NovelToon NovelToon

Dari Pembantu Jadi Mantu

Bab 1: Apapun Demi Uang

Sesuatu yang terlihat sehat dan bersemangat berdiri tegak di antara kedua kaki lelaki itu. Scarlett sampai tidak bisa berkata-kata. Ini pertama kalinya ia melihat hal seperti itu secara langsung. Ia kira benda itu akan ikut lumpuh seperti pemiliknya.

'Waow, luar biasa,' gumamnya dalam hati.

"Apa ini tujuanmu ingin membantuku mandi? Ternyata kamu seorang wanita cabvl, ya!" sindir lelaki itu. Menyadari miliknya sedang menjadi pusat perhatian, ia menutupinya dengan kedua tangan. Jika dalam kondisi sehat, wanita itu sudah ia tendang keluar dari sana.

***

Semua bermula dari sini ....

Malam itu, tempat hiburan malam yang terkenal dengan sebutan ‘The Club’ memiliki jumlah pengunjung yang lumayan banyak. Semua pelayan yang bekerja di sana tampak sibuk mengantarkan pesanan. Tidak terkecuali Scarlett, karyawan yang baru sekitar tiga bulan terakhir bekerja di sana demi mencicil hutang yang ditinggalkan ayahnya.

Hidup Scarlett memang bisa dikatakan menderita. Setelah ibunya meninggal, ayahnya menjadi tukang judi dan mabuk-mabukkan. Bahkan sekarang kabur meninggalkan hutang ratusan juta yang mau tidak mau Scarlett tanggung. Padahal, Scarlett juga butuh biaya untuk kuliahnya dan sekolah adiknya yang masih SMA.

“Scarlett, antarkan minuman ini ke kamar nomor 34!” perintah Teijo yang merupakan kepala pelayan di sana.

Scarlett hanya mengangguk, menerima nampan berisi makanan dan botol minuman keras. Ia membawanya ke ruangan yang disebutkan.

Saat masuk ke dalam, tampak beberapa orang lelaki muda berpenampilan rapi Tengah tertawa-tawa ditemani para wanita yang mereka sewa. Bisa ditebak mereka sekumpulan pengusaha muda.

“Permisi,” ucap Scarlett seraya berjalan masuk membawa nampan itu. Ia meletakkan pesanan mereka di atas meja. Rasanya ingin segera keluar dari sana secepatnya.

“Eh, kok buru-buru! Duduk dulu di sini!”

Salah seorang lelaki itu menahan tangan Scarlett saat ia hendak pergi.

“Maaf, Pak, saya harus kembali mengantarkan pesanan yang lain,” tolak Scarlett dengan nada yang sopan.

Lelaki itu mengembangkan senyum. Tatapannya seperti orang mes um mengamati penampilan Scarlett dari ujung kaki hingga ujung kepala.

“Hei, Regan, jangan keterlaluan, dia kelihatan ketakutan. Lepaskan saja dia,” pinta temannya yang tengah duduk sambal memeluk dua wanita sek si di sampingnya. Ucapannya membuat yang lain tertawa, seakan kini Scarlett menjadi bahan mainan.

Bukannya mendengarkan perkataan temannya, lelaki itu justru menarik tangan Scarlett hingga jatuh ke pangkuannya.

“Maaf, Pak, ini sudah menyalahi aturan,” ucap Scarlett tegas. Meskipun ia mau bekerja di sana, ia tidak mau sembarangan orang bisa menyentuhnya. Dia tidak menjual diri seperti wanita-wanita di sana. Ia berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki kurang ajar yang ditemuinya malam ini.

“Sudah, Regan. Wanita lain kan masih banyak. Sepertinya dia memang tidak membuka layanan special untuk pengunjung. Nanti kita bisa kena masalah,” tegur temannya yang lain mengingat Regan sydah keterlaluan.

Regan tak mau mendengarkan siapapun. Tatapannya fokus kepada wanita yang kini ada di pangkuannya. Pertama kali melihat, ia sudah merasa jatuh cinta.

“Kamu manis sekali. Berapa aku harus membeli waktumu malam ini? Sebutkan saja, aku akan memberikan yang kamu minta,” bujuk Regan. Ia memang tipe lelaki yang ambisius, apa yang diinginkan harus ia dapatkan. Termasuk wanita itu.

“Maaf, pak. Saya tidak seperti itu,” kilah Scarlett.

Lelaki itu menyeringai. “Benarkah? Dengan pakaian seperti ini kamu mau menganggap dirimu suci? Jangan sok jual mahal, aku sedang menawar hargamu untuk semalam,” katanya.

Tangan lelaki itu tak sabar untuk mengelus paha mulusnya. Sontak Scarlett hilang kesabaran saat tangan itu menyentuh tubuhnya.

“Dasar kurang ajar!” maki Scarlett seraya melayangkan tinju sekuat tenaga hingga lelaki itu jatuh tersungkur.

Sejak tadi ia sudah berusaha bersabar dan bersikap sopan, namun tamunya semakin keterlaluan. Perbuatan Scarlett yang melawan membuat semua orang tercengang.

“Bisa tidak jaga sopan santun? Anda pikir semuanya bisa didapatkan dengan uang?” Scarlett masih mengomel kesal.

Lelaki itu memegangi wajahnya yang terkena pukulan. Rasa sakitnya menorehkan kekesalan mendalam di hati sampai ia tidak terima. “Wanita sialan!” pekiknya. Ia hendak maju menyerang Scarlett, namun dihentikan oleh teman-temannya.

“Awas, ya! Kamu sudah mempermalukan aku. Jangan harap hidupmu bisa tenang! Kamu harus tahu dengan siapa kamu berhadapan!” ancamnya. Ia terus berusaha menyerang meski sudah dihentikan oleh teman-temannya.

Beberapa saat kemudian, manajer klab datang setelah mendengar aduan tentang keributan. Ia meminta maaf kepada para pelanggan dan membawa Scarlett ke ruangannya.

“Hah, kamu itu karyawan baru tapi sudah berkali-kali memancing emosi pelanggan. Kalau begini terus, hutang ayahmu tidak akan selesai dicicil karena kamu sudah merugikan usahaku,” ucap sang manajer sembari menghisap rokoknya.

“Aku tidak berniat seperti itu, Om. Dia tadi sudah kurang ajar pegang-pegang paha, masa mau aku biarkan?” Scarlett berusaha membela dirinya.

Lelaki yang akrab disapa Om Burhan itu menghela napas lalu kembali menghisap rokoknya. “Seharusnya kamu bisa menolak secara halus, tidak perlu sampai menonjok. Kalau dia lapor polisi bisa repot kita.”

“Sudah aku lakukan, Om. Orang itu memang keterlaluan dikira semua karyawan di sini bisa dia beli untuk ditiduri.”

“Hah, ya sudahlah! Mungkin kamu memang tidak bisa aku pekerjakan di sini,” kata Om Burhan pasrah.

“Yah, Om … jangan seperti itu. Aku butuh pekerjaan ini,” pinta Scarlett memelas.

“Mau bagaimana? Kalau kamu tetap bekerja di sini, aku bisa bangkrut!” jawab Om Burhan.

Scarlett menunduk. Ia sudah pasrah dengan keputusan manajernya.

Melihat Scarlett yang demikian membuat Om Burhan kasihan. Ia sebenarnya tidak tega membiarkan Scarlett sengsara. Tapi, ayah Scarlett sudah berhutang jumlah uang yang besar kepadanya.

“Bagaimana kalau kamu bekerja sebagai pembantu?” tanya Om Burhan.

Scarlett mengangkat kepalanya. Seperti ada secercah harapan yang tersisa.

“Temanku bilang sedang butuh seorang pembantu yang bisa bekerja dengan tekun dan telaten untuk mengurus kakek berusia tujuh puluh tahunan. Aku rasa kamu cocok dari pada bekerja di sini. Apalagi kakek itu dari keluarga kaya, gaji yang ditawarkan juga lumayan. Kalau kamu berminat, nanti gajinya dibagi dua, Sebagian untuk mencicil hutang ayahmu,” kata Om Burhan.

“Aku mau! Aku sanggup!” jawab Scarlett mantap. Ia tahu hanya bermodalkan ijazah SMA, ia tidak bisa pilih-pilih pekerjaan. Om Burhan sudah sangat baik selama ini memberinya pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan juga waktunya.

***

“Ayo, turun! Ini rumahnya!”

Teman Om Burhan mengajak Scarlett ke sebuah rumah besar yang luasnya mungkin setara dengan lapangan bola. Saking besarnya sampai membuat ia tercengang. Rumah itu bagaikan istana dengan halaman dan taman yang luas.

“Sebelah sini!” ajak teman Om Burhan.

Scarlett mengikuti langkah kakinya menuju bangunan yang terpisah dari bangunan utama. Dalam komplek rumah itu seperti terbagi menjadi beberapa bangunan yang berdekatan. Pelayan yang bekerja di sana bahkan memakai seragam yang bagus, menunjukkan betapa kayanya keluarga itu.

“Mari masuk,”

Seorang lelaki berpenampilan rapi menyambut kedatangan mereka dan mempersilakan keduanya masuk ke dalam bangunan bergaya kuno itu. Di dalam ruangan, terdapat sebuah kamar yang nyaman. Seorang kakek terbaring di sana dengan selang infus yang terpasang di tangan. Scarlett merasa kakek itu yang Om Burhan maksud, kakek yang akan dirawatnya.

“Tuan, pelayan baru untuk Anda sudah datang,” ucap lelaki itu.

Scarlett mengulaskan senyum, memberi salam dan kesan ramah terhadap lelaki itu itu. “Selamat siang, Kakek, perkenalkan nama saya Scarlett,” ucapnya.

Kakek hanya tersenyum dan mengangguk.

Teman Om Burhan pergi. Tersisa Scarlett bersama lelaki yang merupakan asisten pribadi kakek bernama Theo. Scarlett diberitahukan tentang kondisi penyakit kakek yang ternyata menderita kanker usus besar. Theo juga menjelaskan makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada kakek.

Penjelasannya mudah dipahami.

Scarlett diberi ruangan khusus untuk tempat tinggal selama bekerja di sana. Tentunya kamarnya dekat dengan ruangan kakek. Scarlett hanya bekerja dari siang hingga malam untuk mengurusi kakek sesuai kesepakatan, karena pagi Scarlett masih harus kuliah.

Bab 2: Tawaran Menjadi Menantu

“Selamat siang, Kakek!” sapa Scarlett dengan penuh semangat.

Ia baru saja pulang dari kampus dan langsung mendatangi kamar kakek untuk melaksanakan tugasnya. Tepat sebulan ia bekerja di sana untuk merawat Kakek Adam.

Kakek Adam orang yang sangat baik. Selama Scarlett bekerja di sana, tak pernah ada keluhan dari kakek. Ia tidak merasa direpotkan. Bahkan bekerja di sana jauh lebih enak dibandingkan saat ia harus bekerja di klab malam. Apalagi bayarannya juga lebih besar.

“Bagaimana kuliahmu hari ini? Apa berjalan lancar?” tanya kakek.

“Tentu saja, Kakek! Aku kan anak yang pintar. Bahkan presentasi makalahku tadi sempat mendapat pujian dari dosen,” ucap Scarlett dengan nada bangga.

Ia memang tipe wanita yang penuh semangat dan percaya diri. Susahnya hidup tak membuatnya menyerah maupun putus asa. Demi melanjutkan kuliah dan mempertahankan Pendidikan adiknya, ia rela bekerja keras.

“Kakek, aku mau mengganti kantongnya dulu, ya!”

Scarlett meminta ijin sebelum melakukan tugasnya. Ia memasang sarung tangan karet serta masker sebelum melepaskan kantong kolostomi yang terpasang di perut.

Akibat kanker usus besar, Kakek Adam memang sudah tidak bisa lagi buang air besar dengan normal. Ia menjalani operasi untuk mengalihkan kotoran agar bisa keluar melalui lubang yang dibuat di perut lalu diberikan kantong untuk menampung kotorannya. Tugas Scarlett mengganti kantong tersebut setiap hari dan membersihkan area di sekitarnya agar tidak menimbulkan infeksi.

Scarlett merawat kakek dengan telaten dan seperti tidak ada beban. Bahkan mereka bisa saling berbicara dengan nyaman seperti layaknya keluarga. Kakek yang selalu merasa kesepian kini menjadi lebih terhibur karena Scarlett yang ceria banyak mengajaknya bicara dan menceritakan apa saja yang dialaminya. Bahkan anggota keluarga yang lain tidak ada yang sepeduli Scarlett.

“Kamu tidak merasa jijik bekerja seperti ini?” tanya sang kakek saat Scarlett membersihkan area dekat lubang kolostomi.

Scarlett tampak menyipitkan mata, terdengar suara tawa kecil dari balik maskernya. Ia sangat santai melakukan pekerjaan yang biasa dilakukannya.

“Menurutku lebih menjijikan jadi pelayan di klab malam, Kek. Ini tidak apa-apanya jika dibandingkan saat aku merawat ibuku dulu. Apalagi kakek juga baik. Aku seperti merawat kakekku sendiri,” jawab Scarlett.

Selama satu bulan bersama, ia memang menceritakan banyak hal tentang kehidupannya kepada kakek. Dari mulai saat ibunya meninggal, ayah yang hobi judi dan mabuk-mabukkan, sampai harus bekerja di klab malam demi melunasi hutang yang ayahnya tinggalkan.

Scarlett juga punya tanggungan untuk membiayai sekolah adiknya yang kini duduk di kelas 2 SMA dan tinggal di asrama. Ceritanya membuat kakek merasa terharu sekaligus bangga ada anak muda yang sekuat itu menjalani kehidupan.

Scarlett memasangkan kantung baru setelah selesai dibersihkan. Ia melepas masker dan sarung tangan lalu membuangnya ke dalam tempat sampah.

“Bagaimana kalau kamu menikah dengan cucuku?”

Scarlett membulatkan mata mendengar pertanyaan kakek. Sejurus kemudian ia tertawa, merasa candaan kakek sangat lucu. “Kakek ini ada-ada saja,” gumannya.

“Kakek serius, kamu ini anak yang baik. Pasti akan cocok dengan cucuku,” ucap kakek.

Scarlett hanya mengulaskan senyum.

Menurutnya, kakek hanya bercanda. Tidak mungkin ada keluarga kaya seperti mereka mau menerima menantu dari keluarga miskin seperti dirinya. Dia pernah merasakan pahitnya kegagalan cinta ketika menjalin hubungan dengan seorang lelaki dari keluarga kaya. Hanya hinaan yang bisa ia terima.

“Kakek tidak perlu bercanda sejauh itu untuk menghibur. Aku sadar siapa diriku ini. Mana mungkin bisa bermimpi menjadi cucu menantu kakek. Kakek juga sudah tahu seperti apa keluargaku dan bagaimana kondisiku. Bisa hidup untuk besok saja sudah bersyukur, Kek!” ujar Scarlett.

“Kenapa kamu jadi rendah diri begitu? Kakek akan melunasi seluruh hutang ayahmu, juga membiayai sekolahmu dan adikmu sampai jadi sarjana kalau mau menjadi cucu menantuku. Masalah latar belakang keluargamu seperti apa, itu tidak penting untuk kakek.”

Scarlett tertegun mendengarkan ucapan kakek. “Ah, sebaiknya kakek makan buah apel saja dari pada membuatku berkhayal. Biar aku kupaskan!” ia berjalan ke arah meja mengambil sebutir apel dan mulai mengupasnya dengan pisau. Seakan ia sengaja untuk mengakhiri perbincangan tidak masuk akal itu.

Kakek mengerutkan dahi. “Memangnya kamu tidak mau menjadi cucu menantu kakek?” tanyanya memastikan.

“Kalau tawarannya seperti itu, siapa yang akan menolak? Kakek harus berhenti bercanda, nanti mimpiku jadi ketinggian,” kata Scarlett seraya membawa potongan apel yang sudah dikupasnya kepada kakek.

Kakek mengambil satu potongan apel yang dibawakan kepadanya. “Kakek rasa umur kakek tidak akan panjang lagi. Sebelum mati, kakek ingin melihat cucuku menikah.” Ekspresi wajah kakek terlihat memelas.

“Kakek tidak boleh bicara seperti itu! Kakek pasti akan panjang umur! Aku mau merawat kakek dengan baik!” Scarlett memberi semangat.

Kakek tertawa kecil. “Kamu bisa tetap merawatku setelah menikah dengan cucuku.”

Scarlett memanyunkan bibirnya. “Kakek bercandanya itu terus! Kalaupun aku mau menikah dengan cucu kakek, belum tentu juga cucu kakek mau dengan orang sepertiku.”

“Cucuku itu penurut, dia juga anak yang baik sepertimu. Kalian akan cocok!” ucap kakek dengan yakin. “Panggilkan Asisten Theo kemari!” pinta kakek.

Scarlett langsung keluar dari kamar itu untuk memanggil Asisten Theo. Beberapa saat kemudian, keduanya kembali masuk menemui kakek. Kakek membisikkan sesuatu kepada Asisten Theo dan membuat lelaki itu kembali keluar ruangan.

Tak lama kemudian, Theo kembali bersama seorang lelaki muda yang terduduk di kursi rodanya. Lelaki itu terlihat tampan meskipun berada di atas kursi roda.

“Pak Ethan?” seru Scarlett tidak percaya. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan pelatih panahan saat ia masih SMA. Sejak dulu lelaki itu memang terkenal sebagai pelatih tampan yang diidolakan banyak wanita, tak terkecuali Scarlett. Ia benar-benar tidak tahu jika kakek yang selama ini dirawatnya adalah kakeknya Ethan.

“Scarlett? Kok kamu bisa ada di sini?”

Ethan tak kalah terkejut melihat keberadaan gadis itu di kamar kakeknya. Mantan anak didiknya yang dulu masih kecil kini telah berubah menjadi seorang wanita dewasa yang cantik. Lima tahun sudah mereka tidak pernah bertemu.

“Loh, ternyata kalian berdua sudah saling kenal? Jangan-jangan dulu kalian juga pacaran?” kakek tersenyum senang melihat keakraban dua insan yang tengah ia jodohkan itu.

“Tidak!” jawab Ethan dan Scarlett kompak. Mereka jadi canggung dan kikuk.

“Dulu dia muridku di klub memanah, Kek,” Ethan mencoba menerangkan.

“Itu bagus. Jadi, kamu sudah mengenal siapa Scarlett. Tentunya kamu semakin mantap kan, untuk menikah dengan pilihan kakek ini?” tanya Kakek Adam.

Ethan menghela napas. Tidak disangka wanita yang selalu kakeknya puji dan hendak dijodohkan dengannya adalah Scarlett. “Seperti yang sudah pernah aku bilang, kakek. Aku tidak masalah dijodohkan dengan siapa saja asalkan tidak keberatan dengan kondisiku yang seperti ini.”

“Aku tidak keberatan!” celetuk Scarlett.

Menyadari dirinya yang kelepasan bicara, Scarlett langsung menutup mulutnya. Sementara Ethan dan kakek menatap ke arahnya. Ia terlalu antusias bertemu kembali dengan Ethan.

Rasanya bunga-bunga cinta pertama kembali bermekaran. Seandainya tidak ada kakek di sana, mungkin Scarlett sudah memeluknya. Scarlett benar-benar mengidolakan Ethan bahkan sampai sekarang.

“Tuh, dengar sendiri. Scarlett tidak keberatan menikah denganmu,” ucap kakek senang.

“Scarlett, kamu yakin?” tanya Ethan keheranan.

Wajah Scarlett terlihat merah saking malunya. Ia menganggukkan kepalanya pelan menjawab pertanyaan dari Ethan.

Bab 3: Penolakan Keluarga Tapi Tak Berguna

“Kenapa ayah begitu buru-buru untuk menikahkan Ethan? Kakaknya saja masih belum menikah,” kata Pak Charles, ayah Ethan.

“Aku tidak peduli dengan anakmu yang lain! Aku hanya peduli dengan cucuku Ethan!” bentak kakek dengan nada ketus terhadap putranya sendiri.

Hari ini sengaja ia panggil Charles, Suliya, Aiden, dan Ethan untuk membahas tentang rencana perjodohan antara Ethan dengan Scarlett.

“Ayah, tolong dipikirkan ulang untuk menjodohkan Ethan dengan wanita sembarangan. Apalagi aku dengar dia hanya pelayan ayah dan keluarganya miskin,” bujuk Suliya.

“Lebih baik kamu diam, Suliya! Tidak ada yang meminta pendapatmu di sini!”

Perkataan kakek langsung membuat Suliya terdiam. Lelaki tua itu memang tidak ada henti-hentinya membuat kesal. Padahal ia sudah lama menikah dengan Charles, namun keberadaannya belum juga diakui.

Suliya merupakan wanita yang sangat Charles cintai. Bahkan setelah Charles menikah dengan wanita lain karena perjodohan, hubungan mereka tetap berjalan. Hingga akhirnya istri Charles meninggal dan menikahi Suliya, menjadi ibu tiri Ethan. Kakek Adam tidak pernah merestui pernikahannya dengan Charles.

“Apa yang Suliya katakan itu benar, ayah. Setidaknya jodoh Ethan harus bisa menambah kekuatan di perusahaan kita, bukan asal pilih wanita yang tidak jelas asal-usulnya,” kata Charles.

“Setidaknya dia sangat telaten dan perhatian untuk merawat orang tua sepertiku, tidak seperti kalian!” sindir kakek.

“Apa kamu tahu seperti apa istrimu ini, Charles? Mengunjungiku saja tidak pernah, apalagi untuk mengganti kantong kolostomiku! Mungkin dia akan muntah-muntah!” kakek mengarahkan pandangan pada Suliya yang tampak merah padam antara menahan kesal dan malu.

Charles memijit keningnya sendiri. Ia tampak bingung untuk menjawab perkataan ayahnya yang sangat keras kepala. “Ayah, memilih pelayan dan calon istri untuk Ethan itu perkara yang berbeda.”

“Ya sudah! Kalau kamu tidak setuju, saham perusahaan milikku akan aku berikan kepada orang lain. Silakan kamu berusaha keras membangun bisnis dari awal!” kata kakek tegas. Ia dengan santainya meraih koran yang tergeletak di meja sisi ranjang lalu membacanya.

Mulutnya tersenyum membayangkan seperti apa ekspresi yang ditunjukkan oleh Charles saat ini. Kakek tidak mau menyerah untuk memberikan masa depan yang baik untuk Ethan. Selama ini anak itu sudah cukup hidup menderita karena kurang kasih sayang. Ayahnya hanya fokus pada kedua anak yang dilahirkan oleh istri barunya.

Ethan hidup di bawah didikan kakek. Kakek tidak rela jika harta keluarga mereka dikuasai oleh wanita serakah seperti Suliya. Selama kakek hidup, Charles tidak akan bisa berbuat banyak terhadap nasib perusahaan karena saham terbesar masih kakek pegang.

“Kak, apa benar yang mau dijodohkan denganmu itu pembantu? Bukankah kakek sangat keterlaluan?” tanya Aiden dengan nada berbisik. Seakan tadi ia hanya diam mendengarkan pembahasan para orang tua.

“Diam! Kamu tidak usah ikut berkomentar!” jawab Ethan dengan nada yang dingin. Sontak Aiden lagsung kembali diam.

“Sayang, sudahlah, mengalah saja kepada ayah,” bujuk Suliya sembari berbisik pada sang suami. Ia tahu lelaki tua itu memang keras kepala dan tidak akan membiarkan rencananya mulus.

“Ethan, bagaimana denganmu? Apa kamu mau mengikuti permintaan kakek?” tanya Charles.

Ethan mengangguk. “Aku mau,” jawabnya tanpa ragu.

Mereka terlihat tercengang dengan jawaban Ethan, kecuali kakek.

“Ethan, kamu yakin? Dia hanya gadis biasa yang tidak jelas asal-usulnya.” Charles kembali memastikan keputusan putranya.

“Pilihan kakek pasti yang terbaik, Papa. Aku mau mematuhi kakek.”

Kakek Adam tersenyum. Cucunya memang anak yang baik dan mau mendengarkan nasihatnya dengan baik.

Sebenarnya Charles masih belum puas dengan kemauan ayahnya. Ia berharap Ethan bisa menikah dengan wanita yang setara.

“Sudahlah, Sayang! Mungkin ayah juga pesimis Ethan bisa mendapatkan pendamping yang setara. Mana ada gadis yang mau dengan lelaki lumpuh seperti Ethan,” bisik Suliya.

Charles menatap tajam ke arah istrinya, merasa tidak suka dengan perkataan yang didengar. “Kamu jangan bicara sembarangan tentang Ethan!” tegasnya. Ia tidak terima putranya direndahkan.

“Maaf, Sayang. Tapi, itu kenyataan. Tunangan Ethan juga kabur saat mengetahui kondisinya dan memilih menikah dengan lelaki lain,” ujar Suliya.

Charles menghela napas panjang. “Baiklah kalau Ethan juga menginginkannya. Kami akan menyiapkan pesta pernikahan untuk Ethan dan gadis itu.”

***

Hari pernikahan akhirnya tiba. Kakek mengumpulkan seluruh keluarganya untuk menghadiri pesta pernikahan yang akan dilangsungkan antara Ethan dan Scarlett. Banyak pihak yang menentang, namun kakek tidak peduli dengan pendapat mereka. Selama kakek masih hidup, mereka tidak bisa mengatur keputusannya jika memang masih ingin hidup nyaman dengan kekayaan keluarga Andalas.

“Ethan, kamu sudah siap, kan?” tanya kakek memastikan.

Ethan sudah mengenakan setelan kemeja dan jas dengan rapi. Penampilannya sangat tampan seperti pangeran. Ia mengembangkan senyumannya kepada kakek seolah memberitahukan jika ia baik-baik saja dengan pernikahan itu.

Tak lama kemudian, dua orang pelayan datang mengantar Scarlett masuk ke ruangan. Hari ini ia terlihat sangat cantik dalam balutan busana pengantin berwarna putih. Bahkan kecantikannya membuat semua orang terkagum-kagum, tidak menyangka jika calon pengantin Ethan yang dikatakan hanya seorang pembantu itu ternyata sangat cantik.

Bahkan Ethan sendiri sampai tercengang dengan kecantikan calon istrinya. Gadis remaja yang dulu menggemaskan itu kini sudah menjelma sebagai putri nan cantik jelita dan terlihat dewasa.

Sementara, Scarlett berjalan dengan langkah canggung melewati tamu undangan yang wajahnya sangat asing baginya. Meski kakek mengatakan mereka semua adalah keluarganya, Scarlett merasa kurang nyaman. Apalagi memperhatikan tatapan-tatapan meremehkan dari mereka.

“Scarlett, kamu cantik sekali,” puji kakek.

Scarlett mengulaskan senyum. “Terima kasih, Kakek,” ucapnya.

“Kamu fokus saja dengan pernikahanmu, abaikan perasaan tidak nyamanmu. Ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Kamu mengerti?” tanya kakek seolah memagami bagaimana perasaan Scarlett saat ini.

Scarlett mengangguk. Asalkan ada kakek yang mendukungnya, ia rasa segalanya bisa dihadapi dengan mudah. Apalagi kakek sudah berbaik hati melunasi seluruh hutang ayahnya, setidaknya ia harus berterima kasih.

Kedua mempelai diarahkan menuju ke altar pernikahan untuk mengucapkan janji suci pernikahan yang dipimpin oleh seorang pemuka agama. Pernikahan berjalan dengan khidmat tanpa kendala yang berarti.

“Untuk mengukuhkan janji suci pernikahan, kedua mempelai dipersilakan untuk berciuman,” kata sang pemuka agama.

Scarlett agak terkejut mendengarnya. Meskipun sudah tahu berciuman di hadapan banyak orang merupakan salah satu tradisi dalam proses pernikahan, namun ia sangat canggung. Apalagi suaminya dalam posisi duduk di kursi roda, mau tidak mau ia yang harus berinisiatif lebih dulu.

Ia menoleh ke samping, tatapan matanya bertemu dengan Ethan. Lelaki itu juga terlihat tenang, seolah hanya dia yang merasa gugup dengan debaran jantung yang tidak teratur.

“Kamu tidak mau?” tanya Ethan dengan nada lirih.

Scarlett tersenyum canggung. “Memangnya boleh?” tanyanya canggung.

“Dekatkan wajahmu!” pinta Ethan.

Scarlett menurut, membungkukkan tubuhnya hingga jarak wajah mereka semakin dekat. Debaran jantungnya semakin tidak karuan seolah ingin lepas dari tubuhnya. Ethan meraih tengkuknya dan memagut bibir Scarlett dengan lembut.

Scarlett rasanya ingin mati berdiri saat bibir Ethan menyentuh bibirnya. Bahkan lelaki itu tidak hanya mengecup, melainkan seperti memakan bibirnya sampai Scarlett kewalahan mengambil napas. Ciuman panas yang berlangsung lebih dari satu menit itu membuat semua tamu tercengang, tidak menyangka Ethan yang selalu terlihat tenang bisa menunjukkan sisi lainnya.

"Eh, Ethan bisa ganas juga ya, ternyata," komentar salah seorang tamu sambil menahan tawa.

"Namanya juga pria normal, lihat istri cantik mana bisa tahan," sahut tamu yang lain.

Mereka merasa terhibur dengan tingkah mengejutkan yang sang pengantin pertunjukkan. Sementara, ada seorang wanita yang tampak kesal melihat kebahagiaan mereka. Dengan raut murkanya, ia meninggalkan tempat acara pesta sebelum menyapa kedua pengantinnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!