Bab 03

Dengan sangat terpaksa Maya pun akhirnya merelakan mesin cuci miliknya di angkut oleh Wina, karena Wina terus saja ngotot jika Maya tak memberikan uangnya saat itu juga, maka Wina akan membawa mesin cuci miliknya tersebut.

Mesin cuci miliknya masih tergolong baru karena baru di beli dua bulan yang lalu. Untuk membeli mesin cuci tersebut Maya harus menabung selama berbulan - bulan sehingga ia mampu membeli mesin cuci secara cash tapi sekarang mesin cuci tersebut sudah berpindah rumah.

Maya sudah merasa sangat jengah dengan tingkah laku mertua dan juga iparnya tersebut. sejak Wahyu memutuskan merantau ke tanah Kalimantan, mertua dan adik iparnya tersebut selalu saja merongrong uang padanya, padahal ibu mertuanya sudah di beri jatah oleh suaminya, tapi ibu mertuanya selalu saja datang meminta uang untuk ini dan itu. Kadang terlintas di pikiran Maya untuk mengadukan semua perbuatan suaminya tapi setelah di pikir - pikir ulang akhirnya Maya mengurungkan niatnya tersebut.

"Ayo tidur, takut besok kesiangan" ujar Maya pada putranya, Maya pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Faaz.

Walaupun Faaz sudah berusia hampir sepuluh tahun tapi ia masih sering tidur bersama Maya, dengan alasan ingin menemani ibunya biar tidak sendirian.

Maya sengaja berbicara seperti itu agar Faaz tak banyak bertanya tentang tujuan ke datangan Wina. Faaz sudah tubuh besar dan cerdas sehingga sedikit demi sedikit ia seperti sudah paham dengan apa yang terjadi di lingkungannya.

______

Waktu terus berjalan, tak terasa kini sudah memasuki masa libur sekolah.

"Bun, ini seriusan ?" Tanya Faaz dengan wajah yang berbinar - binar.

"Ini hadiah dari Ayah dan Bunda karena kamu sudah rajin belajar dan mampu mempertahankan prestasi mu" ujar Maya seraya tersenyum, betapa bahagianya Maya melihat putranya terlihat begitu bahagia dengan kabar yang di berikannya saat ini.

"Jadi kapan kita perginya ?" Tanya Faaz dengan begitu antusias.

"Besok lusa" jawab Maya.

"Horeee. . Akhirnya aku akan bertemu Ayah" anak lelaki tersebut melompat - lompat mengekspresikan ke bahagiaannya. Bahkan sesekali anak lelaki tersebut memeluk Maya seraya mendaratkan ciuman yang bertubi - tubi.

"Udah - udah jangan loncat - loncat begitu, lebih baik kamu ganti baju setelah itu kita ke rumah tante Ratih. bunda ada perlu, kamu mau ikutkan ?" Tanya Maya.

Walaupun Faaz susah tumbuh besar tapi ia tak pernah meninggalkan putranya sendirian di rumah. ke mana pun kaki Maya melangkah pasti ia akan mengajaknya.

"Oke bunda" sebelum berlalu menuju kamarnya Faaz kembali mendaratkan sebuah ciuman di pipi Maya.

Setelah melalui pemikiran panjang akhirnya Maya memutuskan untuk mengunjungi tempat suaminya bekerja. berbekal alamat dari orang yang pernah mengajak Wahyu bekerja, Maya pun mantap pada keputusannya untuk mengajak sang putra mengunjungi Ayah nya.

Maya sangat paham betapa sangat rindunya Faaz pada Ayahnya, pasalnya sudah empat tahun Faaz tak jumpa dengan Ayahnya, bahkan komunikasi lewat ponsel pun sangat terbatas waktunya dengan alasan Wahyu sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk. sehingga akhirnya Maya menggunakan uang tabungan yang awalnya akan di pergunakan untuk hal yang darurat sebagai uang untuk membeli tiket pesawat menuju Kalimantan.

___

Maya tak henti - hentinya menyunggingkan senyum terbaiknya kala melihat begitu antusiasnya dan semangatnya Faaz membantu Maya menata pakaian - pakaian mereka berdua ke dalam koper yang Maya pinjam dari Ratih.

"Lebih baik kamu tidur, besok harus bangun pagi - pagi, karena jam delapan kita sudah harus berada di bandara" ujar Maya.

"Sepertinya aku enggak bakalan bisa tidur deh bun, aku sudah enggak sabar udah pengen besok terus bertemu Ayah deh" ujar Faaz dengan wajah yang terus berbinar - binar, nampak jelas aura kebahagiaan di wajah anak lelaki tersebut.

Maya tersenyum mendengar penuturan buah hatinya.

"Bunda paham apa yang di rasa oleh Faaz tapi Faaz tetap harus tidur karena kita akan melakukan perjalanan jauh sehingga tubuh kita harus benar - benar sehat dan fit, Faaz paham kan maksud bunda ?".

"Iya bunda" jawab Faaz, kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi setelah itu ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur.

Satu jam kemudian Maya pun ikut menyusul ke pembaringan setelah ia memastikan semua barang - barang yang akan di bawa besok sudah rapih.

"Apa pun akan bunda lakukan untuk membuat kamu bahagia, kamu adalah segalanya buat bunda" ujar Maya seraya menatap lembut ke arah Faaz yang sudah tertidur dengan pulas.

Maya sengaja tidak memberi tahu sang suami prihal tentang kedatangannya, karena ia ingin membuat kejutan untuk suaminya tersebut.

__

"Ayo, bunda itu tante Ratih sudah menunggu" ujar Faaz yang sudah tak sabar ingin berangkat menuju bandara.

"Iya sebentar nak" sahut Maya yang masih mengkunci pintu rumahnya.

Beberapa menit kemudian Maya segera masuk ke dalam mobil. Ada rasa kebahagiaan yang sangat sulit di artikan dalam hati Maya saat ini, apa lagi melihat sang putra yang begitu bersemangat untuk segera pergi.

Maya telah menitipkan rumahnya pada tetangga rumahnya, Maya juga berpesan jika nanti ada yang mencarinya cukup bilang saja jika Maya dan Faaz sedang liburan bersama guru dari sekolahnya.

Para tetangga percaya begitu saja tanpa banyak tanya karena memang Maya pergi bersama dengan Ratih yang merupakan seorang guru di sekolah yang sama dengan tempat di mana Maya mengajar.

"Udah enggak ada yang tertinggal lagi kan ?" Tanya Ratih memastikan

"Sudah" jawab Maya yang kini sudah duduk di samping Ratih. sementara Faaz duduk di jok penumpang. "Terima kasih sudah mau mengantarkan kita, lagi - lagi aku harus merepotkan mu" sambung Maya.

"Udah enggak usah ngomong begitu, udah kaya sama siapa saja kamu ini May. Aku senang loh bisa nganter kamu ke bandara apalagi lihat Faaz begitu bahagianya akan bertemu Ayahnya" ujar Ratih.

"Faaz, perjalanan ke bandara masih lama, kamu kalau bosan lebih baik tidur saja" ujar Ratih pada Faaz.

"Iya tante".

Mobil yang di kendarai oleh Ratih pun melaju membelah jalan raya, jalanan masih terlihat sepi mungkin sekarang adalah hari minggu dan waktu juga masih menunjukan pukul enam pagi. Mobil tersebut terus melaju menuju sebuah bandara yang berada di jakarta.

Akhirnya Mereka tiba di bandar, Ratih tak bisa mengantar Maya sampai dalam karena ternyata ia harus segera kembali, ternyata mertuanya datang.

Faaz berjalan dengan penuh semangat memasuki bandara membuat Maya beberapa memberi peringatan agar tidak terburu - buru.

"Faaz pelan - pelan saja jalannya, nanti kamu bisa nabrak orang loh" tegur Maya.

"Aku sudah enggak sabar untuk bertemu dengan Ayah bun" sahut Faaz.

Setelah menunggu selama satu jam akhirnya kini ibu dan anak tersebut sudah duduk di dalam sebuah pesawat, Faaz pun di bantu oleh seorang pramugari untuk memakaikan sabuk pengaman dengan baik.

Rasa takut begitu mendominasi perasaan Maya karena ini merupakan pengalaman pertamanya untuk naik pesawat, namun ia berusaha untuk menyembunyikan semua rasa tersebut agar tak membuat panik putranya.

"Faaz tidur saja ya, nanti kalau sudah sampai akan bunda bangunkan" ujar Maya.

"Iya nanti Faaz akan tidur jika sudah mengantuk" jawab Faaz.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!