Esnared By A Mad King
...SELAMAT MEMBACA...
Demi mengakhiri peperangan yang tak kunjung usai serta menyelesaikan semua konflik, akhirnya Kerajaan Vetezia dan Kerajaan Syremis memutuskan untuk berdamai yang kemudian subtansi dari perdamaian itu tertuang dalam sebuah perjanjian yang kemudian perdamaian ini disebut sebagai Hestphalia.
Perdamaian Hestphalia secara bersamaan telah mengurangi berbagai konflik baik internal maupun eksternal dua kerajaan tersebut dan untuk waktu lama rakyat dari dua kerajaan itu hidup makmur bahkan baru-baru ini Raja dari kerajaan Vetezia dirumorkan menjalin hubungan amat dekat dengan putri tertua Syremis.
Namun, sebuah insiden mengerikan terulang kembali dan melahirkan peperangan. Kerajaan Syremis yang dikenal sebagai tempat lahirnya penyihir hebat berusaha melakukan pengkhianatan, melanggar semua perjanjian Hestphalia namun sihir yang hebat belum mampu menaklukkan Vetezia karena Vetezia memiliki kekuatan tempur dan pertahanan amat unggul ketimbang kerajaan lain.
Oleh karena itu, Rowan Terrence berhasil menghancurkan sebagian Syremis tanpa belas kasih kemudian menculik putri pertama Syremis ke dalam Sanctia—tempat suci untuk melakukan pemujaan terhadap dewa—Sanctia di Syremi yang bertepat di Kota Hest itu sudah tak utuh, sebagaian dindingnya hitam dan hancur akibat ledakan sihir dan bentrok antar pasukan.
Di luar Sanctia masih terdengar keributan, asap mengepul bersama ledakan demi ledakan namun setelah berjam-jam berlalu tidak terdengar lagi suara, pertanda bahwa sudah ada pemenang dan Ziria yakin bahwa pemenangnya adalah pasukan yang dipimpin oleh pria gila berambut hitam dengan mata biru cerah di hadapannya, Rowan Terrence.
Di hadapan pendeta yang ketakutan setengah mati, Rowan mengenggam kedua tangan Ziria lalu beralih mengusap sedikit noda darah kering di wajah wanita tersebut. Penampilan keduanya kotor dan penuh darah, kulit bersih mereka pun tampak kusam, kondisi sama dengan pendeta yang dipaksa untuk meresmikan hubungan mereka dengan beberapa saksi dari pihak Rowan yang merupakan seorang ksatria.
"Sekarang kamu jadi milikku, Ziria."
Suara berat Rowan menyengat telinga Ziria. Entah siapa yang menyebarkan rumor bahwa ia dan Rowan menjalin hubungan karena kenyataannya Raja negara tetangga ini yang terobsesi padanya dan terus memancing perhatian publik terhadap hubungan yang bahkan enggan Ziria bentuk terutama untuk hubungan yang sekarang.
"Hentikan semuanya. Aku sudah memenuhi keinginanmu."
Rowan menipiskan pandangan, rasa persahabatan tadi raib lalu dirapatkannya Ziria ke tubuhnya, mencengkeram kuat pinggul wanita itu.
"Aku hanya berjanji untuk tidak menghancurkan Syremis seutuhnya bukan karena dirimu, tapi karena aku memang tidak mampu melakukannya. Selain itu ... jangan lupa bahwa kamu adalah pengkhianat yang menerima belas kasihku."
"K-kamu menipuku?!"
Senyum Rowan terlukis. "Lagi pula pusat Manamu mungkin telah hancur, jadi kamu tidak bisa menggunakan sihir lagi jadi menurutku jika kamu kembali sekarang dan menemui keluargamu yang tersisa, apakah mereka akan menerimamu yang sudah tidak berguna?"
Ukh! Kenapa dia tahu itu?!
Ziria menggigit pipi bagian dalam. Menggunakan terlalu banyak Mana untuk menciptakan dinding pertahanan di seluruh Syremis memang nyaris menghancurkan inti mana dalam tubuhnya, tapi kemungkinan itu bisa diperbaiki dan ia bisa sepenuhnya menggunakan sihir karena si Syremis Ziria adalah penyihir tingkat sembilan dan memiliki jabatan sebagai wakil ketua menara sihir.
"Akh!"
Ziria memekik kesakitan saat telapak tangan besar Rowan menekan pusat perutnya. "Bagaimana jika kuhancurkan sekalian hingga kamu tidak ada kemungkinan menggunakan sihir lagi dan kabur dariku?"
"Bajingan gila!" maki Ziria dan tidak lama kesadarannya hilang.
...***...
...Kerajaan Vetezia, Istana Sol....
Sejak kepulangan Rowan dan pasukan perang, istana mulai bergaduh tentang kemenangan setengah yang Rowan raih ditambah dibawanya putri tertua Syremis sebagai seorang selir yang akan mengisi Paviliun et Luna.
Semua orang mengatakan bahwa Rowan semakin gila. Paviliun et Luna terletak di dalam istana pribadi milik raja yakni Istana Sol dan seharusnya ditempati permaisuri tapi sejak dulu itu memang dibiarkan kosong seolah memang dipersiapkan untuk wanita lain.
Permaisuri Vetezia, Clair Hordis sudah menahan amarah sejak kepulangan Rowan namun tetap diam di kediamannya yang jauh dari Istana Sol sedangkan di Istana Sol saat ini, Rowan tampak santai sambil menikmati secangkir teh di ruang santai.
"Apa dia sudah bangun?"
Rowan bertanya sambil mengusap bibir cangkir.
"Sudah, Yang Mulia," jawab kepala pelayan.
Senyum Rowan lantas terlukis. Sejak dibawa ke Vetezia, Ziria tidak sadarkan diri selama dua hari dan mungkin itu pinalti dari menggunakan terlalu banyak Mana hingga cadangan pada inti manapun terkuras habis.
"Aku akan menemuinya."
Rowan meninggalkan ruang santai dan berjalan menuju kamarnya, sementara itu Ziria mengernyit kuat demi menepis rasa pening yang mendera kepala lalu matanya mendapati seorang gadis muda berseragam pelayan terkejut melihat dirinya sudah sadar sejak tadi.
Aku pasti berada di Vetezia. Sial, ini lebih buruk dibanding Syremis.
Ziria berusaha meninggalkan ranjang, langkahnya tidak seimbang dan nyaris terjatuh tapi setiap kali gadis muda itu berusaha membantunya, sebanyak itu pula Ziria mengabaikannya. Saat ini, ia pasti terlihat menyedihkan karena bagaimanapun dirinya adalah pengkhianat yang dicintai orang gila seperti Rowan dan hidup sampai sekarang karena belas kasih.
"Katakan saja, Ziria. Aku akan membantumu pergi kemanapun yang kamu inginkan. Jangan memaksakan diri."
Ah!
Sepasang tangan berkulit tan menelusup di ketiaknya dan ketika Ziria mendongak, ia mendapati Rowan mengulum senyum menyebalkan.
"Kalau begitu bawa aku ke Syremis."
Ziria menjawab penuh kebencian namun Rowan hanya mengedikkan bahu dan membopong Ziria untuk kembali ke tempat tidur.
"Kamu keluarlah dan bawakan makanan untuknya." Rowan mendelik tajam ke arah pelayan.
"B-baik, Yang Mulia."
Sekarang Rowan duduk di tepi ranjang sambil menatap lekat Ziria yang menyandar di punggung ranjang dengan kaki diselonjorkan dan enggan menatapnya.
"Kamu yakin akan kembali ke Syremis setelah melihat ini?"
Rowan mengeluarkan surat kabar dari laci nakas dekat sisi kiri kepala ranjang. Itu surat kabar yang dkeluarkan di Syremis dan dalam satu kedipan mata, tangan Ziria langsung menyambar surat kabar tersebut, hendak memastikan apakah Syremis baik-baik saja tapi betapa terkejutnya Ziria saat mendapati berita mengenai dirinya yang dicap sebagai pengkhianat yang lebih mementingkan keselamatan seorang diri.
Kenapa? Kenapa? padahal aku sudah mempertaruhkan segalanya untuk Syremis bahkan sampai memenuhi keingingan bajingan gila ini demi menyelamatkan sebagian dari kalian? Lalu, aku yakin kakak tidak akan percaya hal itu, tapi ...
Kedua tangan Ziria sedikit gemetar sementara Rowan mengulum senyum. "Kamu sekarang adalah istriku. Kita sudah mengikat satu sama lain di Sanctia, jadi rumahmu adalah tempat dimana aku berada."
Rowan mengambil alih surat kabar lalu tersenyum pada Ziria namun satu tamparan justru dilayangkan oleh wanita itu ke wajahnya.
"Kamu yang melakukan semua ini, kan? Kamu pasti mengancam pendeta di Sanctia waktu itu untuk menyebarkan informasi palsu!"
Rowan yang hendak marah justru tergelak pendek kemudian kedua tangannya membingkai wajah Ziria yang terlihat kecil, rasanya Rowan bisa menghancurkan tulang rahang Ziria jika menangkupnya terlalu kuat.
"Ah, itulah salah satu hal yang sangat aku suka darimu, Ziria. Kamu sangat pintar sampai bisa menebak sejauh itu."
Rowan tidak membunuh sang pendeta tapi menawan istri dan anaknya dengan imbalan kebebasan namun syaratnya sang pendeta harus mengatakan pada perusahaan surat kabar bahwa Ziria menikahi Rowan demi pengampunan nyawa untuk diri sendiri.
"Sebaiknya istirahatlah sebanyak mungkin sampai pulih karena kamu harus menyiapkan diri untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang istri."
...BERSAMBUNG .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments