"Tadi waktu pamitan sama orang-orang kantor, aku nggak ngasih tau sama mereka perihal sebab pemecatanku. Meski banyak dari mereka yang bertanya yang tau alasannya hanya aku, Pak Regan, dan Pak Zakra si direktur genit itu." Ucap Mayaza menjelaskan dengan jujur.
"Sama direktur? Salah apa emang, lo?" Tanya Alula penasaran.
"Kemarin pak direktur ngelamar gue buat di jadiin istrinya, La, dan gue tolak mentah-mentah." Ucap Mayaza dengan sedikit menurunkan suara, takut ada yang dengar selain dirinya dan Alula.
"Yah, kenapa gak lo terima aja, Za? Enak lo jadi istrinya direktur. Duitnya banyak, Za. Auto lo jadi sultan, Za."
"Ish, nih orang yang dipikirin cuma duit doang." Batin Mayaza sambil menghembuskan napas kasar sebelum menjelaskan lebih detail lagi.
"Coba kalau lo jadi gue, La. Emangnya lo mau diperistri sama laki-laki yang seumuran sama kakek lo, dan di jadiin istri ke tiga? Lo mau, La?"
"Idiih ... Ya gak mau lah, Za." Ucap Alula dengan wajah yang tadinya berbinar, kini berubah menampilkan raut jijik.
"Nah, kaya gitu juga alasan gue, La. Si direktur itu udah tua, dan gue mau di jadiin istri ke tiga, ya gue ogahlah. Sejomblo-jomblonya gue, dan semiskin-miskinnya gue, gue nggak akan menggadaikan masa depan hanya demi harta. Hidup cuma sekali kok di bikin nggak enak, kan gue yang rugi." Ucap Mayaza menjelaskan dengan menggebu.
Untung saja kafe lagi sepi, jadi bisa di pastikan tadi nggak ada yang dengar penjelasannya.
"Wah, parah tuh bos lo, Za." Jawab Alula menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Keputusan lo benar banget, Za. Gue juga nggak rela kalau lo di jadiin istri ke tiga, apalagi sama aki-aki."
"Makanya gue lagi kesal banget nih, La. di pecat karena ketidak profesionalan si direktur. mana gue nggak di kasih pesangon lagi." Gerutu Mayaza kesal dengan wajah cemberut.
"Tanpa pesangon? Wah, benar-benar tuh ya bos lo. Masa perusahaan besar mecat karyawan dengan seenaknya hanya karena urusan pribadi, dan nggak di kasih pesangon lagi. Kalau gue jadi lo udah gue maki-maki tuh direktur." Ucap Alula menambahkan terlihat ikut kesal dengan masalah temannya.
"Tuh, aki-aki emang nyebelin banget. Padahal perusahaan itu bukan miliknya, dia cuma jadi direktur doang." Jawab Mayaza ketus.
"Kalau gitu, kenapa nggak lo aduin aja ke pemilik perusahaan?"
"Gue nggak tau siapa pemilik perusahaannya, La. Nggak pernah liat orangnya juga, padahal udah dua tahun kerja di sana."
"Ya udah, Za, lo sabar aja, siapa tau ini yang terbaik buat lo. Gue pikir-pikir kalau lo tetap kerja di sana juga nggak enak, karena pasti tuh direktur bakalan ngelakuin sesuatu yang lain ke lo."
"Iya juga ya." Jawab Mayaza mengangguk sambil menerawang.
"Benar juga apa yang dikatakan Alula, si direktur aki-aki itu nggak akan bakalan diam saja kalau dirinya tetap kerja di sana. Bisa jadi bosnya malah berbuat yang nggak baik ke dirinya. Kalau gitu, mending di pecat kan?" Batin Mayaza.
"Eh, Za, tapi lo jangan khawatir, di kantor gue lagi ada lowongan kok, tepatnya di divisi yang sama kayak gue. Ya, meskipun cuma di bagian marketing, nggak kayak jabatan lo di tempat kerja kantor lo sebelumnya. Terus, lo juga tau sendirilah, kalau kantor gue bukan perusahaan besar seperti mantan kantor lo." Ucap Alula menjelaskan secara rinci.
Mendengar Alula bilang di kantornya ada lowongan, seketika membuat Mayaza seperti mendapat angin segar. Senyum pun terbit dari bibirnya.
"Wah, serius lo? Gue mau kok, La. Nggak masalah kerja di bagian apa aja, yang penting halal plus gue nggak jadi pengangguran." Ucap Mayaza antusias.
"Ya udah, kalau begitu besok lo datang aja ke kantor gue bawa surat lamaran kerja. Kalau gue tebak sih, lo bisa langsung di terima, secara pengalaman lo kerja di perusahaan besar itu dua tahun."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Selesai nongki dan bercengkerama bareng Alula, Mayaza memutuskan untuk pulang ke kontrakannya. Tentu saja sendirian karena Alula di jemput bareng pacarnya. Lagian juga nggak mungkin bareng, kan beda arah.
Untungnya kost tempat tinggal Mayaza nggak jauh dari kafe tadi, dan nggak jauh juga dari mantan kantor. Sengaja Mayaza menyewa kost yang dekat sama kantor, biar irit ongkos. Eh, sekarang malah di pecat.
Mayaza berjalan dengan santai, dengan perasaan yang sedikit sudah lebih baik, menyusuri jalan setapak pulang menuju tempat kostnya.
Sebenarnya sih, pengin sambil nyanyi. Tapi karena ini di pinggir jalan raya, maka Mayaza mengurungkan keinginannya itu. Bisa-bisa nanti dianggap nggak waras lagi.
Lagi asik jalan, tiba-tiba saja bajunya basah karena terciprat oleh sebuah mobil yang lewat.
"Kurang ajar tuh mobil." Rutuk Mayaza kesal.
"Nih, rasain sepatu gue." Gumam Mayaza sambil melepas sepatu, lalu langsung saja dia lemparkan ke arah mobil itu.
Dan .... Kena kaca belakangnya?
"Kok bisa?"
"Kirain nggak nyampe."
Terus mobil itu berhenti.
"Duh, sial! Pasti habis ini aku bakal di maki-maki sama si pemilik mobil itu lagi." Batin Mayaza.
"Gawat!"
"Aku harus apa ini?"
Badan Mayaza udah gemetaran, jantungnya juga rasanya mau keluar dari tempatnya, karena sangat ketakutan dan sampai nggak bisa mikir lagi nggak tau harus berbuat apa lagi, akhirnya dia memutuskan untuk berbaring saja di atas tanah. Tepatnya sih, pura-pura pingsan.
Semoga saja dengan kepura-puraan ini si empunya mobil nggak bakal maki-maki, dan nggak minta ganti rugi.
Satu.
Dua.
Tiga.
Empat.
Dalam hati Mayaza menghitung, namun tak kunjung ada tanda-tanda si pemilik mobil tadi menghampirinya. Tepatnya, nggak ada suara jejak kaki orang mau menghampirinya yang saat ini dia lagi pura-pura pingsan.
Eh, tapi harusnya Mayaza senang dong, karena itu berarti dia nggak jadi di marahi sama si empunya mobil, gara-gara kaca mobilnya dia lempari sepatu.
Sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki yang kayaknya lagi berjalan ke arahnya. Hmm ... mungkin si pemilik mobil.
Mata Mayaza terus terpejam, sedangkan suara langkah kaki itu semakin mendekat.
Sebenarnya Mayaza sudah tak tahan dengan posisinya seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, kalau nggak kayak gini, dia bakal diomelin. Pikir Mayaza.
"Walah, kok malah pingsan toh. Bukannya ini yang tadi lempar sepatu ke kaca mobil, ya?" Ucap si pemilik mobil.
Dari suaranya Mayaza yang sedang berpura-pura pingsan bisa menebak kalau yang berbicara ini laki-laki yang sudah cukup umur. Dan dari suaranya juga, dia yakin kalau dia nggak bakal di marahi, meskipun dia nggak pura-pura pingsan begini.
"Pak Sasmadi .... " Terdengar suara teriakan orang dari jauh.
Mayaza tak tau siapa Pak Sasmadi, kan dia lagi pura-pura pingsan.
"Iya, tuan."
Ooh, ternyata orang yang lagi melihat dirinya ini namanya pak Sasmadi.
"Ini orangnya pingsan, Tuan." Jawab pak Sasmadi pada majikannya.
"Aduh Pak Sasmadi, udah, biarin aja, paling cuma pura-pura. Ayo cepat berangkat." Ajak seseorang yang dari tadi dipanggil tuan oleh pak Sasmadi.
"Ternyata si tuan itu bisa tau kalau aku cuma pura-pura pingsan." Batin Mayaza.
"B - baik, Tuan." Jawab pak Sasmadi, yang kemudian berjalan menjauh dari posisi Mayaza yang pura-pura pingsan.
... ❤️❤️...
Happy Reading 🥰 😘
TBC 📒
DON'T FORGET FOR LIKE , VOTE COMMENT AND SUBSCRIBE🌟🌟 THANK YOU ❤️🖤
BACA JUGA KARYA NOVEL AKU YANG LAINNYA DENGAN JUDUL TERTERA DI BAWAH INI, SIAPA TAU SUKA & JADIKAN BACAAN FAVORIT KALIAN SEMUA 📌🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments