Dari Pembantu Jadi Mantu

Dari Pembantu Jadi Mantu

Bab 1: Apapun Demi Uang

Sesuatu yang terlihat sehat dan bersemangat berdiri tegak di antara kedua kaki lelaki itu. Scarlett sampai tidak bisa berkata-kata. Ini pertama kalinya ia melihat hal seperti itu secara langsung. Ia kira benda itu akan ikut lumpuh seperti pemiliknya.

'Waow, luar biasa,' gumamnya dalam hati.

"Apa ini tujuanmu ingin membantuku mandi? Ternyata kamu seorang wanita cabvl, ya!" sindir lelaki itu. Menyadari miliknya sedang menjadi pusat perhatian, ia menutupinya dengan kedua tangan. Jika dalam kondisi sehat, wanita itu sudah ia tendang keluar dari sana.

***

Semua bermula dari sini ....

Malam itu, tempat hiburan malam yang terkenal dengan sebutan ‘The Club’ memiliki jumlah pengunjung yang lumayan banyak. Semua pelayan yang bekerja di sana tampak sibuk mengantarkan pesanan. Tidak terkecuali Scarlett, karyawan yang baru sekitar tiga bulan terakhir bekerja di sana demi mencicil hutang yang ditinggalkan ayahnya.

Hidup Scarlett memang bisa dikatakan menderita. Setelah ibunya meninggal, ayahnya menjadi tukang judi dan mabuk-mabukkan. Bahkan sekarang kabur meninggalkan hutang ratusan juta yang mau tidak mau Scarlett tanggung. Padahal, Scarlett juga butuh biaya untuk kuliahnya dan sekolah adiknya yang masih SMA.

“Scarlett, antarkan minuman ini ke kamar nomor 34!” perintah Teijo yang merupakan kepala pelayan di sana.

Scarlett hanya mengangguk, menerima nampan berisi makanan dan botol minuman keras. Ia membawanya ke ruangan yang disebutkan.

Saat masuk ke dalam, tampak beberapa orang lelaki muda berpenampilan rapi Tengah tertawa-tawa ditemani para wanita yang mereka sewa. Bisa ditebak mereka sekumpulan pengusaha muda.

“Permisi,” ucap Scarlett seraya berjalan masuk membawa nampan itu. Ia meletakkan pesanan mereka di atas meja. Rasanya ingin segera keluar dari sana secepatnya.

“Eh, kok buru-buru! Duduk dulu di sini!”

Salah seorang lelaki itu menahan tangan Scarlett saat ia hendak pergi.

“Maaf, Pak, saya harus kembali mengantarkan pesanan yang lain,” tolak Scarlett dengan nada yang sopan.

Lelaki itu mengembangkan senyum. Tatapannya seperti orang mes um mengamati penampilan Scarlett dari ujung kaki hingga ujung kepala.

“Hei, Regan, jangan keterlaluan, dia kelihatan ketakutan. Lepaskan saja dia,” pinta temannya yang tengah duduk sambal memeluk dua wanita sek si di sampingnya. Ucapannya membuat yang lain tertawa, seakan kini Scarlett menjadi bahan mainan.

Bukannya mendengarkan perkataan temannya, lelaki itu justru menarik tangan Scarlett hingga jatuh ke pangkuannya.

“Maaf, Pak, ini sudah menyalahi aturan,” ucap Scarlett tegas. Meskipun ia mau bekerja di sana, ia tidak mau sembarangan orang bisa menyentuhnya. Dia tidak menjual diri seperti wanita-wanita di sana. Ia berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki kurang ajar yang ditemuinya malam ini.

“Sudah, Regan. Wanita lain kan masih banyak. Sepertinya dia memang tidak membuka layanan special untuk pengunjung. Nanti kita bisa kena masalah,” tegur temannya yang lain mengingat Regan sydah keterlaluan.

Regan tak mau mendengarkan siapapun. Tatapannya fokus kepada wanita yang kini ada di pangkuannya. Pertama kali melihat, ia sudah merasa jatuh cinta.

“Kamu manis sekali. Berapa aku harus membeli waktumu malam ini? Sebutkan saja, aku akan memberikan yang kamu minta,” bujuk Regan. Ia memang tipe lelaki yang ambisius, apa yang diinginkan harus ia dapatkan. Termasuk wanita itu.

“Maaf, pak. Saya tidak seperti itu,” kilah Scarlett.

Lelaki itu menyeringai. “Benarkah? Dengan pakaian seperti ini kamu mau menganggap dirimu suci? Jangan sok jual mahal, aku sedang menawar hargamu untuk semalam,” katanya.

Tangan lelaki itu tak sabar untuk mengelus paha mulusnya. Sontak Scarlett hilang kesabaran saat tangan itu menyentuh tubuhnya.

“Dasar kurang ajar!” maki Scarlett seraya melayangkan tinju sekuat tenaga hingga lelaki itu jatuh tersungkur.

Sejak tadi ia sudah berusaha bersabar dan bersikap sopan, namun tamunya semakin keterlaluan. Perbuatan Scarlett yang melawan membuat semua orang tercengang.

“Bisa tidak jaga sopan santun? Anda pikir semuanya bisa didapatkan dengan uang?” Scarlett masih mengomel kesal.

Lelaki itu memegangi wajahnya yang terkena pukulan. Rasa sakitnya menorehkan kekesalan mendalam di hati sampai ia tidak terima. “Wanita sialan!” pekiknya. Ia hendak maju menyerang Scarlett, namun dihentikan oleh teman-temannya.

“Awas, ya! Kamu sudah mempermalukan aku. Jangan harap hidupmu bisa tenang! Kamu harus tahu dengan siapa kamu berhadapan!” ancamnya. Ia terus berusaha menyerang meski sudah dihentikan oleh teman-temannya.

Beberapa saat kemudian, manajer klab datang setelah mendengar aduan tentang keributan. Ia meminta maaf kepada para pelanggan dan membawa Scarlett ke ruangannya.

“Hah, kamu itu karyawan baru tapi sudah berkali-kali memancing emosi pelanggan. Kalau begini terus, hutang ayahmu tidak akan selesai dicicil karena kamu sudah merugikan usahaku,” ucap sang manajer sembari menghisap rokoknya.

“Aku tidak berniat seperti itu, Om. Dia tadi sudah kurang ajar pegang-pegang paha, masa mau aku biarkan?” Scarlett berusaha membela dirinya.

Lelaki yang akrab disapa Om Burhan itu menghela napas lalu kembali menghisap rokoknya. “Seharusnya kamu bisa menolak secara halus, tidak perlu sampai menonjok. Kalau dia lapor polisi bisa repot kita.”

“Sudah aku lakukan, Om. Orang itu memang keterlaluan dikira semua karyawan di sini bisa dia beli untuk ditiduri.”

“Hah, ya sudahlah! Mungkin kamu memang tidak bisa aku pekerjakan di sini,” kata Om Burhan pasrah.

“Yah, Om … jangan seperti itu. Aku butuh pekerjaan ini,” pinta Scarlett memelas.

“Mau bagaimana? Kalau kamu tetap bekerja di sini, aku bisa bangkrut!” jawab Om Burhan.

Scarlett menunduk. Ia sudah pasrah dengan keputusan manajernya.

Melihat Scarlett yang demikian membuat Om Burhan kasihan. Ia sebenarnya tidak tega membiarkan Scarlett sengsara. Tapi, ayah Scarlett sudah berhutang jumlah uang yang besar kepadanya.

“Bagaimana kalau kamu bekerja sebagai pembantu?” tanya Om Burhan.

Scarlett mengangkat kepalanya. Seperti ada secercah harapan yang tersisa.

“Temanku bilang sedang butuh seorang pembantu yang bisa bekerja dengan tekun dan telaten untuk mengurus kakek berusia tujuh puluh tahunan. Aku rasa kamu cocok dari pada bekerja di sini. Apalagi kakek itu dari keluarga kaya, gaji yang ditawarkan juga lumayan. Kalau kamu berminat, nanti gajinya dibagi dua, Sebagian untuk mencicil hutang ayahmu,” kata Om Burhan.

“Aku mau! Aku sanggup!” jawab Scarlett mantap. Ia tahu hanya bermodalkan ijazah SMA, ia tidak bisa pilih-pilih pekerjaan. Om Burhan sudah sangat baik selama ini memberinya pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan juga waktunya.

***

“Ayo, turun! Ini rumahnya!”

Teman Om Burhan mengajak Scarlett ke sebuah rumah besar yang luasnya mungkin setara dengan lapangan bola. Saking besarnya sampai membuat ia tercengang. Rumah itu bagaikan istana dengan halaman dan taman yang luas.

“Sebelah sini!” ajak teman Om Burhan.

Scarlett mengikuti langkah kakinya menuju bangunan yang terpisah dari bangunan utama. Dalam komplek rumah itu seperti terbagi menjadi beberapa bangunan yang berdekatan. Pelayan yang bekerja di sana bahkan memakai seragam yang bagus, menunjukkan betapa kayanya keluarga itu.

“Mari masuk,”

Seorang lelaki berpenampilan rapi menyambut kedatangan mereka dan mempersilakan keduanya masuk ke dalam bangunan bergaya kuno itu. Di dalam ruangan, terdapat sebuah kamar yang nyaman. Seorang kakek terbaring di sana dengan selang infus yang terpasang di tangan. Scarlett merasa kakek itu yang Om Burhan maksud, kakek yang akan dirawatnya.

“Tuan, pelayan baru untuk Anda sudah datang,” ucap lelaki itu.

Scarlett mengulaskan senyum, memberi salam dan kesan ramah terhadap lelaki itu itu. “Selamat siang, Kakek, perkenalkan nama saya Scarlett,” ucapnya.

Kakek hanya tersenyum dan mengangguk.

Teman Om Burhan pergi. Tersisa Scarlett bersama lelaki yang merupakan asisten pribadi kakek bernama Theo. Scarlett diberitahukan tentang kondisi penyakit kakek yang ternyata menderita kanker usus besar. Theo juga menjelaskan makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada kakek.

Penjelasannya mudah dipahami.

Scarlett diberi ruangan khusus untuk tempat tinggal selama bekerja di sana. Tentunya kamarnya dekat dengan ruangan kakek. Scarlett hanya bekerja dari siang hingga malam untuk mengurusi kakek sesuai kesepakatan, karena pagi Scarlett masih harus kuliah.

Terpopuler

Comments

reza indrayana

reza indrayana

Mampir Thor....👍🏻👍💙💛💙😘😘

2023-12-16

0

Dwi ratna

Dwi ratna

mampir, ini ulnya gk tiap hari yh

2023-12-13

0

Warlin Mga

Warlin Mga

HASRAT CEO AMNESIA kok nga dilanjut thor, semangat yok thor buat critany lgi💪💪🙏😘

2023-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!