Aslan segera mengancingkan celananya. Mereka berdua terkejut karena dipergoki Viki tengah berbuat mesum.
"Sialan" desis Aslan merasa kesal karena hasratnya tertahan.
"Kalian .... selama ini seperti ini dibelakangku?" tanya Viki bergetar.
Dilla yang tadinya merasa takut diciduk oleh guru pun merasa lega.
Dia lantas menaikkan sebelah bibirnya seraya merapikan penampilannya.
"Kenapa? apa kamu mau ikutan juga?" alih alih takut, Dilla mengajaknya menikmati surga dunia.
"Kamu pikir aku cewek rendahan?" balas Viki dengan tegas. Tak lupa deraian air mata membasahi make up tipis yang tak anti air itu.
Senyum smirk Dilla surut berganti ekspresi kemarahan.
"Maksud lo? Lo mau bilang gue rendahan, iya?" tanyanya datar seraya melangkah perlahan mendekati Viki yang kini melangkah mundur karena ekspresi Dilla bagai dirasuki mahluk mengerikan.
"Lalu apa namanya?" lanjut Viki dengan suara lirih. Dia ingin segera keluar dari ruangan laknat itu.
"Apa perdulimu kalo kita ngelakuin hal yang kita sukai, hah? apa elo suka sama dia?" Dilla mengetatkan rahang seraya mencekal pergelangan tangan Viki saat Viki hendak membuka pintu.
"Lepasin. Kalian bisa lanjutkan" ucap Viki meronta dengan sedikit isakan. Kini dia menyesal tak mengikuti ajakan Rico untuk pergi dari sini.
"Rico" gumamnya kala teringat lelaki berkacamata tebal itu dan berharap bisa mendapat pertolongannya.
"Lepasin? Dan ngebiarin elo ngelaporin kita kek si gendut culun itu? Elo pikir kita bego?" pekik Dilla dengan lantang membuat mata Viki membola. Cekalan tangan Dilla semakin mengetat dan kuku panjangnya hampir menembus kulit tangan Viki.
"Rico tau? itu sebabnya dia menghalangiku masuk kesini?" gumamnya bertanya dalam hati.
"Rico.." seru lirih Viki lantas berteriak memanggilnya "Ricoo.. Rico tolong akuu.. Ric-"
"Waaaaaa.... Aaaaaarrgghh..." teriakan permintaan tolong Viki terjeda oleh teriakan histeris Dilla yang tiba tiba mengacak acak rambutnya sendiri. Dia bahkan menampar pipinya sendiri bak kesurupan membuat Aslan dan Viki panik juga khawatir padanya.
Aslan dan Viki berlomba menenangkan Dilla yang mungkin depresi.
"Dill, berhenti Dill, jangan kek gini" sergah Aslan. Tangannya menahan tangan Dilla yang tak berhenti melukai dirinya sendiri.
Tanpa mereka duga, Dilla justru menyergap Aslan dan melakukan hal yang sama padanya.
"Dillaaa.. sadarlah Dill.. hentikaan.." Viki menangis melihat kondisi Dilla. Dia lantas menghadang serangan Dilla pada Aslan dan memunggunginya.
"Toloooong.... Aaaaaaaa...." Dilla berteriak sambil terus mencoba menyerang Aslan yang dihalangi Viki.
"Kenapa.. ada apa ini?" tiba tiba pintu toilet dibuka oleh orang orang yang kebetulan hendak membuang hajat.
"Viki hentikan Vik. Kamu jangan gila.. dia lebih menyukaiku dan itu kenyataannya" ucap Dilla seraya menangis dan seolah melerai Viki dari Aslan.
Viki yang memang tak sadar tengah memeluk Aslan karena menghadang serangan Dilla pada Aslan pun tertegun.
"Aku tau kamu sangat menyukai Aslan, tapi bukan berarti kamu harus bertindak murahan seperti itu, Vik" lanjut Dilla berderaian air mata.
"Apa maksudnya ini?" tanya orang orang yang bingung dengan kondisi yang mereka lihat. Para siswa siswi yang penasaran dengan keributan dari arah toilet pun berdatangan semakin banyak.
"Dia.. dia memaksa Aslan melakukan hubungan intim.. hik.. biar.. biar.. "
"Jangan ngawur kamu, Dilla.." sanggah Viki dengan panik karena dia melihat kemarahan dari tatapan orang orang.
"Lihat Aslan.. kalian bisa menilainya sendiri" ucap Dilla menunjuk kondisi Aslan yang kemejanya terbuka setengahnya karena dibuka paksa, menampilkan bekas cakaran di dada polosnya.
"Dasar sndal.. hajar dia.." geram salah satu penonton memprovokasi yang lain.
"Tidaaaaak...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
mar
si dila jahat bet nge fitnah viki😤
2023-11-11
0