Korban Balas Dendam

Korban Balas Dendam

Bab 01

Maya menghela nafasnya panjang setelah selesai menerima telepon dari sang suami. lagi dan lagi ia harus menelan sebuah kekecewaan karena ternyata akhir tahun ini sang suami tak bisa kembali pulang dengan alasan tak mendapat jatah libur bekerja.

Sudah tujuh tahun Wahyu bekerja di sebuah perusahaan tambang yang berada di kalimantan. Pada saat itu ada temannya yang mengajak kerja di sana dan kebetulan saat itu Wahyu sedang menganggur karena tempat kerja Sebelumnya mengadakan PHK besar - besaran dan Wahyu menjadi salah satu karyawan yang di PHK.

Di tahun pertama, kedua dan ketiga Wahyu masih sering pulang setahun dua kali saat hari raya dan juga tahu baru, namun sejak tahun ke empat sampai sekarang Wahyu belum kembali pulang, banyak alasan yang terlontar dari lelaki yang berusia tiga puluh lima tahun itu sehingga Maya hanya bisa pasrah saja. Maya pernah meminta Wahyu untuk mengajaknya pindah ke sana tapi rencana tersebut di tolak dengan tegas oleh Wahyu dengan alasan jika mereka pindah kasihan dengan Faaz karena jarak sekolah dengan tempat tinggalnya sangatlah jauh.

"Bun, jadi Ayah tidak bisa pulang yah ?" Tanya Arfaaz, buah hatinya bersama Wahyu yang kini sudah menginjak usia hampir sepuluh tahun.

"Kita berdoa saya semoga Ayah bisa pulang yah" Maya mencoba menghibur buah hatinya, ia paham jika Faaz sangat merindukan sosok Ayahnya.

"Lebih baik kita tidur saja yuk. takut kesiangan, kan besok kamu ujian" ujar Maya.

Anak lelaki tersebut nurut saja dengan apa yang di katakan oleh bunda nya, ia segera memejamkan matanya seraya memeluk sang bunda dengan begitu erat.

Sepuluh menit kemudian Faaz sudah tertidur dengan lelap membuat Maya pun tersenyum. Ia sangat bersyukur memiliki anak seperti Faaz di usianya yang masih tergolong anak - anak tapi Faaz sudah bisa berpikir seperti orang dewasa, tak segan ia juga sering membantu mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan - ringan saja seperti menyapu atau mencuci piring bekas makannya.

Maya pun ikut berbaring di sebelah putranya setelah memastikan semua jendela tertutup dan pintu terkunci dengan sempurna.

Pagi telah menyapa, sejak pagi buta Maya sudah di sibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah tangga, mulai membersihkan rumah, mencuci pakaian dan juga menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga buah hatinya.

"Ayo kita sarapan dulu setelah itu kita berangkat ke sekolah" ujar Maya dengan lembut pada Faaz.

Maya merupakan seorang tenaga pengajar di salah satu sekolah dasar yang sama tempat dimana sang buah hati menuntut ilmu, namun status Maya masih sebagai guru honorer, ia pernah sekali ikut seleksi PNS namun keberuntungan belum memihak kepadanya sehingga Maya gagal meraih gelar tersebut.

Dengan menggunakan sepeda motor metic yang ia beli dengan cara kredit dari gajinya sebagai seorang guru, Maya dan Faaz pun langsung menuju sekolah.

Suara riuh anak - anak yang saling bersahutan menjadi hiburan tersendiri bagi Maya yang hidupnya merasa kesepian karena harus terpisah jauh dengan sang suami. Sebagai perempuan normal Maya juga merindukan kehangatan dari sang suami.

"Melamun saja" tegur Ratih yang merupakan teman sejawatnya.

"Ahh kamu so tahu" sahut Maya seraya tersenyum getir.

"Semangat dong bentar lagi liburan loh" ujar Ratih dengan nada becanda dan memberi semangat.

Maya hanya memberikan seulas senyuman tipis, ya memang sebentar lagi sudah memasuki masa libur sekolah namun harapan menghabiskan libur bersama sang suami harus Maya kubur dalam - dalam karena ternyata sang suami tak bisa pulang sesuai keinginannya.

Tak terasa waktu sudah memasuki jam waktunya pulang sekolah, Maya segera merapihkan meja kerjanya dan siap pulang karena sudah pasti sang putra sudah menunggunya di dekat pos satpam.

"Aku duluan yah" ujar Maya pada rekan - rekannya.

Maya langsung melangkah ke arah tempat motornya terparkir, iya berjalan dengan tergesa - gesa karena tak ingin membuat sang anak menunggu terlalu lama.

"Ayo naik" ujar Maya pada putranya.

Faaz pun segera naik sesuai permintaan sang bunda, sepanjang perjalanan pulang Faaz terus saja bercerita tentang ujiannya tadi.

"Bun, ternyata soal - soalnya susah - susah gampang apa lagi kalau pilihan ganda jawabannya menjebak semua. Tapi Faaz kesal sama teman Faaz yang bernama Alvin itu, masa ia dia menuduh katanya Faaz itu sudah dapat bocoran soal nya Bunda Faaz itu seorang guru di sekolah" ujar Faaz.

Maya hanya tersenyum kala melihat anaknya kesal karena di tuduh yang bukan - bukan oleh teman satu kelasnya.

"Enggak usah di ladenin sayang, biarkan saja yang terpenting kamu tidak seperti yang di tuduh kan oleh teman mu itu" hibur Maya.

Faaz memang pintar di bidang akademik karena ia rajin belajar, di kelasnya ia sering mendapat juara kelas tapi terkadang kepintaran Faaz sering di ragukan teman - temannya, tak jarang Faaz mendapat cibiran dari temannya kalau ia juara kelas karena bundanya yang merupakan seorang guru di sekolah tersebut.

"Bagus ya, Jam segini baru pulang kamu !" Hardik seorang perempuan paruh baya, yang kini sudah berdiri dengan berkacak pinggang di dekat motornya.

"Nak, Salim dulu sama nenek, setelah itu kamu masuk ke dalam rumah dan ini kuncinya" jelas Maya dan Faaz pun langsung menuruti permintaan sang bunda tanpa banyak bertanya.

"Dari mana kamu hah ?! Pulang sekolah itu ya langsung pulang kerumah jangan malah keluyuran tidak jelas. Mentang - mentang suami kamu tidak ada di rumah kamu seenaknya keluyuran menghambur - hamburkan uang suami mu, kamu tahu tidak jika di sana suami mu rela menahan lapar agar uangnya bisa di kirim ke anak dan istrinya. Ehh di sini kamu malah berlaga bak istri pengusaha padahal hanya seorang istri buruh tambang juga" seru perempuan paruh baya bernama Sinah, yang tak lain dan tak bukan ibu kandung Wahyu dan merupakan mertua Maya.

Maya turun dari motornya, kemudian tangannya langsung meraih tangan bu Sinah dan menyalaminya dengan takzim.

"Ayo masuk bu, di luar panas" ajak Maya dengan sopan, perempuan paruh baya itu pun langsung mengekori Maya, dia juga sudah lelah juga haus karena telah menunggu Maya hampir setengah jam lamanya.

"Duduk dulu bu, Maya ambilkan dulu minum ibu" Maya pun segera bergegas ke dapur untuk membuatkan ibu mertuanya minum.

Tak berselang lama Maya kembali dengan membawa segelas air dengan berwarna orange, menurutnya minuman ini sangat cocok di minum untuk saat ini karena kondisi di luar cukup panas.

Bu Sinah langsung mengambil gelas air tersebut dan meminumnya hingga habis tak tersisa, tenggorokannya sudah terlalu kering apalagi tampilan minuman tersebut sangat menggiurkan sekali.

"Ibu ke sini cuma mau minta uang sama kamu, mesin cuci di rumah lagi rusak jadi ibu mau membeli yang baru, kasihan Wina jika harus mencuci dengan tangan" ujar bu Sinah langsung to the poin menyampaikan maksud kedatangannya.

Hal ini sudah bisa di tebak oleh Maya, karena sudah biasa. Mertuanya akan datang hanya untuk meminta uang saja. Maya sendiri terkadang heran, sang ibu mertua mendapat jatah dari sang suami tetapi tiap minggu sudah pasti sang mertua akan datang meminta uang padanya dengan berbagai alasan untuk ini dan itu.

"Kalau untuk saat ini Maya enggak ada uang bu, kan lima hari yang lalu udah Maya kasih ke ibu lima ratus ribu. Memangnya uang yang di kasih Mas Wahyu sudah habis ? Dan kenapa ibu tidak mencoba meminta pada Wina saja kan yang pake mesin cuci itu Wina, aku yakin Wina pasti banyak uangnya kan suami Wina kerja di perusahaan besar" ujar Maya.

"Oh sekarang kamu sudah berani y la, ingat ! uang yang ada di tangan kamu itu adalah uang anak saya jadi saya pun berhak meminta uang sama kamu !!" Seru bu Sinah yang sudah terpancing emosinya karena Maya menolak keinginannya.

"Kamu enggak usah ngatur - ngatur saya ya, ingat walaupun Wahyu sudah menikah tapi dia masih tetap milik ibunya, jadi Saya pun berhak dengan uang yang ada di kamu itu" sambung bu Sinah dengan lantang.

"Tapi Maya memang benar - benar enggak ada uangnya kalau buat beli mesin cuci" jelas Maya.

"Saya enggak mau tahu, kamu harus sediakan uang dua juta untuk membeli mesin cuci, besok sore saya balik lagi ke sini dan uangnya harus sudah ada !" Seru bu Sinah, setelah itu ia langsung berlalu meninggalkan rumah menantunya tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!