ISTRI UNTUK PRESDIR POSSESIVE
Hi guys ketemu lagi dengan cerita author Dewi ...😘
Mohon dukungan like, komen dan subscribe ya guys ...❤️
Yang mau kasih bintang juga silahkan...🌟
Cast Visual
Mayaza Azzura Alena Kendrick
Gavin Kaivan Volland
Alula Gistara Prameswari sebagai sahabat/teman dekat Mayaza
"Mayaza Azzura Alena Kendrick. Dengan sangat berat hati kamu saya pecat!"
"Apa, Pak? Kenapa tiba-tiba saya di pecat Pak? Memang saya salah apa?" Tanya Mayaza beruntun. Kaget sudah pasti, bagaimana gak kaget coba, tiba-tiba saja dia mendengar pernyataan yang sangat menakutkan bagi para karyawan bawahan seperti dirinya.
Jantung Mayaza berdegup kencang ia berharap ini hanya prank.
Tapi prank untuk apa? Ini bukan bulan April, jadi sudah jelas bukan April mop. Kalau di ingat-ingat, ini juga bukan hari ulang tahunnya.
Lalu ini semua apa?
Prank buat apa?
Laki-laki paruh baya yang sedang duduk di hadapannya itu membuang napas beratnya. Dia tak kunjung juga menjawab pertanyaan dari Mayaza, hanya menatap tajam dengan penuh iba.
Sebenarnya Mayaza sangat benci di tatap bosnya seperti ini, seolah-olah ia adalah orang yang perlu dikasihani. Padahal Mayaza hanya butuh jawaban.
"Pak, ini pasti cuma prank, kan?" Tanya Mayaza memastikan.
"Aduh ... ternyata bapak bisa bercanda juga ya. Hahaha ...."
Bibir Mayaza masih bisa tertawa juga ternyata, padahal pria paruh baya yang duduk di depannya ini masih memasang wajah masam seperti tadi.
Lagi-lagi pria paruh baya atasan Mayaza yang bernama Pak Regan itu kembali menghela napas panjangnya. Lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi goyang yang empuk yang tengah ia duduki sambil menatap lekat ke wajah Mayaza yang masih sedikit tertawa.
"Mayaza, ini bukan sebuah lelucon, apalagi prank seperti yang kamu bilang tadi." Tegur pak Regan.
Perasaan Mayaza yang tadinya sudah mulai merasa tenang, tiba-tiba kembali merasa terancam.
"Maksud bapak, saya beneran di pecat, Pak?" Tanya Mayaza dengan sangat hati-hati.
Pak Regan mengangguk kemudian menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat.
"kalau bisa di tebak sih sepertinya itu pasti uang pesangon." Batin Mayaza menatap amplop berwarna coklat itu.
"Berapa ya pesangonku?"
"Lima belas juta?"
"Dua puluh juta?"
"Atau bahkan lima puluh juta?"
"Ih, apaan sih, posisi lagi terancam begini malah sempat-sempatnya memikirkan duit. Dasar aku ini!" Batin Mayaza lagi.
"Apa ini, Pak?" Tanya Mayaza setelah amplop berwarna coklat itu di terimanya.
Meski yang di harapkannya berisi duit tapi tetap saja Mayaza harus berpura-pura gak tau dong.
"Itu surat pemecatan kamu, Mayaza. Maaf saya tidak bisa memberi pesangon untuk kamu, sebab perusahaan melarangnya." Jawab pak Regan dengan berat hati memberi penjelasan kepada Mayaza.
"Apa?!"
"Jadi aku serius di pecat, dan tanpa pesangon?"
"Benar-benar tragis bin miris!" Gumam Mayaza sambil mengigit bibir bawahnya.
Untuk memastikan perkataan Pak Regan, Mayaza membuka amplop coklat itu, lalu membacanya.
Dan benar saja, Mayaza di pecat dari perusahaan itu. Padahal dua tahun yang lalu Mayaza harus bersusah payah berusaha agar bisa di terima bekerja di sini, dengan mengalahkan banyak pesaing yang juga ingin mendapatkan pekerjaan.
Lalu tiba-tiba saja di pecat?
"Tapi, alasannya apa pak? Seingat saya, saya tidak pernah melakukan kesalahan fatal." Tanya Mayaza mendesak.
"Ya benar, Mayaza. Kamu memang tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada perusahaan. Tapi kesalahanmu pada Pak Zakra, selaku direktur perusahaan ini." Jelas Pak Regan.
"Oke kalau kesalahanku padanya seperti yang dikatakan sama Pak Regan tadi memang benar adanya, tapi kenapa harus berimbas pada pekerjaan saya, pak!"
"Tapi namanya itu tidak profesional, pak. Urusan saya sama Pak Zakra itu kan ranah pribadi, bukan masalah pekerjaan, kenapa imbasnya ke karir saya." Ucap Mayaza berusaha membela diri, kali aja berguna.
"Saya tau, Mayaza. tapi, apa iya saya harus membantah perintah Pak direktur? Tentu itu mengancam posisi saya, Mayaza."
"Huft!"
"Baiklah, kali ini saya harus mengalah. Kembali berdebat juga percuma, kalau begitu saya permisi dulu Pak." Pamit Mayaza bangkit dari duduknya.
Keluar dari ruangan Pak Regan, Mayaza berjalan lesu menuju ke ruangan divisi tempatnya bekerja.
Setelah ini dia harus membereskan barang-barangnya, dan juga berpamitan pada teman seperjuangannya.
"Za, ada apa? Kok lemas gitu sih, keluar dari ruangannya pak Regan. Habis diomelin ya?" Tanya Airin, begitu melihat Mayaza masuk ke ruang divisinya.
Suara Airin yang cukup keras tadi, tentu saja membuat Mayaza jadi pusat perhatian. Pasalnya semua orang yang ada di ruangan ini refleks melihat ke arah Mayaza. Pasti kepo dengan jawaban yang bakal dia utarakan.
"Gue di pecat!" Ucap Mayaza sambil berjalan menuju meja kerjanya tempat biasa di mana dia mengerjakan tugas demi tugas yang diberikan oleh perusahaan. Ah, tepatnya kini menjadi mantan meja kerja.
Kalau namanya sudah berubah menjadi mantan, berarti wajib di lupakan. Seperti dirinya yang rajin banget melupakan barisan para mantan. Eh.
"Hah? serius lo, Za? Jangan bercanda deh!" Celetuk Bima.
"Iya, Za, gak lucu tau bercanda kek gitu." Ucap Jessy.
Dan banyak lagi celetukan-celetukan yang lainnya yang tak Mayaza pedulikan.
Dibandingkan menjawab kekepoan mereka, Mayaza lebih memilih membereskan barang-barangnya.
Melihat ada yang tengah beres-beres, teman-teman satu ruangan kantornya beranjak menghampiri.
"Lo serius, Za?" Tanya Airin dengan suara lirih untuk memastikan dan Mayaza pun mengangguk.
"Aaarggh ... Mayaza ... gue sedih kalau lo pergi."
"Gue juga sedih, Za."
"Apalagi gue, Za. Kalau lo pergi, nanti siapa dong yang bakalan jadi partner ghibah kita? Huhuhu ...."
Selanjutnya, suasana berubah menjadi hening, sendu, dan penuh linangan airmata perpisahan.
Teman-teman kantor satu devisi dengan Mayaza secara bergantian berpelukan sebagai tanda perpisahan.
Tadinya sih Mayaza gak mau nangis, tapi karena kebawa suasana, jadinya ikutan nangis deh.
Tak di pungkiri ini cukup membuat Mayaza sedih. Selain kehilangan pekerjaan, dia juga harus berpisah dengan teman-temannya yang selama ini melewati masa-masa susah senang bersama.
Keluar dari kantor dengan predikat di pecat secara tidak terhormat, membuat kepalanya sedikit mendidih. Untung saja gak sampai meledak. Coba deh, kalau beneran meledak, bakalan serem pasti.
"Ah, aku harus mendinginkan pikiran, sedih boleh frustasi jangan. Apalagi sampai depresi. Ih, jangan sampai. Bukan Mayaza namanya jika terus-terusan meratapi nasib."
jarum jam di tangan kanannya sudah menunjukkan pukul satu siang, Mayaza memutuskan untuk mampir ke kafe langganannya tempat biasa dia nongkrong bercengkrama bersama teman-temannya.
Eits ... Meskipun Mayaza di pecat tanpa pesangon, tapi dia masih mampu kok buat sekedar duduk santai di kafe sambil menikmati es kopi favoritnya, gak tau kalau hari-hari berikutnya.
Masa bodohlah sama hari-hari yang akan datang, yang penting sekarang pikirannya harus adem dulu, plus mengembalikan mood yang tadi sempat hancur.
"Mbak, saya pesan es kopi kaya biasa ya." Ucap Mayaza pada salah satu pelayan kafe. Kebetulan dia sudah paham sama pesanan Mayaza sebagai pelanggannya, jadi gak perlu ngasih tau lagi apa yang mau di pesan.
"Baik, Mbak, di tunggu ya." Jawab pelayan itu sambil berjalan meninggalkan meja Mayaza.
Sambil menunggu pesanannya datang, Mayaza mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya, lalu mulai memainkannya.
"Mayaza?" Terdengar suara wanita memanggilnya yang terdengar sangat familiar suaranya di telinga Mayaza.
Karena penasaran Mayaza mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Loh, Alula? Lo ngapain jam segini di sini? Gak kerja lo?" Tanya mazaya begitu mengetahui bahwa yang tadi memanggilnya adalah sahabatnya semasa duduk di sekolah menengah atas dulu.
Alula menjatuhkan bokongnya di kursi tepat di hadapan Mayaza.
"Gue lagi libur, Za. Tepatnya sih, gue cuti karena pulang kampung. Nih, gue baru aja balik dari kampung, terus mampir ke sini dulu karena haus. Lo sendiri kenapa jam segini keliaran?" Tanya Alula heran.
"Gue baru aja di pecat, La." Jawab Mayaza jujur. Ya iyalah masa mau bohong kan dosa. Bukan Mayaza namanya kalau suka bohong.
"Apa?! Lo di pecat, Za? Emang lo ada kesalahan gitu?"
"Kalau kesalahan ke perusahaan sih, gue gak ada. Tapi, gue punya kesalahan sama direkturnya." Jelas Mayaza, mungkin ini saatnya dia jujur tentang kenapa dia sampai di pecat sama perusahaan tempatnya bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Dunia_Hiburan
Dapat salam dari 📖Satu Atap Ada Cinta💑
2023-11-07
2