Akhirnya setelah menempuh waktu hampir tiga jam mengudara, Maya dan Faaz pun berhasil mendarat dengan baik di sebuah bandara yang berada di kota samarinda, kota di mana sang suami bekerja.
Selama berjalanan Maya dan Faaz memilih untuk tidur saja untuk mengurasi kecemasan yang menghantui mereka.
Sebelum keluar dari bandara, Maya terlebih dahulu memesan sebuah taksi untuk mengantarnya ke alamat tempat dimana sang suami tinggal.
"Bu, apa masih lama ya ,kok dari tadi enggak sampai - sampai ya" keluh Faaz yang kini sudah merasa kelelahan.
"Sabar ya nak" ujar Maya seraya memeluk buah hatinya tersebut.
Mobil yang di pesan pun sudah datang, Maya dan Faaz pun langsung segera masuk kedalam mobil tersebut. Maya harus menempuh perjalan selama empat puluh menit untuk sampai ke alamat yang di tujunya. Lagi dan lagi Maya dan Faaz kembali tertidur karena saking lelahnya mereka.
"Maaf bu, kita sudah sampai di alamat yang ibu tuju" dengan sopan sopir taksi tersebut membangunkan Maya.
"Aduh maaf pak, saya ketiduran" ujar Maya. Setelah itu Maya pun segera membangunkan buah hatinya.
Setelah membayar ongkos taksi, Maya dan Faaz pun langsung turun tepat di depan sebuah rumah dengan gaya sangat minimalis, rumah tersebut terlihat sangat sepi.
"Semoga mas Wahyu ada di dalam sedang istirahat" gumam Maya seraya menatap rumah tersebut
"Ini rumah Ayah bun ?" Tanya Faaz.
"Iya nak, ayo kita ketuk pintunya" jawab Maya.
Sudah terbayang oleh Maya bagaimana ekspresi sang suami kala melihat kedatangan dirinya dan putranya yang secara tiba - tiba tersebut.
Dengan tangan yang bergetar Maya mencoba mengetuk pintu rumah tersebut, setelah sebelumnya Maya memastikan bahwa rumah tersebut benar sesuai dengan alamat yang di berikan oleh temannya Wahyu.
"Assalamualaikum" ucap Maya dengan lembut.
Tak berselang lama Maya mendengar suara langkah yang mendekati pintu dan benar saja tak berapa lama kemudian pintu pun terbuka.
Seorang perempuan cantik yang usianya hampir sama dengan Maya pun keluar dari rumah tersebut membuat Maya terkejut, bahkan bola mata Maya hampir melompat dari tempatnya saking terkejutnya saat melihat seorang perempuan cantik keluar dari rumah yang di tempati oleh suaminya.
Perasaan Maya pun sudah tidak enak, bahkan pikiran jelek tentang suaminya pun sudah mulai bermunculan di kepalanya.
"Maaf, mbak siapa ya ?" Tanya Maya memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu.
"Saya Erina, penghuni rumah ini" jawab perempuan tersebut. Dada Maya seketika merasa sangat sesak.
"Bun, mana Ayah, kok yang keluar malah tante cantik ini. Kata bunda ini kan rumah Ayah ?" Tanya Faaz yang sudah tak sabar ingin bertemu dengan Ayahnya.
"Ayah ?!" Tanya perempuan tersebut seraya menyeringitkan keningnya pasalnya ia belum mengerti tentang maksud tujuan kedatangan tamunya tersebut.
"Saya sedang mencari Mas Wahyu, suami saya. Mbak siapanya Mas Wahyu ? kenapa mbak ada di rumah suami saja ?" Tanya Maya.
"Hmmm sepertinya kalian salah rumah deh, ini rumah saya. Nama saya Erina, di sini saya hanya tinggal berdua saja dengan anak saya" jelas perempuan tersebut.
"Tapi bener kok, ini alamat rumah suami saya namanya Wahyu Angkasa" jelas Maya lagi. "Ini foto suami saya" Maya pun memperlihatkan foto sang suami.
Perempuan itu mencoba berpikir sejenak setelah melihat sebuah foto yang di perlihatkan oleh Maya.
"Oh iya, Saya baru ingat jika sepertinya beliau adalah penghuni lama rumah ini" ujar perempuan tersebut.
"Lalu sekarang suami saya tinggal di mana ?" Tanya Maya.
"Kalau itu saya kurang tahu" jawan Irin dengan sopan.
Maya kini merasa lega karena ternyata semua ini hanya sebuah kesalahpahaman saja, untung Maya bisa mengatur emosinya kalau tidak sudah di pastikan Maya akan malu sendiri karena telah berpikir yang tidak - tidak pada perempuan tersebut. namun yang jadi pertanyaan besar Maya di mana kini suaminya tinggal.
Akhirnya Maya pamit untuk pergi setelah sebelumnya ia meminta maaf pada Irin karena telah mengganggu waktu istirahat siang mereka.
"Bun, Ayahnya mana ?" Tanya Faaz.
"Ayah sudah pindah rumah sayang, jadi kita harus cari tahu dulu alamat rumah Ayah yang baru" ujar Maya mencoba memberi pengertian pada buah hatinya tersebut agar tak merasa kecewa.
Kini Maya merasa sangat bodoh karena selama ini Ia tak pernah sekali pun menanyakan alamat tempat tinggal sang suami. Kini ia kebingungan sendiri mencari alamat sang suami yang baru.
Dengan menyeret koper Maya dan Faaz terus berjalan kaki menyusuri trotoar jalan tanpa arah tujuan yang jelas.
"Bun, Faaz lapar ".
"Hmm, Faaz mau makan apa ?" Mereka pun akhirnya mengentikan langkah kaki mereka.
"Apa saja deh, Faaz sudah lapar banget ini" ujar anak lelaki tersebut seraya memegangi perutnya.
Jam yang melingkar di tangan Maya sudah menunjukan pukul satu siang dan memang sudah waktunya makan siang.
Mata Maya celingukan ke kiri dan ke kanan mencari tempat makan yang berada dekat di sekitar sana.
Mata Maya tertuju pada sebuah kedai ayam goreng dengan sebuah nama yang sangat tidak asing di kalangan anak - anak.
"Tidak masalah sesekali ngajak Faaz makan di tempat seperti itu, insya Allah aku masih ada uang kalau untuk sekedar pesan dua porsi" gumam Maya.
"Nak, di sebrang jalan sana ada kedai ayam goreng yang terkenal itu, bagaimana kalau kita makan di sana saja" ujar Maya tangannya menunjuk ke arah kedai yang di maksud.
"Memangnya bunda punya uang kalau kita makan di sana ?" Tanya Faaz yang seperti mengerti tentang perekonomian sang ibu.
"Ada kok, ayo kita nyebrang. Tapi harus hati - hati sebab banyak motor mobil lewat" ujar Maya.
Rasa lelah di tubuh Faaz seketika hilang kala sang bunda mengajak makan siang di sebuah kedai ayam goreng dengan merek yang sudah terkenal tersebut. Maya langsung ikut antrian untuk memesan menu makanan untuk mereka, karena bertepatan dengan waktu makan siang sehingga kedai ayam tersebut cukup ramai.
Setelah mendapatkan makanan yang di pesan, Maya dan Faaz pun langsung segera mencari tempat duduk yang masih kosong. Mereka menemukan meja kosong dan Faaz langsung saja menyantap makanan tersebut.
Faaz sedang asik dengan makanannya tapi Maya masih bergeming karena masih memikirkan alamat rumah baru suaminya tersebut.
"Sepertinya memang aku harus menghubungi Mas Wahyu dan memberi tahu tentang keberadaan kami agar ia bisa menjemput kami tak apa gagal memberi kejutan yang terpenting kami bisa berkumpul bersama" gumam Maya.
Maya pun memutuskan akan menghubungi suami nanti setelah ia menyelesaikan makan siangnya.
Baru tiga suap makan, tiba - tiba pandangan Maya tertuju pada seseorang yang baru datang dan tepat duduk di sebuah meja yang letaknya tak jauh dari meja Maya dan Faaz. Wajah seseorang tersebut sama persis seperti orang yang selama ini Maya rindukan tapi saat Maya ingin menegur takut salah orang karena orang tersebut datang dengan keluarga kecilnya.
"Ahh mungkin itu hanya orang mirip saja" gumam Maya memberi sugesti positif pada dirinya.
Maya kembali menikmati makanannya namun entah kenapa tiba - tiba Maya sangat penasaran dengan orang tersebut sehingga ia mencoba mempertajam pendengarannya karena sepertinya mereka sedang mengobrol.
"Enggak apa - apa kan, tahun baru tahun ini aku pulang ke jakarta. kasihan mereka, Mas sudah empat tahun tidak pulang selain itu Mas juga rindu dengan ibu" ujar lelaki tersebut.
"Kenapa sih Mas kamu tidak menceraikan dia saja, padahal selama ini yang menemani kamu dalam suka duka itu aku bukan dia" rajuk perempuan tersebut dengan kesal.
"Kamu itu bicara apa sihh Rin, kalian berdua itu sangat berarti jadi jangan pernah berpikir jika Mas akan memilih salah satu dari kalian atau bagaimana jika kamu dan Bela ikut ke jakarta saja kita liburan di sana" ujar lelaki tersebut. "Plis Rin boleh ya, jujur aku rindu sekali dengan Faaz anak ku".
Degh..
Maya langsung mendongak, kala lelaki tersebut menyebut nama anaknya.
'Apakah ini hanya sebuah kebetulan saja, tak mungkin Mas Wahyu melakukan hal seperti ini dia sangat menyayangi ku dan juga mencintai ku' batin Maya.
"Kamu boleh pulang ke jakarta, tapi aku ingin setelah kamu kembali dari Jakarta, kamu harus segera meresmikan pernikahan kita, Bela sebentar lagi akan sekolah Mas dia butuh dokumentasi yang lengkap" ujar perempuan tersebut dengan tegas.
"Tapi untuk semua itu kita butuh izin dari Maya".
Maya yang sedang berusaha menenangkan hatinya kembali buat terkejut dengan pembicaraan orang tersebut, tadi lelaki tersebut menyebut nama anaknya dan kini ia kembali menyebut namanya dalam obrolan tersebut.
"Ya Allah apakah ini semuanya hanya sebuah kebetulan" hati Maya mulai ketar - ketir tidak jelas.
Maya merogoh ponselnya, ia akan menghubungi sang suami agar segera menjemput mereka. Sambungan telepon pun tersambung namun sang suami belum juga menjawab panggilannya.
"Kamu diam dulu, jangan banyak bicara. Maya menghubungi ku" kata lelaki tersebut, sukses membuat tubuh Maya seketika menjadi lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments