BAGIAN 02

...SELAMAT MEMBACA...

Sudah tiga hari berada di Istana Sol sembari memulihkan diri tidak membuat Ziria lebih baik. Wanita itu menjelajahi setiap sudut istana tapi ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki.

Namun setidaknya ia tampak bersyukur karena sejak kemarin Rowan tidak menunjukkan batang hidung dan yakin bahwa pria itu sibuk mengurus masalah internal setelah membawanya kemari. Semua orang pasti tidak akan menerima bahwa putri kerajaan musuh dijadikan selir.

Mereka pasti mengatakan, 'bagaimana jika ja*lang itu mengkhianati anda?!' atau 'apa anda berniat menjatuhkan harga diri Vetezia dengan menjadikan wanita itu seorang selir?!

Ziria mengembuskan napas lalu matanya beralih pada pelayan muda yang telah diganti. Namanya adalah Donna, memiliki tubuh tegap, tinggi, sorot mata tegas dan selalu mengawasi gerak geriknya. Melihat dari bagaimana tangan Donna saat menuang teh, Ziria sudah bisa menebak bahwa dayang itu adalah orang terlatih dalam bertarung, mungkin seorang kesatria wanita.

Rowan benar-benar menaruh penjagaan ketat padaku! Sial!

"Apakah di Vetezia tidak ada sesuatu mengenai sihir?" Ziria bertanya.

Sejak pagi ia berada di perpustakaan, membaca beberapa buku tentang Vetezia yang dikenal sebagai kerajaan yang wilayahnya sering diserang monster.

Donna diam sejenak, matanya bergerak mengamati rak-rak kayu raksasa yang disesaki buku-buku. "Saya tidak tahu."

Ck, dia menunjukkan kebenciannya secara terang-terangan.

Mata dayang itu memicing tak senang, menjawab sambil mengarahkan mata ke tempat lain kemudian kepalanya sedikit terangkat angkuh. Ziria juga tidak mau mempermasalahkan hal semacam itu, lagi pula ia tidak berharap dicintai atau disukai oleh orang disitu.

Mendengar hembusan napas Ziria, alis Donna sedikit menukik kesal. Wanita berstatus selir di depannya masih tetap tenang dan anggun sambil melanjutkan baca buku ketika dirinya menjawab tak sopan dan bertingkah angkuh.

"Kami memiliki beberapa orang diberkati sihir. Berbeda dengan Kerajaan Pengkhianat yang penyihirnya berserakan dijalanan, kami hanya memiliki segelintir orang berbakat di bidang itu."

Mata Ziria langsung berbinar. "Apakah kalian juga memiliki semacam menara sihir? Atau pusat penelitian dimana orang-orang berbakat itu berada?"

Donna mengernyit bingung karena Ziria tiba-tiba bersemangat. Yah, Donna berpikir mungkin karena sihir memiliki korelasi yang kuat dengan Syremis.

"Tentu saja. Kami bahkan memiliki beberapa tempat semacam itu dan tidak kalah dengan Kerajaan Pengkhianat."

"Ehem! Dimana kita bisa menemukannya?" Ziria berdehem sambil fokus membaca kembali, berpura-pura tidak terlalu tertarik.

"Aku tidak akan memberitahumu karena bisa saja kamu merencanakan hal buruk."

Ziria menahan decakan. Tentu saja dia akan melakukan hal buruk tapi itu tidak akan menyakiti orang lain karena mungkin hanya sedikit merugikan. Mana adalah energi yang dimiliki semua makhluk hidup namun tidak semua bisa menggunakannya dengan baik. Jika sungguh ada pusat penelitian sihir di Vetezia, Ziria yakin batu Mana melimpah ruah disana mengingat bahwa banyak monster kuat yang memiliki batu Mana di dalam tubuh dan Mana yang berada dalam batu tersebut bisa diserap.

Dengan menyerap mana dari batu-batu itu ... aku yakin bisa memulihkan inti manaku sedikit demi sedikit lalu menggunakan sihir teleportasi.

...***...

Bersama rombongannya, Rowan baru kembali ke Istana Sol setelah meladeni ocehan para orang penting di istana pusat. Sungguh hari ini membuat kepalanya berdenyut ditambah Ziria langsung menghindar setelah melihat kedatangannya.

Sebelum hari benar-benar petang, Rowan memanggil Donna ke dalam ruang kerja kemudian menanyakan tentang apa saja yang Ziria lakukan selama ia tidak ada.

"Nyonya menanyakan sesuatu tentang sihir. Dia juga tampak tertarik dengan menara sihir atau semacamnya."

Ekspresi Rowan berubah. Lelah yang tergantung di wajahnya sedikit tercampur keterkejutan dan ketakutan samar. Namun, pria berusia 30 tahun tersebut langsung menormalkan raut wajahnya kemudian meminta Donna untuk memanggil Ziria turun makan malam bersamanya.

Sekarang, di atas meja panjang telah tersaji jamuan makan malam. Ditemani cahaya dari sihir penerang yang terperangkap dalam ruang kaca pada lampu gantung hias yang tersemat di atas langit-langit ruang makan, Ziria tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada pria berkulit tan yang tidak menunjukkan wajah sejak kemarin tapi sekarang sudah duduk jauh di seberangnya dengan mata tidak pernah lepas darinya.

"Sepertinya kedatanganku justru membuatmu murung." Rowan berkomentar.

Ziria melirik Rowan sejenak lalu kembali fokus mengunyah, enggan menjawab dan itu memancing emosi para pelayan yang setia berdiri tak jauh dari mereka.

Rowan menyeringai tipis sambil menompang wajah, menatap Ziria cukup intens. "Kamu sudah cukup pulih. Jadi, malam ini kita akan tidur bersama."

Mata Ziria terbelalak kemudian ditatapnya Rowan dengan berang. Dia bangkit berdiri meninggalkan kursi tapi Rowan bergerak seperti hembusan angin dan sudah meraih tubuh Ziria dari belakang dan mendekapnya. Para pelayan di sana menerima delikan tajam dari Raja Vetezia tersebut sehingga undur diri dari ruang makan sementara Ziria berusaha menyingkirkan tangan besar yang melingkar di perutnya.

"Jangan menyentuhku lebih dari in—"

Perkataan Ziria terputus bersama sapuan lembut dari bibir tebal Rowan di tengkuknya. Pria itu dengan berani memutar paksa tubuh Ziria hingga saling berhadapan. Kilat kemarahan di mata biru Rowan semakin jelas sedangkan Ziria menahan napas sesaat, wajah Rowan terlalu dekat.

"Aku tidak minta persetujuanmu."

Rowan lantas membopong Ziria, meninggalkan makan malam begitu saja, berjalan menuju kamar.

"Aku bilang tidak! Jika kamu melakukannya, aku akan membunuh diriku sendiri!"

Ziria meraung setelah tubuhnya dilempar ke ranjang. Wanita berambut blonde dengan mata bak permata zamrud tersebut duduk di ranjang sambil menggigit lidah hingga berdarah. Rowan terkejut dan langsung memasukkan ibu jari demi mencegah gigi-gigi itu menjepit lidah.

"Sialan! Apa kamu gila?!"

Urat leher Rowan timbul dan mengencang bersama suara yang ditinggikan. Raja Vetezia tersebut tidak peduli bahwa ibu jarinya terluka saat Ziria berganti mengigit ibu jarinya.

"Kita hanya akan tidur bersama. Aku tidak akan melakukan hubungan badan, apa kamu sudah bisa tenang!" bentak Rowan.

Mata Ziria makin nyalang, menyiratkan keraguan amat besar sementara Rowan yang masih terkejut setengah mati atas tindakan Ziria mulai memikirkan hal lain. Wanita yang tengah menggigit ibu jarinya itu terlihat seperti kucing yang marah dan hendak mencakarnya kapan saja.

"Jika kamu mati, aku akan melahap habis sisa Syremis."

Ziria tersentak kemudian langsung membebaskan ibu jari Rowan dari mulutnya.

"Lihat itu, kamu sungguh menyebalkan." Rowan menarik dagu Ziria kemudian menjulurkan ujung lidah untuk membersihkan noda darah di sudut bibir wanita itu.

Tsk!

Rowan menyebikkan bibir saat Ziria langsung mendorong dada bidangnya, membuat jarak di antara mereka.

"Tidurlah di sisi kanan."

Rowan lantas beranjak, berjalan menuju lemari dan menanggalkan seluruh pakaian tanpa peduli bahwa Zirian masih di sana. Saat pakaian atas telah ditanggalkan, punggung lebar dan berotot Rowan tampak mengkilap di bawah cahaya lampu, tapi banyak bekas sayatan lebar dan panjang di punggung pria itu.

"Apa itu semua didapat dari pertarungan melawan monster?" Ziria bertanya-tanya.

"Menolak setiap sentuhanku, tapi matamu seolah hendak menerkamku. Apa aku salah, Istriku?" Rowan sedikit menoleh, menatap Ziria sambil tersenyum mengejek.

...BERSAMBUNG ......

Terpopuler

Comments

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

...

2023-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!