BAGIAN 05

...SELAMAT MEMBACA...

Emine sangat puas. Berjam-jam menghadapi Strix cukup membuang waktu dan tenaga tapi sekarang monster itu sudah habis di bawah tangan penuh alat bedah rekan-rekan penelitinya sedangkan ia sudah berada di bilik yang tampak lebih damai yakni ruang kerjanya.

"Sungguh. Jadi selirmu ini seorang penyihir tingkat sembilan? Luar biasa!"

Emine menyuguhkan teh hitam dan beberapa kue kering untuk menjamu Rowan dan Ziria yang telah duduk manis di sofa.

"Tidak. Sekarang dia hanya manusia biasa yang berstatus sebagai istriku." Rowan menyahut cepat, sorot matanya berubah tak bersahabat.

Ziria sudah terbiasa dengan perubahan sikap Rowan apabila itu menyangkut tentang dirinya dan sihir, pria itu bersikap cukup sentimental dan Ziria tidak tahu kenapa Rowan sampai seperti itu terhadapnya. Padahal ia yakin setiap berkunjung ke Vetezia sebagai perwakilan, tidak ada satu pun momen dimana dirinya bisa berbicara secara pribadi dengan Rowan, hanya saja mata mereka sering bertemu waktu itu.

"Ah!" Emine berusaha mencairkan suasana dan duduk di seberang pasangan tersebut.

"Apa ada yang kamu inginkan? Anggap saja sebagai bentuk rasa terima kasihku karena telah membantu."

Ziria menatap Emine cukup intens. "Kalau begitu berikan aku satu batu Mana, itu sudah cuk—"

"Ziria. Apa kamu lupa tentang hukuman kemarin?" Rowan menyandarkan kepala di bahu selirnya itu sambil memicing tak senang.

Ziria sedikit bergidik seraya memejamkan mata untuk meminimalisir segala emosi tak nyaman yang tiba-tiba merayap. "Aku tidak menginginkan apapun."

Emine tercenung cukup lama setelah mendengar jawaban Ziria yang berubah karena tekanan Rowan. Emine dan Rowan bersahabat sejak kecil, tapi tak pernah sedikit pun terbesit dalam benak Emine bahwa Rowan bersikap demikian terhadap seorang wanita.

"Ah, begitu. Sayang sekali." Emine kemudian berdiri untuk mengambil sebuah laporan di meja kemudian menyerahkannya pada Rowan.

"Itu laporan yang datang pagi ini di kantorku. Beberapa desa diserang Strix baru-baru ini dan korban yang tewas cukup banyak jadi perburuan kali ini mungkin cukup sulit."

Rowan menegapkan tubuh dan mengamati laporan tersebut, Ziria pun curi pandang untuk melihat juga.

"Aku akan ikut dalam perburuan dan kurasa ...," Emine menatap Ziria lalu melanjutkan perkataan dengan skeptis, " ... kita membutuhkan selirmu untuk ikut dalam perburuan kali ini."

Pergerakan tangan Rowan saat membalik kertas terhenti, kini matanya mendelik penuh intimidasi pada Emine.

"J-jangan marah dulu, Rowan. Sekarang kita tahu bahwa Strix bisa dibunuh lebih cepat jika mengetahui letak inti Mananya dan belum ada penyihir yang memiliki kemampuan tingkat tinggi tersebut, tapi selirmu bisa melakukannya."

"Aku tidak akan mengijinkannya untuk ikut dalam perburuan." Rowan menjawab tanpa keraguan.

Ziria diam sejenak dan membenarkan usulan Emine. Jika monster kanibalisme itu dibiarkan terus menerus maka korban yang berjatuhan tidak akan terhitung jumlahnya.

"Tinggal tebas saja kepalanya." Rowan melempar kasar laporan di atas meja.

"Strix memiliki kemampuan regenerasi super cepat, bahkan jika kamu memotong kepalanya, itu akan tumbuh kembali." Ziria menjelaskan.

Urat leher Rowan semakin kencang dan tampak timbul ditambah rahang kokoh pria itu mengeras, pertanda bahwa emosinya tak terbendung setiap kali Ziria tak berhenti membalas ucapannya.

"Jika dibiarkan, Strix akan menambah populasi di luar Vetezia lalu menyerang secara bergerombol dan hal itu akan menimbulkan banyak kerugian. Jika Vetezia melemah saat itu, entah berapa kerajaan yang akan mencari keuntungan dan mungkin saja Syremis akan datang untuk membalas kekalahan." Ziria menjawab dengan pandangan lurus ke depan.

Sejujurnya, Ziria melakukan ini bukan karena mencemaskan Vetezia melainkan orang-orang yang dalam bahaya karena Rowan terlalu egois terhadap dirinya. Rowan terdiam cukup lama sambil menatap Ziria penuh makna kemudian bangkit berdiri.

"Kita akan berangkat besok. Persiapkan segalanya seperti biasa Emine."

"Jadi kamu akan mengizinkan selirmu ikut?" Emine tampak antusias.

Rowan melirik binar di mata Ziria semakin terang dan hal itu justru membuat Rowan semakin jengkel.

"Ya. Hanya kali ini saja."

Setelah berkata begitu, Rowan menarik Ziria untuk segera pergi dari sana namun pria itu lupa bahwa kedua tangan dan kaki wanitanya masih terborgol hingga Ziria terjerembab dan merintih karena lututnya terantuk kaki sofa.

"Ukh!"

Ziria meringis sambil menyentuh kuat lutut kanannya, itu sangat sakit. Untuk sesaat Rowan membeku di posisinya dan menatap Ziria, ia baru sadar bahwa sekarang wanita itu benar-benar terlihat seperti budak, bukan istrinya.

"Aku lupa kala-"

Uluran tangan Rowan langsung ditepis oleh Ziria. Tanpa angkat kepala, wanita itu berusaha berdiri tegap tanpa bantuan siapapun.

"Seharusnya kamu pasang borgol rantai juga di leherku dengan begitu aku akan terlihat sempurna sebagai budak tawananmu." Ziria berujar penuh penekanan dan sarkas lalu jalan tertatih-tatih keluar dan berniat menghampiri Drake yang menunggu di kursi sais kereta kuda.

"Kamu yakin akan berdiam diri terus? Orang-orang akan semakin mempermalukannya jika kamu membiarkannya berjalan seorang diri dalam penampilan dirantai seperti itu."

Emine berceletuk demi menyadarkan Rowan yang menatap kosong ruang hampa, tepat dimana tangannya ditepis oleh Ziria.

Ah! Rowan sadar sepenuhnya dan langsung mengejar Ziria dan betul saja kini semua pandangan merendahkan terarah pada Ziria yang berjalan dengan pandangan lurus ke depan, mempertahankan harga dirinya yang mungkin nyaris menempel di tanah.

"Ziria."

Rowan memanggil nama Ziria penuh perasaan, meraih tangan wanita itu lalu mendekapnya dan saat itu pula Ziria yang tak mampu membendung rasa malu sepanjang jalan menuju pintu keluar gedung penelitian mulai menahan isakan. Tidak ada suara dan air mata namun saat pandangan Rowan turun, sepasang mata hijau cerah wanita itu berkaca-kaca.

"Dia wanita dari Kerajaan Pengkhianat itu, kan?"

"Dari pada selir bukankah dia diperlakukan seperti budak?"

"Menyedihkan. Jika aku menjadi dirinya, lebih baik mati ketimbang mengkhianati kerajaanku sendiri. Tidak tahu malu."

"Apa kamu buta? Yang Mulia baru saja memeluknya."

"Kurasa itu hanya rasa kasihan Yang Mulia demi menyelamatkan wajah si pengkhia-"

Semua bisikan terhenti, suasana di ruang dasar senyap seketika Rowan menangkup wajah Ziria dan mendaratkan kecupan sebanyak tiga kali di bibir wanita itu dan yang paling mengejutkan adalah Rowan membopong Ziria setelah berkata, "Maafkan aku. Kamu berusaha kabur dariku jadi tidak ada pilihan lain selain merantaimu."

Semua tercengang sampai Rowan membawa Ziria masuk ke dalam kereta kuda dan meninggalkan pusat penelitian. Setelah itu, pusat penelitian heboh, pasalnya ini belum pernah terjadi karena Rowan bahkan menunjukkan ketidakharmonisannya dengan ratu secara terang-terangan, tapi perlakuannya pada sang selir terlihat manis walau memang disampul tindakan kasar.

"Apa itu sungguh Yang Mulia?"

Emine menoleh pada pria jakung berambut pirang di sisinya, ikut memandang kepergian Rowan dari jendela.

"Ya itu benar dia. Tapi yang paling membuatmu tertarik bukan itu, kan?" Emine mengulum senyum, mengerling jahil pada penyihir yang menjabat sebagai master menara di Kerajaan Vetezia, Laiv Syrainel.

"Aku sudah mendengar banyak tentang wanita itu. Dia adalah wakil master menara sihir Syremis dan kemampuan sihirnya sangat luar biasa, sayang sekali dia malah jatuh ke dalam genggaman Yang Mulia. Kalau saja ... "

Laiv yang tak meneruskan perkataannya menbuat Emine melirik penuh prasangka. Pria berambut pirang itu diam sejenak dan memandang jauh ke luar jendela dengan sorot mata penuh arti.

"Yah, lagi pula Yang Mulia menyukainya. Sekarang kita harus melakukan persiapan untuk keberangkatan perburuan besok, aku akan ikut bersamamu, kan?" sambung Laiv

Emine angguk kepala. "Tentu saja. Apa kamu tidak bosan berada di menara sepanjang hari, setidaknya kamu perlu lebih banyak gerak."

"Ah, dan juga aku harap kamu tidak mendekati wanita itu hanya memenuhi rasa ketertarikan dan penasaranmu." Emine memperingati tapi Laiv hanya angguk kepala sambil tersenyum tipis.

...BERSAMBUNG ......

Terpopuler

Comments

Ifarim

Ifarim

Salbrutttttt

SALTING BRUTALLL AKUUU

2023-11-16

1

Anramu

Anramu

pliss ikut ngerasa nyesek, tolonglah yang mulia rowan istrimu ini😭

2023-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!