Gadis Pencuri Benih

Gadis Pencuri Benih

1. Orang yang Kucinta

"Mungkin Tuhan memang bukan mentakdirkan ku dengannya."

Dada Iva terasa sesak kala membayangkan kejadian sore itu.

Diadakannya pertunangan antara Lemusa, seorang pemuda yang sejak menduduki bangku SMA sudah disukai Iva. Dan Atnia, sahabat Iva sendiri sebagai calon tunangannya.

Semua orang berbahagia, kecuali Iva. Meski sudah menunjukkan senyuman, dengan mulut manis yang mendoakan hal baik terjadi pada pasangan ini, nyatanya, di dalam lubuk hati Iva yang terdalam,

ia terluka.

Lemusa dan Nia, sejatinya adalah sepupu silang yang diusahakan bersatu untuk mempererat hubungan baik keluarga.

Dan jelas saja, Iva bukan siapa-siapa selain sahabat baik Nia.

Perasaan suka yang berujung cinta diam-diam, dirasakan Iva saat menduduki bangku SMA. Selama 3 tahun, disuguhkan pemandangan seorang pemuda bertubuh tinggi dengan wajah tampan bak aktris Korea. Mana sifat Lemusa yang baik, sopan dan tampan, sungguh idaman setiap wanita.

Selain itu, karena Iva bersahabat dengan Nia, Iva jadi tau banyak hal tentang Lemusa. Bagaimana sifatnya, cara makannya, koneksi dengan orang lain, hubungan masalalu,

serta kebiasaan kecil lainnya yang dilakukan pemuda itu.

"Asal kamu tau aja, Ai, sejujurnya aku sama sekali ga suka sama si Musa. Dia ganggu banget tau!"

Iva mengingat begitu jelas, bagaimana saat SMA dulu, Nia mengatakan bahwa Ia tidak menyukai sosok Lemusa.

Membuat Iva berpikir, ia memiliki kesempatan mendekati Lemusa. Tapi nyalinya seketika menciut, kala menemukan sosok dingin dan cuek terkubur dalam diri Lemusa.

Di ruang ganti siang tadi, Iva menemani Nia berganti pakaian.

"Katamu kau tidak menyukainya," kata Iva menyindir, namun tetap berusaha menyembunyikan perasaan cemburunya.

Mendapati pertanyaan seperti itu, Nia menggeleng. "Udah berapa kali aku bilang, Iva Tessa… Ini maunya keluargaku. Kapan juga aku suka sama si Musa? Kau kan juga liat, gimana nyebelinnya pemuda itu!" jawab Nia dengan perasaan menggebu.

Iva tau itu. Ia hanya geram dengan takdir, begitu sulitnya semesta menyatukannya dengan Lemusa. Padahal Nia, dengan mudahnya mendapatkan pemuda itu.

Namanya kekuatan orang dalam...

Iva menghela nafasnya dan mengusap kasar wajahnya. Ia masuk ke kamar. Sedaritadi ia berdiri di Rooftop teras sambil menatap langit dengan bintang bulannya.

Derrtttt… Langkah Iva terhenti dan menoleh ke ponselnya yang diletakkan di nakas. Saat melihat siapa yang memanggil, alisnya terangkat.

Atni? Kira-kira, kenapa dia menelepon?

Tidak mau penasaran lebih lama lagi, Iva memutuskan mengangkat telepon.

"Hallo Atni, kenapa kamu–"

"Cepat datang ke restoran Lataret ya. Alamatnya bakal aku Sherlock secepatnya."

"Tapi kenap–"

Tutt..

Kening Iva mengerut, ia sangat bingung dan cemas. "Suara Atni terdengar ketakutan. Sepertinya ada sesuatu yang serius!"

Iva mengambil kunci mobilnya dan buru-buru keluar dari apartement. Ia menuruni tangga, dan mencari mobilnya yang terparkir di basement.

Lokasi restoran Lataret letaknya cukup jauh dari sini. Untungnya jalanan tak terlalu ramai. Iva sangat memfokuskan perhatiannya pada tujuan, dan tak terasa ia sampai ke restoran Lataret dalam waktu 15 menit.

Usai memarkirkan mobilnya, ia mencari keberadaan Nia dengan masuk ke dalam restoran. Tapi keberadaan sahabatnya itu tak kunjung ditemukan.

"Dia kemana sih?" Iva memutuskan keluar. Dan matanya terpaku melihat seorang gadis di seberang jalan dengan mobilnya.

"Iva!" teriak Atni sambil mengangkat sebelah tangannya.

Iva menyeka keringatnya dan menyusul Nia. "Kamu benar-benar menyusahkan. Katanya di Restoran Lataret, kupikir kau ada di dalam. Ternyata di luar," katanya protes.

"Sorry, aku lupa. Maaf ya. Jadi gini, aku minta kamu ke sini karna mobilku tiba-tiba mogok. Mana si Lemusa ada di dalam."

"Hah? Lemusa? Kenapa bisa dia ada di situ?" Iva sampai memasukkan kepalanya ke dalam mobil untuk memastikan keberadaan pemuda itu. Dan benar saja, ia melihat wajah tampan Lemusa sedang tidur di sana.

"Tadi keluarga minta kami jalan-jalan di pantai. Tau kan, pantai sebelah hotel tempat tunangan tadi sore?"

Iva mengangguk. Matanya membesar karena serius dan penasaran.

"Nah, tau-taunya keluarga meninggalkan kami di sana dan hanya menyisakan mobilku. Setelah lima menit berkendara, mobil malah mogok. Taulah gimana nyebelinnya si Musa, dia biarin aku dorong mobil ini dan malah tidur enak-enakan di dalam."

Iva menjadi kasihan. "Ya udah. Mobilnya di derek aja. Kalian masuklah ke mobilku."

Tapi wajah Atni berubah cemas. Iva yang memperhatikannya pun mencoba bertanya, "Kenapa lagi?"

"Ah enggak. Ayo kita pasang dereknya."

Setelah mobil Iva menderek mobil Atni, mereka pun memulai perjalan.

"Jadi bukan masalah kalau Musa di mobil kamu, Atni?" tanya Iva kuatir.

"Dia nyebelin gitu. Biarin aja lah. Biar dia rasakan goyangan keras di belakang."

Iva pun mengangguk tanpa menunjukkan sisi cemasnya. "Kita langsung ke bengkel atau…"

"Ke apartemenku. Ayolah, rasanya capek, Iva. Aku mau bersihkan badan, dan lanjut bobo cantik!" Tatapan Nia begitu berseri-seri kala membayangkan betapa nyaman dan tenangnya berada di kamarnya apalagi setelah banyak hal terjadi hari ini.

"Baiklah," balas Iva.

Setelah perjalanan jauh, mereka sampai ke apartemen Nia. Iva di bantu Nia untuk melepas alat penderek. Sementara Nia langsung berbalik setelah mengatakan, "Terimakasih atas bantuanmu!"

Iva sedang kebingungan dengan sosok Lemusa di dalam mobil.

"Atni!" panggil Iva, raut wajahnya begitu kuatir dengan kondisi Lemusa.

Seingat Iva, Lemusa bukan tipe pria yang suka tidur. Ya walau, selama SMA, pemuda itu sering tidur di kelas. Hanya saja mudah dibangunkan, bukan seperti kerbau.

Maksud Iva, jalanan yang mereka lewati banyak tanjakannya. Harusnya Lemusa sudah bangun daritadi.

"Iva!" seru Nia sambil menggoncang bahu sahabatnya.

"Hah? Apa?" Iva mengedipkan mata dan menetralkan nafasnya karena terkejut.

"Hoaaaammm, kenapa memanggilku?" ucap Nia sambil menguap.

"Itu." Iva menunjuk kaca mobil.

"Oh itu. Bawalah dia ke apartemennya. Kan kalian tinggal di apartment yang sama. Paling hanya beda 20 kamar," jawab Nia santai. Ia kemudian berbalik dan berjalan sambil meregangkan badan.

Iva menatap sahabatnya itu, yang bersikap tidak peduli. Membuat Iva menghela nafas dan memanggil Nia. "Atni, di mana kuncinya?"

Buru-buru Nia menjumpai Iva dan menyerahkan kunci. "Tolong bawa dia ke apartemennya ya. Please… Aku udah capek soalnya." Kali ini Nia memohon dengan benar.

Dan karena itu, Iva tersenyum dan menepuk bahu Nia. "Harusnya kamu melakukannya tadi."

"Hehehe, aku terlalu lelah. Hari ini berat sekali rasanya!" ucap Nia beralasan.

Iva mengangguk paham sambil mencoba membuka pintu mobil.

"Dia tidur atau gimana sih, Nia?" Iva menatap heran sosok pria yang sedari tadi tertidur tanpa bergerak itu. Lemusa duduk sambil memejamkan mata di kursi sebelah pengemudi. Dengan seatbelt yang mengunci pergerakan.

"Paling pingsan," jawab Nia menunjukkan ketidakpeduliannya.

Terpopuler

Comments

Buke Chika

Buke Chika

kayaknya bagus nih ceritanya,menunggu kelanjutan nya,tidak akan pernah bertemu jgn maafkan cowok yg sudah menghina harga diri,cari yg lain saja biar kapok itu cowok.jgn kasih kendor thor next

2023-11-06

2

Isma Nayla

Isma Nayla

coba mampir thor,semoga ceritanya bagus
semangat y thor 😘💪

2023-11-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!