapat pesanan nasi boks sama Bu Broto." cerita Diandra ke anak-anaknya.

"Alhamdulillah bunda... Masakan bunda kan enak pasti banyak yang pesan lagi nanti." kata Faris.

"Iya benar, masakan bunda nikmat." kali ini Fanisha tidak mau kalah memuji masakan Diandra.

"Nanti kalian bantu bunda ya."

"Siap bunda!" teriak Faris dan Fanisha barengan.

"Ayo cepat habiskan, setelah itu kita sholat Zuhur."

Selesai makan dan sholat Zuhur, Diandra mulai membuat list masakan untuk nasi boks. Dengan pertimbangan semuanya terutama harga bahan pokok yang sekarang makin melonjak. Diandra mengirim chat ke Bu Broto mengenai list makanan untuk nasi boks. Dan langsung mendapat respon dari Bu Broto yang tidak masalah dengan menu pilihan Diandra. Yaitu nasi, ayam goreng kecap, capcay, sambal goreng kentang, sambal dan lalapan.

Diandra pun membuat list bahan pokok untuk semua menu, karena besok sudah Jumat jadi dia harus belanja ke pasar.

Keesokannya... Diandra makin sibuk. Pagi harus ngurus anak-anak, terus lanjut ke pasar belanja untuk canteringnya.

Dengan kondisi kandungan yang sudah memasuki 8 bulan, mulai mengganggu pergerakannya. Tapi Diandra harus tetap semangat demi anak-anaknya.

Sesampai di rumah Diandra mulai mencuci lalu memarinasi ayam, biar bumbu meresap. Bumbu-bumbu disiapkan. Lalu menyiangi sayur. Besok pagi dia tinggal masak tidak perlu repot lagi.

Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Faris dan Fanisha sudah tidur duluan saat dirinya masih mengurusi perbumbuan.

Saat merebahkan badannya di atas tempat tidur, Diandra bisa merasakan kenikmatan yang tiada Tara. Darah seperti mengalir lagi dan rasa pegal langsung menghilang.

*****

Selepas sholat subuh, Diandra mulai memasak sambil sesekali membangunkan Faris dan Fanisha untuk sholat subuh.

Selesai sholat, Faris dan Fanisha membantu Diandra untuk membuat kerangka boks menjadi sebuah boks. Mereka melipat satu persatu kerangka itu lalu menyusunnya di ruang keluarga. Setiap susunan ada 5 tingkat.

Tanpa harus merepotkan Diandra, Faris membuat roti dengan mentega dan meses untuk sarapan dirinya dan Fanisha. Tidak lupa minum susu coklat.

Diandra terus fokus memasak, mencicipinya agar pas rasanya. Setelah semua masakannya matang, Diandra mulai menyusun setiap masakan ke dalam boks. Faris membantu menyusun setiap boks menjadi 5 tingkat lagi.

Tepat pukul 11.00 semua sudah siap. Diandra langsung menghubungi Bu Broto.

"Assalamualaikum Bu, nasi boks nya sudah siap. Mau saya antar sekarang?" tanya Diandra dari telpon.

"Waalaikumsalam... Nanti anak-anak saya yang ambil mbak."

"Ohh baik Bu." telpon terputus.

Diandra mengikat nasi boks yang sudah tersusun menjadi 5 tingkat dengan tali rapiah. Lalu dengan di temani Faris membawa nasi boks ke rumah Bu Broto. Tapi baru sampai gerbang sudah bertemu dengan anak-anak bujang Bu Broto untuk membantu mengangkat.

Setelah pengiriman kilat nasi boks yang hanya beda 5 rumah. Diandra, Faris dan Fanisha merebahkan badannya di atas sofa di ruang keluarga. Badan terasa pegal tapi mereka bahagia.

"Mas, abis zuhur bunda mau cek kandungan. Kalian mau ikut atau tidak?"

"Kakak mau ikut bunda, mau lihat adek bayi." jawab Fanisha dengan gaya manja dan centilnya.

"Mas ikut juga deh bunda."

Diandra tidak banyak bicara karena ternyata sudah hilang di alam bawah sadar. Terdengar dengkuran halus Diandra. Faris menyuruh Fanisha untuk tidak berisik dan menjauh dari posisi Diandra sekarang.

Faris merapihkan dapur yang berantakan. Memindahkan sisa lauk ke piring yang lebih kecil lalu ditaruh di atas meja makan dan di tutup tudung saji. Meja dapur dan kompor yang kotor dibersihkan. Peralatan bekas masak tidak berani Faris bersihkan karena ukurannya sangat besar. Faris hanya mengumpulkannya di tempat cuci piring agar nanti tinggal di bersihkan Diandra.

Setelah itu Faris menyapu lantai yang kotor dengan remahan makanan. Dan mulai mengepel lantai. Tepat saat adzan Zuhur kerjaan Faris sudah selesai. Faris lanjut mandi dan sholat Zuhur.

Selesai sholat Faris membangunkan Diandra dan Fanisha yang ketiduran di kamarnya. Diandra yang masih setengah sadar langsung kaget karena melihat rumah yang sudah rapih, hanya bagian tempat cuci piring saja yang masih berantakan.

Diandra memeluk dan mengecup kening Faris dan bilang. "MaSyaa Allah... Mas Faris bantuin bunda bersihin ini semua?" Faris mengangguk pelan dengan menunduk.

"Terima kasih mas Faris... Terima kasih sayang." Tiada henti Diandra mengecup kedua pipi dan kening Faris hingga dirinya pun merasa malu dengan perlakuan Diandra. "Wah... Anak bunda sudah mulai gede ya, sudah malu diciumin bunda."

"Bukan gitu bunda... Cuma ini sudah siang, bunda kan belum sholat dan siap-siap."

"Oh iyaa... Bunda lupa. Mas, adekmu tolong di bangunin ya."

"Iya bunda."

*****

Tidak perlu menunggu lama untuk periksa kandungan. Karena tepat baru duduk di kursi tunggu, nama Diandra sudah langsung di panggil. Faris dan Fanisha paling antusias saat di ajak masuk ke rumah periksa. Diandra langsung USG 4D. Terlihat di janin sedang mengedot ibu jari, mungkin sedang tidur siang.

"Alhamdulillah dedeknya sehat... Tuh lihat dedeknya malah lagi ngemut jempol." kata dokter Shapira.

"Bunda, dedeknya lucu." kata Fanisha terpesona melihat kelayar monitor. Diandra membalas dengan senyuman sambil mengelus kepala Fanisha yang berdiri tidak jauh dari dirinya.

Dokter Shapira masih menggerakkan transduser di perut Diandra. "Bu Dian mau lihat jenis kelaminnya?"

"Mauuu!!" teriak Faris dan Fanisha bersamaan.

"Nih ya kita lihat... MaSyaa Allah... Ternyata dedeknya laki-laki." kata dokter Shapira yang transduser nya sudah sampai pada kelamin dedek.

"Alhamdulillah." kata Diandra.

"Hore... Kakak paling cantik. Horee..." Fanisha menari senang karena dia paling cantik di antara Faris dan adiknya nanti.

Semua ikut senang melihatnya. Diandra duduk di depan dokter setelah cek USG. Faris dan Fanisha sedang asik ngobrol dengan suster di depan ruang tunggu. Dokter memang ingin bicara intim dengan Diandra perihal pertumbuhan kandungannya.

"Bu Dian jangan terlalu capek ya, jangan lupa makan yang bergizi sepertinya badan Bu Dian turun drastis."

"Iya dok, kemarin saya terlalu berduka makanya langsung kurus."

Dokter Shapira menulis resep dan memberikan ke Diandra. "Itu vitaminnya di minum ya Bu biar kandungannya kuat. Dan jangan terlalu banyak pikiran."

"Baik dok, terima kasih."

*****

Setelah mendengar saran dari dokter, Diandra lebih menjaga kandungannya. Dia tidak mau terlalu memforsir tenaga dan pikirannya. Walau belum ada pesanan nasi boks lagi tapi itu bisa di manfaatkan Diandra untuk istirahat.

Tiba-tiba ada yang mengusik kebahagiaan Diandra dan keluarga. Rumahnya kedatangan seorang pria berbadan besar dengan jaket kulitnya. Pria itu terlihat sangat menyeramkan.

"Ada perlu apa ya?" tanya Diandra penasaran.

"Apa benar ini rumah Risyam Megantara?" Pria itu malah balik nanya.

"Iya benar. Ada apa ya dengan almarhum suami saya?" tanya Diandra lagi sambil menyuruh pria itu duduk di teras.

Pria itu mengeluarkan sebuah map coklat dan memberikannya ke Diandra. "Apa ini?"

"Pak Risyam punya hutang kepada kami sebesar 200 juta."

Seperti tersambar petir, Diandra merasa dirinya kaku tidak bisa menggerakkan badannya atau mulutnya.

"Satu tahun lalu Pak Risyam pinjam uang ke perusahaan kami sebesar 200 juta, tapi baru bisa membayar 50 juta dengan bunganya. Hingga tiga bulan sebelum kematiannya, belum di bayar juga bunganya semakin bertambah."

"Nggak mungkin suami saya pinjam uang."

"Tapi ini buktinya Bu," kata pria itu memberikan fotokopi KTP, foto Risyam dengan KTP dan tanda tangan Risyam.

Diandra merasakan perutnya sakit yang luar biasa. Pria itu pun ikutan panik melihat Diandra yang semakin meringis kesakitan. Pria itu berteriak minta tolong ke setiap orang yang lewat. Dengan cepat Diandra di bawa ke dalam mobil Bu Broto dan langsung di bawa ke rumah sakit.

Bersambung...

Catatan :

Transduser : merupakan komponen pada alat USG yang berbentuk gagang pipih yang mudah di pegang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!